PROVINSI LAMPUNG
1
1. ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN
Kondisi makro ketenagakerjaan Lampung pada Agustus 2017 menunjukan adanya penurunan
jumlah angkatan kerja sebanyak 198,7 ribu orang dibanding Februari 2017 dan sebanyak 49,2 ribu
orang dibanding Agustus 2016. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang sebanyak
185,9 ribu orang dibanding keadaan Februari 2017 dan sebanyak 35,1 ribu orang dibanding keadaan
setahun yang lalu. Sementara jumlah penganggur mengalami penurunan 12,8 ribu orang dibanding
Februari 2017 dan sebanyak 14,1 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada periode Agustus 2017 terkoreksi menjadi
67,83 persen dari 69,61 persen pada periode Agustus 2016. Penurunan TPAK ini merupakan indikasi
adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.
Tabel 1
Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung,
Agustus 2016 - Februari 2017
Peningkatan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja yang berarti mengurangi suplai tenaga
kerja perlu dicermati lebih lanjut apakah dikarenakan lapangan pekerjaan yang terbatas sehingga
mereka terpaksa beralih ke aktivitas rumahtangga. Dari dekomposisi angkatan kerja seperti
ditunjukkan pada Tabel 1 di atas peningkatan jumlah terjadi pada aktivitas bukan angkatan kerja
yakni sekolah dan mengurus rumahtangga.
Secara relatif angka pengangguran Lampung menunjukan penurunan dari 4,43 persen pada
Februari 2017 menjadi 4,33 persen pada bulan Agustus 2017. Bila dibandingkan dengan Agustus
2016 (4,62 persen), angka pengangguran turun 0,29 poin. Angka pengangguran Lampung ini masih
di bawah angka pengangguran nasional. Pada Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
nasional sebesar 5,50 persen. Jika dicermati angka ini melanjutkan tren penurunan dari 5,61 persen
2
pada Agustus 2016.
Gambar 1
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Lampung,
Februari 2015 - Agustus 2017
72.50
71.63
65.60
65.00
62.50
60.00
Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017
TPAK
Indikator lain yang lebih mendalam menyangkut angkatan kerja adalah jumlah pekerja tidak
penuh yakni mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (35
jam seminggu). Dikatakan lebih mendalam karena mampu mengungkap dibalik status bekerja
ternyata tidak semua memiliki produktivitas yang tinggi sebagian dari mereka memiliki jam kerja
rendah. Ada dua kelompok pekerja tidak penuh: yang masih mencari kerja (setengah pengangguran)
dan tidak mencari kerja lagi (pekerja paruh waktu). Pada Agustus 2017, pekerja tidak penuh
berjumlah 1.442,4 ribu orang atau 37,02 persen dari penduduk bekerja. Naik dibanding Agustus
2016 yang 1.280,3 ribu orang atau 32,57 persen dari penduduk bekerja. Ini merupakan indikasi yang
merepresentasikan turunnya produktivitas. Dari dua jenis pekerja tidak penuh, Setengah
Pengangguran naik selama setahun terakhir dari 282,4 ribu pekerja menjadi 408,7 ribu pekerja.
Gambar 2
Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Lampung dan Nasional,
Februari 2015 - Agustus 2017
3
Dilihat perbandingan kota-desa, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah
perkotaan (urban area). Sebanyak 6,84 persen angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai
penganggur terbuka (pencari kerja), setara dengan 78,9 ribu orang. Sedangkan di wilayah perdesaan
(rural area) tingkat pengangguran 3,33 persen atau 97,3 ribu orang. Dibandingkan setahun yang
lalu, jumlah pengangguran di perkotaan bertambah sebanyak 2,4 ribu orang, sedangkan jumlah
pengangguran di perdesaan berkurang sebanyak 16,5 ribu orang.
Tabel 2
Pengangguran Terbuka menurut Daerah Kota-Desa Provinsi Lampung,
Agustus 2016 - Agustus 2017
Disparitas jender pada partisipasi angkatan kerja sangat timpang. TPAK laki-laki sebesar
86,28 persen jauh lebih tinggi dibanding TPAK perempuan yang hanya 48,43 persen. Kondisi ini
berkaitan dengan adanya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam rumahtangga.
Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah (breadwinner), sedangkan perempuan mengelola
rumahtangga dan mengasuh anak-anaknya. Dibandingkan keadaan Agustus 2016, partisipasi laki-
laki di pasar tenaga kerja mengalami kenaikan masing-masing 0,10 poin dan partisipasi perempuan
di pasar tenaga kerja mengalami penurunan 3,74 poin. Sementara itu, disparitas jender pada
pengangguran direpresentasikan oleh TPT perempuan yang lebih tinggi dibanding TPT laki-laki yakni
4,79 persen berbanding 4,08 persen. TPT yang tinggi pada perempuan mengindikasikan adanya
potensi yang tinggi pada partisipasi kerja perempuan.
Tabel 3
Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin Provinsi Lampung,
Agustus 2016 - Agustus 2017
4
Selama setahun terakhir terlihat ada pergeseran komposisi angkatan kerja menurut latar
belakang pendidikan. Persentase pencari kerja yang berpendidikan tinggi (diploma/sarjana) naik
dari 8,26 persen menjadi 9,45 persen. Sebaliknya, pengangguran yang mengenyam pendidikan
rendah (SMP ke bawah) turun dari 46,79 persen menjadi 39,13 persen. Sementara pada penduduk
yang bekerja terlihat adanya sedikit penurunan pada pekerja yang berpendidikan rendah.
Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi mengalami peningkatan yakni dari 7,94 persen naik
menjadi 8,36 persen. Kondisi yang sama dialami oleh pekerja yang berpendidikan menengah
meningkat dari 23,21 persen menjadi 23,94 persen.
Tabel 4
Komposisi Angkatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
di Provinsi Lampung (Persen), Agustus 2016 – Agustus 2017
Pendidikan Tertinggi Bekerja Pengangguran
yang Ditamatkan Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
<= SD 45,99 46,37 44,57 24,89 29,20 18,11
SMP 22,85 20,87 23,13 21,90 21,71 21,02
SMA Umum 15,35 14,30 15,31 30,73 19,54 31,63
SMA Kejuruan 7,87 8,96 8,64 14,23 17,90 19,80
Diploma I/II/III 1,90 2,72 2,25 3,48 3,40 4,08
Universitas 6,04 6,76 6,11 4,78 8,25 5,36
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Gambar 3
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan,
Agustus 2016 - Agustus 2017
10.0 9.4
8.8
9.0 8.5 8.5
8.0 8.1
8.0 7.6
7.0
6.0
6.0 5.5 5.3
5.0 4.4 4.6
3.9 3.7 3.8
4.0
2.8
3.0 2.6
1.8
2.0
1.0
0.0
<= SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas
Pada Agustus 2017, jumlah penduduk yang bekerja penuh (full time worker), yaitu penduduk
yang bekerja 35 jam per minggu atau lebih sebanyak 2.385,5 ribu (61,23 persen). Sementara itu,
dalam setahun terakhir penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu (pekerja tidak penuh)
mengalami kenaikan sebanyak 162,1 ribu (12,66 persen). Sementara penduduk yang bekerja kurang
5
dari 15 jam per minggu pada Agustus 2017 sebanyak 393,6 ribu (10,1 persen) atau mengalami
peningkatan sebanyak 159,5 ribu (68,11 persen) dibanding Agustus 2016.
Tabel 5
Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu
di Provinsi Lampung (ribu), Februari 2016 – Agustus 2017
2016 2017
Jumlah Jam Kerja per Minggu
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
1- 7 78,6 50,5 126,3 109,6
8 - 14 251,4 183,6 263,2 284,1
15 - 24 529,6 474,8 504,1 508,6
25 - 34 564,8 571,3 585,4 540,1
1 - 34 1 424,4 1 280,3 1 479,0 1 442,4
0 dan ≥ 35 2 430,4 2 651,1 2 603,2 2 453,9
Jumlah 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2
6
Dilihat tren sektoral, lapangan pekerjaan transportasi, pergudangan dan komunikasi selama
setahun yang lalu mengalami penambahan menyerap tenaga kerja paling banyak yakni 55,2 ribu
pekerja, diikuti sektor konstruksi sebanyak 23,3 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalami
drop out tenaga kerja adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan
sebanyak 107,8 ribu pekerja.
Tabel 6a
Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung (ribuan),
Februari 2016 – Agustus 2017
2016 2017
Lapangan Pekerjaan
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan & Perikanan 1 859,3 1 897,9 1 970,3 1 790,0
Pertambangan dan Penggalian 20,8 17,3 21,1 23,8
Industri 375,4 331,0 302,2 306,1
Listrik, Gas dan Air Minum 9,7 4,9 8,0 10,6
Konstruksi 181,2 220,1 177,3 243,4
Perdagangan, Rumah Makan & Jasa
Akomodasi 750,6 753,2 799,9 756,9
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 138,9 130,3 183,0 185,5
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan & Jasa Perusahaan 67,3 51,9 44,8 68,6
Jasa Kemasyarakatan, Sosial &
Perorangan 451,6 524,6 575,5 511,4
Total 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2
Tabel 6b
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung,
Februari 2016 – Agustus 2017
2016 2017
Lapangan Pekerjaan
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &
Perikanan 48,23 48,28 48,27 45,94
Pertambangan dan Penggalian 0,54 0,44 0,52 0,61
Industri 9,74 8,42 7,40 7,86
Listrik, Gas dan Air Minum 0,25 0,13 0,20 0,27
Konstruksi 4,70 5,60 4,34 6,25
Perdagangan, Rumah Makan & Jasa Akomodasi 19,47 19,16 19,60 19,43
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 3,60 3,31 4,48 4,76
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan & Jasa Perusahaan 1,75 1,32 1,10 1,76
Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 11,72 13,34 14,10 13,13
Total 100,0 100,0 100,0 100,0
7
Daerah perkotaan di Lampung didominasi tenaga kerja di sektor Perdagangan/Rumah
Makan/Jasa Akomodasi serta sektor Jasa Kemasyarakatan/Sosial/Perorangan yakni 32,85 persen
dan 25,17 persen. Sedangkan daerah perdesaan lebih dari separuh tenaga kerja bekerja pada sektor
pertanian (58,89 persen). Sektor Pertambangan dan Penggalian di perdesaan lebih banyak
dibanding perkotaan, merepresentasikan sektor tersebut hanya berupa unit-unit usaha kecil seperti
Galian C. Begitu juga dengan sektor industri yang jumlahnya jauh lebih banyak di perdesaan
dibanding perkotaan menandakan banyaknya industri-industri kecil/industri rumah tangga.
Tabel 7
Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Daerah Kota-Desa
di Provinsi Lampung, Agustus 2017
Perkotaan Perdesaan
Lapangan Pekerjaan
absolut (000) % absolut (000) %
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan & Perikanan 128,8 11,98 1 661,2 58,89
Pertambangan dan Penggalian 3,1 0,29 20,7 0,73
Industri 104,2 9,69 201,9 7,16
Listrik, Gas dan Air Minum 6,8 0,64 3,7 0,13
Konstruksi 87,8 8,16 155,6 5,52
Perdagangan, Rumah Makan & Jasa
Akomodasi 353,3 32,85 403,6 14,31
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 71,7 6,67 113,7 4,03
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan & Jasa Perusahaan 49,1 4,56 19,5 0,69
Jasa Kemasyarakatan, Sosial &
Perorangan 270,8 25,17 240,6 8,53
Total 1 075,5 100,00 2 820,7 100,00
8
Tabel 8
Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung,
Februari 2016 – Agustus 2017
2016 2017
Status Pekerjaan
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 707,9 694,2 736,1 685,8
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh
tdk dibayar 783,3 845,6 814,4 763,3
Berusaha dibantu buruh tetap/brh
dibayar 108,0 122,3 149,3 113,2
Buruh/Karyawan/Pegawai 1 080,9 1 052,9 1 097,1 1 044,5
Pekerja Bebas 463,0 428,7 493,4 602,7
Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 711,7 787,5 791,9 686,8
Total 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2
Gambar 5
Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal-Informal
di Provinsi Lampung (ribuan), Februari 2016 – Agustus 2017
Ketimpangan kegiatan ekonomi formal dan informal terlihat signifikan di perdesaan dibanding
perkotaan. Pada Agustus 2017, jumlah pekerja informal di perdesaan mencapai 2.193,5 atau lebih
dari tiga kali jumlah pekerja formal. Pekerja di sektor informal umumnya berpendidikan rendah dan
tidak mempunyai ketrampilan khusus. Kondisi ini terkait erat dengan rendahnya produktivitas di
perdesaan. Sementara itu, jumlah pekerja formal dan informal di perkotaan relatif berimbang yakni
sebanyak 530,5 ribu dan 545,0 ribu. Fenomena ini mengindikasikan pentingnya peran sektor
informal dalam kegiatan ekonomi di perkotaan.
9
Gambar 6
Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal-Informal
dan Kota-Desa di Provinsi Lampung (ribuan), Februari 2016 - Agustus 2017
3. PERBANDINGAN REGIONAL
Tingkat pengangguran terbuka menurut provinsi di Sumatera relatif bervariasi. Lima provinsi
memiliki tingkat pengangguran di atas angka nasional, sementara lima provinsi lainnya termasuk
Lampung memiliki tingkat pengangguran di bawah angka nasional (5,50 persen). TPT tertinggi
dialami Kepulauan Riau yakni sekitar 7,16 persen. Sedangkan TPT yang paling rendah sekitar 3,74
persen terjadi di Bengkulu. TPT Lampung merupakan TPT terendah keempat di Pulau Sumatera.
Gambar 7
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi di Sumatera, Agustus 2017
10
BEBERAPA KONSEP YANG DIGUNAKAN
Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh the International Labour
Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia
kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua
kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Batas bawah bervariasi
antar Negara. Indonesia, menggunakan batas bawah usia 15 tahun, namun dalam survei dicatat
10 tahun ke atas, Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Kanada (14 dan 15
tahun), India (5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun). Batas atas, bervariasi antar Negara.
Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun). Banyak
Negara termasuk Indonesia tidak ada batas atas.
2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang
bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan pengangguran.
3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan
lebih) yang masih sekolah, mengurus rumahtangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.
4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit dilakukan selama 1
jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
5. Penganggur terbuka, terdiri dari:
a) Mereka yang mencari pekerjaan.
b) Mereka yang mempersiapkan suatu usaha.
c) Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan (bukan karena alasan kekurangan fisik).
d) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja (15+).
7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah
angkatan kerja
8. Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35
jam seminggu). Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
a) Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari
35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan
(dahulu disebut setengah pengangguran terpaksa).
b) Pekerja Paruh Waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari
35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela).
11
Lampiran
BRS Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Lampung
No. 01/11/18/Th.X, 6 November 2017
12
13