PKN
PKN
suatu individu di dalam negaranya. Para pahlawan bangsa indonesia rela berkorban
demi mencapai kemerdekaannya dengan melewati berbagai rintangan yang cukup
berat. Untuk menghormati dan menghargai perjuangan itulah maka dibuat hukum
negara yang berlandaskan rasa nasionalisme dan pancasila. Sehingga menjadi hukum
kewarganegaraan. Hukum kewarganegaraan dijelaskan pada pembukaan UUD 1945
pada alinea kedua dan keempat, yang mencatumkan cita - cita dan tujuan bangsa
indonesia setelah merebut kemerdekaannya. Terdapat juga pada pasal 27 ayat 1
mengenai kesamaan kedudukan semua warga negara di mata hukum dan pasal 27 ayat
3 tentang hak dan kewajiban warga negara untuk berupaya membela negaranya.
Namun masih banyak warga indonesia yang belum paham tentang hukum
kewarganegaraan. Seperti halnya kasus yang terjadi beberapa tahun lalu tentang status
kewarganegaraan. Kasus ini terjadi disaat warga negara indonesia menikah dengan
warga negara asing yang kemudian memiliki seorang anak yang harus mempunyai
status kewarganegaraannya.
Kasus Gloria, Refly: Pasal 41 Tak Berikan Perlindungan Hukum yang Adil
"Namun melalui UU Nomor 12 Tahun 2006 anak yang lahir dari ayah warga negara
asing pun diakui sebagai warga negara Indonesia sebagaimana ketentuan Pasal 4
huruf d UU Nomor 12 Tahun 2006 bahkan mengakui dua kewarganegaraan anak
sekaligus hingga usia 18 tahun asas kewarganegaraan ganda terbatas sebagaimana
diatur dalam Pasal 6 ayat 1," beber Refly.
Kembali pada kasus Gloria, Refly mengatakan pada titik ini pasal tersebut
bertentangan dengan UUD 1945. Sehingga tidak ada perlindungan dan kepastian
hukum bagi anak-anak hasil perkawinan campur.
"Pasal 41 tidak memberikan perlindungan hukum yang adil, sekali lagi, tidak
memberikan perlindungan hukum yang adil kepada anak dimaksud, termasuk Gloria
Natapradja Hamel. Seandainya pun orang tua Gloria secara sengaja tidak
mendaftarkan Gloria dalam jangka waktu yang ditentukan sehingga dalam kasus ini
Gloria tidak boleh kehilangan hak kewarganegaraan Indonesianya," papar Refly.
"Karena Pasal 28D ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
status kewarganegaraannya. Sebagaimana telah disinggung di bagian awal, ketentuan
Pasal 41 sebaiknya dibatalkan dan dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat, tidak perlu dinyatakan inkonstitusionalitas," paparnya.
"Kami dikaruniai dua orang anak, yang pertama laki-laki pada tahun 1998 dan
perempuan yang lahir pada tahun 2001. Saya dan keluarga memutuskan kembali ke
Indonesia pada tahun 2012 dan sekarang tinggal di Jakarta. Akan tetapi saya sama
sekali tidak pernah mendapatkan surat edaran lewat pos atau pun lewat email tentang
perubahan UU Kewarganegaraan bagi anak-anak hasil perkawinan campuran antara
WNI dan WNA," papar Betrix
"Saya mendapatkan jawaban bahwa hanya anak-anak yang lahir sesudah bulan
Agustus tahun 2006 yang berhak mendapatkan kewarganegaraan ganda terbatas. Pada
saat itu saya cukup sedih dan kecewa karena kedua anak saya lahir sebelum tahun
2006," paparnya.
Betrix mengatakan bahwa ketika pindah ke Indonesia, dirinya dan suami harus
direpotkan dengan urusan izin tinggal. Hampir selama tinggal di Indonesia izin itu
harus diperbarui.
"Saya pun harus mengurus izin tinggal terbatas yang diperpanjang setiap tahunnya
untuk suami dan anak-anak," pungkasnya.
Analisis Kasus :
Kesimpulan :