i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah swt,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas rutin
dalam membuat makalah ini yang berjudul “Alokasi Anggaran Pembangunan dan
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Guna Mensejahterahkan Masyarakat Daerah”. Adapun
makalah ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah Ekonomi
Pembangunan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca secara umum dan menjadi pertimbangan agar mampu memberikan yang lebih
baik lagi bagi penulis secara khusus.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, kami tentu tidak dapat
menyelasaikan sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Dalam pembuatan makalah ini
banyak dibantu dari pihak lain sebagai referensi. Kami juga berterima kasih kepada Dosen
Pengampu Bapak Dr. Khairuddin E. Tambunan, S.Sos.,M.Si. yang telah memberi tugas ini
sebagai bahan pembelajaran untuk kami. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami meminta maaf dan
kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun agar mampu
menghasilkan mini riset yang lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga materi
yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULLUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)................................................................3
2.2 Pendapatan Daerah..................................................................................................................4
2.3 Belanja Daerah........................................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah...........................................................8
3.2 Pengertian Pendapatan Daerah................................................................................................8
3.3 Pengertian Belanja Daerah......................................................................................................9
3.4 Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.................................................................9
3.5 Kendala atau Masalah yang Dihadapi Dalam Pengelokasian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah............................................................................................................................10
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................13
4.2 Saran......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULLUAN
1
kepada DPRD untuk dibahas dan kemudian disahkan sebagai peraturan daerah. APBD
adalah suatu rancangan keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Seperti halnya dengan APBN,
rencana APBD diajukan setiap tahun oleh pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas
dan kemudian disahkan sebagai peraturan daerah. Oleh sebab itu, DPRD serta pemerintah
daerah harus dapat selalu berupaya secara nyata serta juga dengan terstruktur untuk
menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil pada masyarakat atas dasar
potensi masing-masing daerah tersebut dan juga dapat memenuhi tuntutan terciptanya
suatu anggaran daerah yang berorientasikan pada kepentingan akuntabilitas publik.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Halim (2012: 10) : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
olehPemerintah Daerah dan DPRD.
Menurut Badrudin (2012: 97) : APBD adalah suatu rencana kerja pemerintah daerah
yang mencakup seluruh pendapatan atau penerimaan dan belanja atau pengeluaran
pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka mencapai sasaran
pembangunan dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan uang dan
disetujui oleh DPRD dalam peraturan perundangan yang disebut Peraturan Daerah.
Menurut Mardiasmo (2012: 103) : APBD merupakan instrument kebijakan yang
utama bagi pemerintah daerah. Lanjutnya, anggaran daerah juga digunakan sebagai alat
untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluara, membantu pengambilan keputusan
dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan dating,
sumber pengembangan ukuran-ukuran standar evaluasi kinerja, alat bantu untuk
memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.
Menurut Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, “ Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah),
dan ditetapkan dengan peraturan daerah”.
3
APBD merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.Anggaran
daerah juga digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran.
Selain itu membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, serta
otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang.
Pada hakekatnya anggaran daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan
otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.Mardiasmo (2002:11)
menyatakan , bahwa salah satu aspek terpenting dari suatu pemerintah daerah yang harus
diatur dengan secara hati-hati ialah masalah pada pengelolaan keuangan dan juga
anggaran daerah. Anggaran daerah yang tercermin didalam suatu APBD adalah
suatu instrumen kebijakan utama bagi suatu pemerintah daerah, yang menduduki porsi
sentral didalam upaya pengembangan kapabilitas dan juga efektivitas pemerintah daerah
tersebut.Anggaran daerah tersebut seharusnya digunakan ialah sebagai alat untuk dapat
menentukan besarnya suatu pendapatan serta belanja, alat bantu suatu pengambilan
putusan dan juga perencanaan pembangunan dan juga alat otoritas pengeluaran pada masa
yang akan datang dan juga ukuran standar untuk dapat mengevaluasi kinerja serta juga alat
koordinasi bagi semua aktivitas diberbagai unit kerja.Selanjutnya sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 mengenai suatu Pengelolaan Keuangan Daerah
dikatakan ialah, bahwa pendapatan daerah adalah suatu hak pemerintah daerah yang diakui
ialah sebagai penambah nilai kekayaan yang bersih. Penerimaan daerah adalah suatu uang
yang masuk ke suatu daerah dalam periode tahun anggaran tertentu.
a) Pajak Daerah.
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
4
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Pajak kabupaten / kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah
tingkat kabupaten / kota. Pajak kabupaten / kota yang berlaku sampai saat ini, terdiri
dari:
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
b) Retribusi daerah
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi.Terkait
dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota
meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 29 objek.
5
Menurut Soekarwo (2003: 95), kemandirian dalam APBD sangat terkait dengan
kemandirian PAD, sebab semakin besar sumber pendapatan yang berasal dari potensi
daerah, bukan sumber pendapatan dari bantuan, maka daerah akan semakin leluasa
untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan
Pemerinah Pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Daerah.
Kemampuan daerah dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah juga berhubungan
dengan kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan kebijakannya sebagai
daerah otonom.Semakin besar Pendapatan Asli Daerah yang diterima, maka semakin
besar pula kewenangan pemerintah daerah dalammelaksanakan
kebijakannya.Perubahan pendapatan akan mempengaruhi belanja atau pengeluaran,
namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan tersebut akan dialokasikandalam
belanja. Halim dan Syukriy (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah
berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara
keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total
pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar,
terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis (Halim dan Syukriy, 2004).
2. Dana perimbangan
Sesuai dengan undang – undang no.33 tahun 2004 disebutkan bahwa dana
perimbang merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBD yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dlam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Dana perimbangan terbagi atas dana bagi hasil (OBH) , dana alokasi umum (DAU),
dana alokasi khusus (DAK).
Menurut PP No.55 Tahun 2005 Pasal 19 ayat 1,DBH terdiri atas Pajak dan Sumber
Daya Alam : Sumber-sumber penerimaan DBH adalah Pajak dan Sumber Daya
Alam (SDA). DBH yang bersumber dari pajak meliputi Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Bagian Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak
Penghasilan pasal 25/29 dan 21. Sementara DBH yang bersumber dari Sumber Daya
Alam meliputi kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi.
Menurut PP No. 55 Tahun 2005 Pasal 5 ayat (2), besaran dana bagi hasiladalah
sebagai berikut : Besaran dana bagi hasil penerimaan Negara dari PBB dengan
imbangan 10% untuk daerah. Besaran dana bagi hasil penerimaan Negara dari
6
BPHTB dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk daerah.Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
b) Dana alokasi umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan ddengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah, pengertian Dana Alokasi Umum (DAU) adalah Dana yang berasal
dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentrialisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
Pendapatan dalam Negeri Neto.
Menurut Saragih (2003: 98), Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang
fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal
yang sama(horizontal fiscal imbalance). DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal
dari pusat ke daerah (intergovernmentaltransfer) berfungsi sebagai factor pemerataan
fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau
keuangan daerah.
7
BAB III
PEMBAHASAN
9
korupsi.Ini di luar korupsi yang dilakukan ratusan pejabat daerah (bupati, walikota) dengan
nilai kerugian keuangan negara mencapai triliunan rupiah. Jadi, kalau Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) baru-baru ini merilis temuannya soal indikasi
korupsi dana APBD yang demikian dahsyat, itu adalah konfirmasi dari fakta-fakta yang
tersaji sebelumnya. Dalam rilisnya itu, PPATK menemukan transaksi mencurigakan yang
terjadi di seluruh provinsi di Indonesia sepanjang 2012. Transaksi yang terindikasi tindak
pidana korupsi terbanyak terdapat di wilayah Provinsi DKI Jakarta sejumlah 37,45%,
Kalimantan Timur 8,83%, dan Jawa Timur sebanyak 5,55%.
Kita tentu saja terenyuh menyaksikan fakta terbaru tersebut. Dengan terus disunatnya
dana-dana APBD oleh oknum penyelenggara negara di tingkat pemerintahan daerah, akan
sangat sulit bagi rakyat untuk mencapai tingkat kesejahteraannya. Padahal, dengan dana
APBD yang mencapai ratusan miliaran bahkan puluhan triliun untuk sejumlah kabupaten/
kota “gemuk”, upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat sangatlah mungkin dicapai.
Dengan APBD yang demikian besar, pemerintah provinsi/daerah pasti mampu
membangun infrastruktur, perumahan dan permukiman serta berbagai fasilitas umum dan
fasilitas sosial yang diperlukan warga. Jakarta, misalnya dengan APBD sebesar lebih dari
Rp 40 triliun dalam setahun anggaran, sudah sangatlah mampu memberikan jaminan
kesehatan dan pendidikan gratis bagi pendudukan usia sekolah. Dengan dana sebesar itu
pula, kemiskinan bisa dientaskan, pengangguran bisa diatasi, permukiman kumuh bisa
dibenahi, transportasi publik pun dapat dibangun dengan standar terbaik. Ini semua hanya
mungkin terjadi jika para pengambil kebijakan di daerah bersumpah untuk tidak korupsi
dan belajar bagaimana memanfaatkan anggaran secara baik, benar, dan bertanggung jawab.
Karena itu, tak ada lagi bentuk pertanggungjawaban terbaik dalam penggunaan dana
APBD selain mengarahkan serta memanfaatkan seluruh dana-dana tersebut untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Meningkatkan pelayanan kesehatan, memajukan
pendidikan, membangun infrastruktur dan berbagai fasilitas publik lainnya adalah tujuan
utama APBD.Dana APBD haram dipakai di luar alokasi untuk kesejahteraan rakyat,
apalagi dikorupsi untuk menggemukkan kantong-kantong pribadi.
10
kemampuan pimpinan dan sedikit sekali menyampaikan masalahmasalah riil yang
dijumpainya untuk dipecahkan.
2. Sistem Administrasi yang Ketinggalan Zaman adalah sistem administrasi yang masih
tradisional dengan fasilitas fisik dan teknis yang tidak memadai sehingga menghasilkan
arus informasi yang tidak sistematik, lemahnya koordinasi, kurangnya perencanaan yang
komprehensif, sulitnya pengendalian dan pengawasan, serta inefisiensi.
3. Pembengkakan Birokrasi Yaitu membentuk organisasi perangkat daerah yang banyak
jumlahnya dan kurang didasarkan pada kebutuhan nyata dari daerah menimbulkan
terjadinya pembengkakan perangkat daerah.“Dampak lebih jauh mengakibatkan sebanyak
70-80 persen APBD habis atau tersedot untuk pembiayaan birokrasi dan aparatur. Selain
itu kelemahan dengan banyaknya perangkat daerah mengakibatka prosedur yang
berlebihan akan mengakibatkan pelayanan menjadi berbelit-belit dan kurang
menguntungkan bagi masyarakat ketika dalam keadaan mendesak.
4. Kurangnya pelatihan & rendahnya pendidikan aparat. Minimnya SDM pendukung
dalam hal pelatihan dan pendidikan akan berimplikasi terhadap pengelolaan APBD
sehingga anggaran tidak dapat direalisasikan dengan baik. Faktanya: pada umumnya
anggota DPRD kurang memiliki kemampuan berkenaan dengan proses pengelolaan
APBD.
Keadaan di atas seharusnya tidak terjadi karena sebagaimana dikemukakan oleh
Yowono (2008:154) bahwa tujuan prioritas APBD adalah terpenuhinya skala kebutuhan
masyarakat yang paling penting dan paling luas jangkauannya agar alokasi sumberdaya
dapat digunakan dan dimanfaatkan secara ekonomis, efisiensi dan efektif mengurangi
tingkat resiko dan ketidak pastian serta tersusunya program dan kegiatan yang realistis.
Berdasarkan permasalahan di atas tampak bahwa arah kebijakan anggaran yang
hendak dicapai belum nampak, walaupun dalam kebijakan umum anggaran telah
ditegaskan bahwa APBD harus berorientasi pada upaya pengentasan kemiskinan dan
penyediaan lapangan kerja sehingga masyarakat daerah sejahtera.
11
membangun komitmen yang lebih tinggi dalam pemenuhan nilainilai kualitas belanjda
daerah dan perumusan APBD.
Bagi Pemeritah Pusat, peninjauan kembali regulasi yang berkaitan dengan hak-hak.
daerah dalam mengelola sumberdaya alam dimaksudkan agar daerah menjadi lebih besar
kewenangannya sehingga memperoleh pendapatan dari eksploitasi sumberdaya alamnya
secara lebih adil.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah suatu rencana kerja
pemerintah yang dinyatakan secara kuantitatif, biasanya dlam satuan moneter yang
mencerminkan sumber-sumber penerimaan daerah dan pengemuaran untuk mmbiayai
kegiatan dan proyek daerah dalam kurun waktu satu tahun anggaran.
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan
nilai kekayaan bersih dan priode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah yang dimaksud
bersumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan. Sedangkan Belanja daerah
adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
dalam priode tahun anggaran yang bersangkutan.
Dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang mencapai triliunan
rupiah setiap tahun, pemerintah daerah sesungguhnya mampu meningkatkan kesejahteraan
rakyat.Tapi, apa yang terjadi adalah sebaliknya. Daerah selalu mengeluhkan kekurangan
dana untuk menggulirkan program-program peningkatan kesejahteraan rakyat.Dalam era
otonomi daerah ini, pemerintah pusat hanya menangani enam bidang atau fungsi yaitu
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, serta agama.Namun,
masih banyak daerah yang ikut membiayai institusi vertikal, yang seharusnya menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat.
Yang menjadi masalah dalam pengelokasian APBD ke masyarakat ini antara lain :
Adanya Struktur Administrasi yang memusat
Sistem Administrasi yang Ketinggalan Zaman
Pembengkakan Birokrasi
Kurangnya pelatihan & rendahnya pendidikan aparat
Upaya yang dapat dilakukan untuk masalah-masalah tersebut yaitu Harus ada
komitmen dari pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) untuk meninjau
ulang regulasi pusat yang menghambat daerah.Bagi Pemeritah Pusat, peninjauan kembali
regulasi yang berkaitan dengan hak-hak. daerah dalam mengelola sumberdaya alam
dimaksudkan agar daerah menjadi lebih besar kewenangannya sehingga memperoleh
pendapatan dari eksploitasi sumberdaya alamnya secara lebih adil.
4.2 Saran
Jika terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ekonomi pembangunan ini kami
mohon maaf.Dimohonkan untuk memberikan kritikan dan saran agar tidak terjadi kesalahn
di pengolahan makalah selanjutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Khakim, Luqman, dkk. 2011. Potensi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat. Politeknik Negeri Semarang : Jurnal Ekonomi Pembangunan.
https://investor.id/editorial/apbd-cukup-untuk-sejahterakan-rakyat
http://eprints.polsri.ac.id/3569/3BAB2.pdf
14