Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

.Resiko Bunuh Diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat
ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan
bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan dan keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat
pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian, pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981)
(dikutip oleh Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya menyebutkan bahwa
motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah dengan
orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan 16%
masalah dengan saudara.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak
pendapat tentang penyebab dan atau alasan termasuk hal-hal berikut
a. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
e. Tangisan minta tolong

2. Faktor presipitasi
1. Psikososial dan klinik
a. Keputusasaan
b. Ras kulit putih
c. Jenis kelamin laki-laki
d. Usia lebih tua
e. Hidup sendiri

2. Riwayat

a. Pernah mencoba bunuh diri.


b. Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.

3. Diagnostis

b. Penyakit medis umum


c. Psikosis
d. Penyalahgunaan zat
C. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan. (Yosep,2009)
D. Masalah Keperawatan
1. Resiko Perilaku bunuh diri
2. Koping maladaptive
E. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku pengerusakan
diri tak langsung adalah pengingkaran (denial). Sementara, mekanisme koping
yang paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
F. Jenis Resiko Bunuh Diri
3. Bunuh diri egoistik : Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial
yang buruk.
4. Bunuh diri altruistik : Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
5. Bunuh diri anomik : Akibat lingkungan tidak dapat memberik kenyamanan
bagi individu.
G. Rentang Respon

Adaptif Maladaptive

Pertumbuhan Perilaku
Peningkata destruktif Pencedera Peningkatan
Peningkatan
n Diri diri tak an diri Diri
Berisiko
langsung
III. A. POHON MASALAH

Resiko bunuh diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Daftar Masalah , Stuart , ( 2009 )

a) Resiko prilaku kekerasan terhadap diri

b) Resiko bunuh diri

c) Ketidak patuhan

d) Mutilasi diri

e) Ketidak berdayaan

f) Keputusasaan

g) Kecemasan

h) Koping individu in efektik

i) Haarga diri kronik

Data yang perlu dikaji

Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapa di nilai dari ungkapan pasien yang
menunjukan keinginan atw ppikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung dengan
data hasil wawancara dan observasi .

a. Data subjektif

Pasien mengungkapkan tantangan :


1) Merassa hidup tak berguna lagi

2) Ingin mati

3) Pernah mencoba bunuh diri

4) Mengancam bunuh diri

5) Merasa bersalah / sedih , marah , putus asa , tidak berdaya .

b. Data objectif

1) Expresi murung

2) Tak bergairah banyak diam

Ada bekas percobaan bunuh diri , ( kemenkes , 2012 ) .

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.


VI. DAFTAR PUSTAKA

Pratama, A. (2017). Laporan Pendahauluan Resiko Bunuh Diri Lengkap. LP keperawatan.

Yosep, Iyus.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama


STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Proses Keperawatan (Pertemuan ke-1)

1. Kondisi Klien

a. Data Subyektif

a) Pernah mencoba meminum cairan kimia pemutih baju


b) Mengatakan isyarat bunuh diri
c) Keadaan psikologi klien buruk

b. Data Obyektif

a) Sering menangis
b) Sering melamun
c) Tidak mau berkomunikasi
d) Sedih
e) Tidak berdaya

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko Bunuh Diri

3. Tujuan Keperawatan

a. Tujuan Umum

a) Klien dapat tetap aman dan selamat

b. Tujuan Khusus

a) Klien dapat mendapatkan perlindungan dari lingkungan


b) Klien dapat mengungkapkan perasaan
c) Klien dapat mengungkapkan penyelesaian masalah yang baik

4. Tindakan Keperawatan

a) Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien


b) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c) Mengajarkan cara-cara mengendalikan dorongan bunuh diri
d) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
1. STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1)
a. Fase Orientasi
1) Salam:
” Selamat pagi.” Perkenalkan nama saya perawat Dhani, saya adalah perawat
yang akan merawat anda selama saya berada disini.” Nama anda siapa?”
Lebih senang dipanggil apa?” Baiklah saya panggil Siska saja ya?”
2) Evaluasi Validasi:
” Bagaimana perasaan anda hari ini?” Apakah ada yang ingin Siska ceritakan
ke saya?” Siapa tau saya bisa membantu masalah yang sedang Siska hadapi
saat ini.”
3) Kontrak:
“ Bagaimana Siska?” Apakah hari ini Siska ada waktu?” Bisakah kita
berbincang-bincang sebentar?” Siska maunya sekitar berapa lama?” Kalau
sekitar 15 menit bagaimana Sis?” Baiklah kalau begitu saya setuju.” O ya Sis
kita mau disini saja atau ditempat yang lain?” OK, kalau Siska maunya disini
saja.”
b. Fase kerja
“ Siska, bagaimana perasaan Siska saat ini?” Apakah karena musibah yang
menimpa Siska saat ini, Siska adalah orang yang paling menderita didunia?
“Apakah karena ini Siska kehilangan kepercayaan diri?” Apakah Siska
merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?” Apakah Siska berniat
untuk menyakiti diri Siska sendiri?” Apakah Siska pernah mencoba bunuh
diri?” Apa sebabnya?” Bagaimana caranya?” Apa yang Siska Rasakan?”
Baiklah tampaknya Siska membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengkhiri hidup.” Siska, saya perlu memeriksa seluruh isi
kamar ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang dapat
membahayakan Siska ya?’”Karena Siska tampaknya masih
memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup Siska, saya tidak akan
membiarkan Siska sendiri”. ”Apa yang Siska lakukan jika keinginan bunuh
diri muncul?”. ”Kalau keinginan itu muncul, Siska harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi Siska jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.” ”Saya
percaya Siska dapat mengatasi masalah.”
c. Fase terminasi
1. Evaluasi

Subyektif :
“ Bagaimana keadaan Siska hari ini setelah berbincang-bincang dengan suster
mengenai masalah yang Siska hadapi?”
Obyektif :
“Coba, Siska ulangi apa saja yang suster beritau tadi kepada Siska, “ Ya, benar
sekali ya Siska pintar sekali.”
2. Rencana Tindak Lanjut:
“ Siska, nanti kalau siska ada keinginan untuk mengakhiri hidup Siska, Siska
bisa melakukan yang suster bilang tadi ya?” Menemui keluarga atau perawat
agar Siska tidak sendirian. Nanti siang suster akan kembali lagi untuk
menjelaskan bagaimana berharganya hidup Siska itu.” Bagaimana Siska?”
3. Kontrak:
”Baiklah, karena waktu kita sudah habis, suster akan permisi dulu ya?” Nanti
siang Siska bisanya jam berapa?” Maunya dimana kita berbincang-bincang
lagi?” Ok. Baiklah suster permisi dulu ya.” Selamat Pagi!”

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP2)


a. Fase orientasi
1) Salam

“ Selamat siang Siska?” Masih ingat dengan saya kan?”

2) Evaluasi / Validasi

“ Bagaimana keadaan Siska siang ini?” Ada yang ingin diceritakan?”

3) Kontrak

“Baiklah kalau tidak ada, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai


betapa berharganya hidup itu?” Siska maunya kita berapa lama berbincang-
bincangnya?” Bagaimana kalau 15 menit? Siska setuju?” Siska maunya
dimana ? O, ditaman saja ya?” Baiklah.
b. Fase kerja

“Siska, dalam hidup Siska apa saja yang perlu Siska syukuri?” Siapa saja yang
akan sedih dan rugi kalau Siska meninggal?” Coba saya ingin tau dan ingin
mendengar hal-hal apa saja yang baik dalam kehidupan Siska?” Keadaan
yang bagaimana yang dapat membuat Siska merasa puas?” Iya saya liat
kehidupan Siska baik kok.” Dan itu patut Siska syukuri. “ Coba Siska
sebutkan lagi kegiatan apa saja yang masih dapat Siska lakukan selama ini?”.
Bagaimana kalau kita latih kemampuan Siska?” Setuju kan ?” YA, baik sekali
Siska.”

c. Fase terminasi
1. Evaluasi

Subyektif:
“ Bagaimana perasaan Siska setelah kita berbincang-bincang?” Merasa
sedikit lega?”
Obyektif:
” Coba Siska ulangi lagi apa saja kegiatan yang baik dalam kehidupan Siska?”
wah, bagus sekali Siska.”
2. Rencana tindak lanjut :
“ Siska,tolong ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan Siska
jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan ya.” Bagus. Coba,ingat-ingat lagi
hal-hal lain yang masih Siska miliki dan perlu disyukuri! Besok jam 8 kita
bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana?
Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera
hubungi saya ya!” Selamat Siang”

Anda mungkin juga menyukai