Anda di halaman 1dari 28

Makalah

Pemeliharaan
Peralatan Listrik 2
Ade Renaldy 04161001
Riyan Cristovel Wangko 04161064
Slamet 04161072
Yosua Tuwaidan 04161079
1. Jenis-Jenis Bahan Isolator Pada Kabel
1.1 Karet

Gambar 1. Isolasi kabel berbahan karet (ecicables)


Karet organik, selama bertahun-tahun menjadi material selubung untuk
kabel. Dengan sifatnya yang organik, maka dengan berjalannya waktu akan cepat
menjadi kaku dan rapuh. Dalam kondisi ini masih bisa berfungsi sebagai isolasi,
kecuali terjadi retak-retak yang akan menghilangkan sifat isolasinya. Sehingga
disarankan untuk mengganti kabel-kabel ini dengan kabel yang terisolasi dengan
selubung karet sintetis. Yang lebih fleksibel dan tentu saja dengan ketahanan lebih
baik. Bisa dipakai pada suhu 60°C sampai 180°C, tergantung dari campurannya.

1.2 Kertas

Gambar 2. Isolasi kabel berbahan kertas


Kertas merupakan isolasi yang sangat baik, kecuali bila basah, maka akan
kehilangan sifat isolasinya. Kertas memiliki sifat higroskopis, yaitu menyerap
kelembapan di sekitarnya. Oleh karena itu kertas tidak boleh ada kontak dengan
udara. Maka harus dilapisi dengan bahan penahan, yang umumnya adalah timah.
Dikenal dengan sebutan PILC (paper insulated lead covered). PILC biasa dipakai
untuk kondisi yang berat. Selubung kertas dicampurkan minyak atau bahan tahan
serap agar lebih tahan lama. Penyambungan kabel ini diperlukan metode khusus
agar tetap terisolasi dengan baik. Kekurangannya kabel ini sangat berat, sehingga
PVC dan XLPE lebih banyak dipakai.
1.3 PVC

Gambar 3. Isolasi Kabel Berbahan PCV


Polyvinyl chloride (PVC) adalah isolasi kabel tegangan rendah yang
banyak dipakai saat ini. Mudah digunakan, dan tahan terhadap minyak atau bahan
kimia lain. Bila terbakar, PVC menghasilkan asap tebal mengandung gas klorida
hidrogen korosif.
Perubahan sifat PVC terhadap suhu dingin, menjadi kaku dan sulit untuk
dikupas, maka PVC tidak boleh digunakan di kondisi suhu kurang dari 5°C.
Walau ada PVC khusus yang sanggup bekerja sampai -20°C.
Bila terkena suhu tinggi, PVC akan meleleh dan menyebabkan konduktor
menyembul dari selubung PVC. Maka untuk penggunaan PVC tidak melebihi
suhu 70°C, walau tersedia juga PVC yang aman sampai suhu 85°C. Pancaran
sinar ultraviolet yang terusmenerus bisa menyebabkan PVC menjadi kaku dan
rapuh.

1.4 LSF (Low Smoke and Fume)

Gambar 4. Isolator kabel berbahan LSF


Material yang bila terbakar akan menghasilkan sedikit asap dan emisi gas
korosif, bila dibandingkan dengan PVC telah tersedia beberapa tahun belakangan.
Umumnya digunakan sebagai bahan campuran selubung XLPE atau LSF, yang
dengan pertimbangan keamanan pada kondisi kebakaran.
1.5 Thermosetting (XLPE)

Gambar 5. Isolator kabel berbahan XLPE


Gross-linked polyethylene (XLPE) adalah campuran thermoset yang
mempunyai sifat lebih baik dari PVC, oleh karenanya material ini dipakai pada
tegangan menengah sampai tegangan tinggi. Lebih tahan terhadap perubahan sifat
pada suhu tinggi dari pada PVC yang harus diganti secara berkala. Dalam
beberapa aplikasi juga menggantikan PILC. XLPE ini bisa bertahan oleh suhu
sampai 90°C, dimana bisa meningkatkan kapasitas arus, khususnya bila suhu
lingkungan sangat tinggi.

1.6 Mineral

Gambar 6. Isolator kabel berbahan mineral


Dalam kondisi kering selubung mineral seperti magnesium oksida adalah
isolasi yang baik. Karena sifatnya yang menyerap kelembapan air maka isolasi ini
dilapisi dengan selubung tembaga. Efeknya dihasilkan kabel yang benar-benar
tahan api dan bisa bekerja pada suhu sampai 250°C. Sepenuhnya inorganik dan
tahan perubahan usia. Kabel ini mempunyai diameter yang kecil dengan kekuatan
mekanis yang bagus, tahan air, tahan radiasi dan pulsa elektromagnetik, lentur dan
tahan korosi. Dalam kasus tertentu, selubung tembaga bisa korosi, maka
digunakan LSF untuk melindunginya, yang akan mengurangi suhu kerja. Dan
untuk pencegahan masuknya kelembapan, maka digunakan seal khusus pada
potongan kabel. Tersedia juga kabel dengan selubung mineral khusus dengan
sepasang inti logam ntuk mengurangi efek elektromagnetis.
2. Tegangan Aman Yang Dapat Disentuh Manusia
2.1 Dampak Sengatan Listrik Berdasarkan Besarnya Arus
Berikut adalah dampak sengatan listrik pada tubuh manusia berdasarkan
besarnya arus yang mengalir
a Dari 0,1 sampai 0,5 mA, jantung tidak terpengaruh sama sekali bahkan dalam
jangka waktu lama.
b Dari 0,5 sampai 10 mA, jantung bereaksi dan rasa kesemutan muncul
dipermukaan kulit.
c Dari 10mA sampai 200 mA, jantung tahan sampai jangka waktu maksimal 2
detik saja. (Tergantung kondisi)
d Dari 200 sampai 500 mA, jantung merasakan sengatan kuat dan terasa sakit,
jika melewati 0,5 detik masuk daerah bahaya.
e Diatas 500mA, jantung akan rusak dan secara permanen dapat merusak
sistem peredaran darah bahkan berakibat kematian.

2.2 Besar Tegangan Yang Aman Disentuh Oleh Manusia


Berdasarkan IEC60479 dengan mempertimbangkan beberapa parameter
seperti, lama aliran listrik melewati tubuh, tempat sentuhan, bagian tubuh yang
teraliri, bentuk penghantar terpegang dan efek psikologi seseorang ditentukanlah
bahwa 10 mA bisa melewati tubuh manusia tanpa batas waktu.
Dengan menggunakan batas aman arus berdasarkan IEC60479 sebesar 10
mA dan tahanan manusia saat basah sebesar 5000 Ω dan tahanan manusia saat
kering sebesar 12000 Ω yang selanjutnya dicari tegangannnya menggunakan
rumus berikut,
𝑉=𝐼∙𝑅
didapatkan tegangan yang aman disentuh oleh manusia saat basah adalah sebesar
12 V dan saat kering sebesar 50 V.
Berdasarkan IEC 449, IEC60479 dan PUIL 2000 (Persyaratan Umum
Instalasi Listrik) batas atas rentang tegangan adalah 50 Volt arus bolak balik dan
120 volt arus searah.

3. Dampak Sengatan Listrik Bagi Manusia


Berikut adalah dampak yang terjadi pada tubuh manusia saat terkena
sengatan listrik :

3.1 Dapat Memengaruhi Jantung dan Paru-paru


Arus listrik nyatanya dapat memengaruhi jantung dan paru-paru kamu. Bahkan,
paru-paru dan jantung memang dipengaruhi oleh listrik. Meskipun kecil, nyatanya
arus listrik dapat menimbulkan kontraksi ke jantung tanpa disadari. Inilah yang
menyebabkan saat kamu tersengat aliran listrik maka jantung kamu bisa berdegup
lebih kencang. Tidak hanya itu, listrik juga bisa difungsikan sebagai alat pacu
jantung, khususnya di rumah sakit dengan penanganan dari dokter atau ahli medis.

3.2 Sengatan Listrik dapat Membuat Sesak Napas


Selain dapat memengaruhi jantung dan paru-paru, nyatanya terkena sengatan
listrik dapat membuat kamu menjadi sesak napas. Hal ini terjadi karena aliran
listrik eksternal yang melalui tubuh sangat kuat. Aliran ini dapat mengganggu
kinerja jantung, sel saraf otak, hingga organ tubuh lainnya. Sebaiknya segera
hubungi medis jika sudah sampai membuat penderita sesak napas. Parahnya, jika
sudah mengakibatkan sesak napas bisa berujung kematian.

3.2 Membahayakan Sistem Saraf


Terkena sengatan listrik juga dapat membahayakan sistem saraf. Tentu sistem
saraf dalam tubuh memiliki banyak peranan penting. Sistem saraf mampu
mengirimkan begitu banyak sinyal ke dalam tubuh kita. Tidak hanya itu, otak
dan motorik organ dalam tubuh juga dipengaruhi oleh sistem saraf dalam
kerjanya. Jika sistem saraf melemah dalam tubuh maka fungsi kerja tubuh juga
akan ikut melemah. Karena itu,, orang yang baru terkena sengatan listrik akan
merasakan tubuh yang sangat lemas.

3.3 Membahayakan Organ Tubuh Lainnya


Terkena sengatan listrik dalam tegangan yang tinggi nyatanya juga akan
memengaruhi fungsi kerja dari organ tubuh. Sengatan listrik bisa mengganggu
fungsi kerja mata untuk melihat. Dampaknya, seseorang yang tersengat listrik bisa
mengalami peradangan dan pendarahan pada bola mata. Tidak hanya itu,
pendengaran juga bisa berdenging dan gendang telinga mengalami robek. Wanita
hamil juga sebaiknya menjauhkan diri dari kegiatan yang menggunakan listrik, hal
yang paling parah bisa menyebabkan kematian pada kandungan jika tersengat
aliran listrik cukup tinggi.

4.1 Pengertian Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa
juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut,
namun sebagai usaha akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-
hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya
yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak


menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.

6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang


dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah
dalam menggunakannya.

7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah


pemeliharaannya.

4.2 Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri

1. Tujuan
 Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.

 Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.

 Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

2. Manfaat
 Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

 Mengurangi resiko akibat kecelakaan.

3. Jenis
Alat Pelindung Diri di bagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. APD bagian kepala meliputi :
 Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi dari alat pelindung
mata,pernapasan dan mata contohnya Topi Pelindung/Pengaman (Safety
Helmet), Tutup Kepala, Hats/cap, Topi pengaman.

 Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : Topi Pelindung/Pengaman (Safety


Helmet),

 Alat Pelindung Muka : Safety Glasses, Face Shields, Goggles.

 Alat Pelindung Pengliahatan : Kaca Mata

 Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ), Sumbat Telinga (Ear
plugs).

 Alat Pelindung Pernafasan : Masker, Respirator.

1. APD bagian badan meliputi :

 Alat Pelindung Seluruh Badan : jas laboratorium

 Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron

 Alat Pelindung Bagian Dada : Rompi Pelindung

1. APD bagian anggota badan meliputi :

 Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan (Safety Gloves).

 Alat Pelindung Kaki : sepatu bot.

4. Kegunaan
 Alat Pelindung Kepala

o Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet)


: Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan,
terjatuh dan terkena arus listrik.

o Tutup Kepala : Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-


uap, panas/dingin.

o Hats/cap : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan


mesin-mesin berputar.

o Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum dan


pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap
tegangan listrik. Biasanya digunakan oleh pemadam kebakaran.

 Alat Pelindung Muka Dan Mata


o Melindungi muka dan mata dari:

 Lemparan benda-benda kecil.

 Lemparan benda-benda panas

 Pengaruh cahaya

 Alat Pelindung Telinga

o Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan frekuensi


Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB, sedangkan frekuensi
untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.

o Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB


(35–45 dB) Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan
khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari
50 dB,karena hantaran suara melalui tulang masih ada.

 Alat Pelindung Pernafasan

o Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:

o Kekurangan oksigen

o Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)

o Pencemaran oleh gas atau uap

 Alat Pelindung Tangan

 Sarung Tangan (Gloves) Jenis pekerjaan yang membutuhkan sarung


tangan :

o Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit)

o Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet)

o Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi


cedera bila tidak menggunakan sarung tangan (seperti benda yang
masih panas, benda yang sisinya tajam dlsb.).

o Beberapa pekerjaan perawatan.

 Alat Pelindung Kaki

o Untuk mencegah tusukan


o Untuk mencegah tergelincir

o Tahan terhadap bahaya listrik

 Alat Pelindung Badan

o Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari benda


berbahaya, misal api, asap, bakteri, zat-zat kimia, dsb.

 Safety Belt

o Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh,


biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta
tempat tertutup atau boiler.

 Alat pelindung diri untuk tugas khusus

o Apron untuk bekerja dengan bahan kimia ataupun pekerjaan


pengelasan.

o Full body harness untuk bekerja di ketinggian melebihi 1,24 meter.

o Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan


kebisingan melebihi 85 dB.

o Sepatu boot karet (rubber boot) untuk semua pekerjaan di kebun


yang dimulai dari survey lahan, pembibitan, penanaman hingga
panen.

4.3 Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri


1. Kekurangan
o Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai
Alat pelindung diri yang kurang tepat

o Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat
dari kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya.

o Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan

o Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,

o Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)

o Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan


tertentu.
o Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti
kanister, filter dan penyerap (cartridge).

o Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai


berganti-ganti.

2. Kelebihan
o Mengurangi resiko akibat kecelakan

o Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan

o Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan


administrasi tidak berfungsi dengan baik.

o Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.

4.4 Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri

1. Cara memilih
o Sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai.

o Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis
pekerjaannya harus selalu digunakan selama mengerjakan tugas
tersebut atau selama berada di areal pekerjaan tersebut
dilaksanakan.

o Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam


kantor, ruang istirahat, atau tempat-tempat yang tidak berhubungan
dengan pekerjaannya.

o Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang


dipakai.

2. Cara merawat
o Meletakkan Alat pelindung diri pada tempatnya setelah selesai
digunakan.

o Melakukan pembersihan secara berkala.

o Memeriksa Alat pelindung diri sebelum dipakai untuk mengetahui


adanya kerusakan atau tidak layak pakai.

o Memastikan Alat pelindung diri yang digunakan aman untuk


keselamatan jika tidak sesuai maka perlu diganti dengan yang baru.
o Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut
cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.

o Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja


yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik
serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan

o Secara spesifik sebagai berikut

 Helm Safety/ Helm Kerja (Hard hat)

1. Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.

2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang


kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak, bolong atau tanpa system
suspensinya).

3. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang


memiliki helm kerja dan telah mengikuti training.

 Kacamata Safety (Safety Glasses)

1. Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.

2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety yang


kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.

3. Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi


yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau
kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.

4. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang


memiliki kacamata safety dan telah mengikuti training.

 Sepatu Safety (Safety Shoes)

1. Sepatu safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.

3. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang


memiliki sepatu safety dan telah mengikuti training.

 Masker/ Perlindungan Pernafasan (Mask/ Respiratory Protection)

1. Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.

2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung pernafasan


yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

3. Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung jawab


karyawan yang bersangkutan,

4. Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan oleh


managemen lini.

 Sarung tangan

1. Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.

2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang


kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.

3. Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari debu,


kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau
kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.

4.5 Generator
Generator adalah suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengan
masukan tenaga mekanik . Jadi disini generator berfungsi untuk mengubah tenaga
mekanik menjadi tenaga listrik yang mempunyai prinsip kerja sebagai berikut:
bilamana rotor diputar maka belitan kawatnya akan memotong gaya-gaya magnit
padakutub magnit, sehingga terjadi perbedaan tegangan, dengan dasar inilah
timbullah arus listrik, arus melalui kabel/kawat yang ke dua ujungnya
dihubungkan dengan cincin geser. Pada cincincincin tersebut menggeser sikat-
sikat, sebagai
terminal penghubung keluar. Bagian-bagian generator :
a. Rotor, adalah bagian yang berputar yang mempunyai bagian terdiri dari poros,
inti, kumparan, cincin geser, dan sikat-sikat.
b. Stator, adalah bagian yang tak berputar (diam) yang mempunyai bagian terdiri
dari rangka stator yang merupakan salah satu bagian utama dari generator yang
terbuat dari besi tuang dan ini merupakan rumah dari semua bagian-bagian
generator, kutub utama beserta belitannya, kutub-kutub pembantu beserta
belitannya, bantalan-bantalan poros.

Gambar 1. Konstruksi sederhana sebuah generator


(Sunil, 1978)

4.6 Gangguan yang Sering Terjadi pada Generator


Gangguan adalah setiap kesalahan dalam suatu rangkaian yang
menyebabkan terganggunya aliran arus yang normal. Peristiwa terjadinya
gangguan dalam sistem tenaga listrik merupakan peristiwa yang umum terjadi, hal
semacam ini biasanya dikenal dengan kondisi abnormal (Stevenson, 1994).
Kondisi abnormal yang sering muncul pada generator adalah sebagai berikut:
- Gangguan hubung singkat pada lilitan
- Hilangnya eksitasi
- Terbebani lebih
- Generator berfungsi sebagai motor
- Kenaikan temperatur yang lebih besar dari temperatur normal (over heating)
- Berputar dengan putaran yang lebih besar dariputaran normal (over speed)
- Beroperasi dalam keadaan tidak seimbang dan tidak sinkron.

4.7 Sistem Proteksi Pada Generator


Generator merupakan salah satu bagian tenaga listrik yang sangat vital dan
mahal harganya sehingga perlu mendapatkan perlindungan yang cukup handal
terhadap gangguan yang terjadi. Bila terjadi suatu gangguan didalam rangkaian
listrik, instalasi harus diamankan dan bagian yang terganggu harus di pisahkan
dalam waktu secepatnya, guna mencegah atau memperkecil kerusakan yang dapat
diakibatkan oleh gangguan itu. (Abdul Kadir, 1996)
Hal ini perlu dilakukan secara otomatik dan selektif, sehingga bagian dari
instalasi yang tidak terganggu dapat berfungsi dengan baik. Hal ini perlu
dilakukan dengan berbagai pengaman, dimana fungsi utama peralatan proteksi
adalah melepaskan atau memisahkan peralatan yang terganggu dari sistem
keseluruhan guna memperkecil kerusakan yang dapat terjadi dan sebanyak
mungkin mempertahankan kontinuitas penyediaan tenaga listrik. Adapun sistem
proteksi pada generator sebagai berikut :
a. Overcurrent relay
Overcurrent relay yang digunakandalah Overcurrent relaydan inverse overcurrent
Relay yang berfungsi untuk memproteksi generator bila terjadi hubung singkat
yang menyebabkan arus lebih.
b. Earth fault relay
Earth fault relay yang digunakan adalah istantaneous earth fault relay yang
berfungsi untuk mengamankan generator terhadap gangguan ke tanah
c. Overvoltage relay
Overvoltage relay yang digunakan adalah Overvoltage relay tipe VDG dan
instantaneous
overvoltage relay tipe VAC yang berfungsi untuk mengamankan generator dari
kerusakan yang disebabkan oleh tegangan lebih.
d. Auxiliary relay
Auxiliary relay merupakan relai bantu yang berfungsi untuk membantu
mengamankan generator jika relai yang seharusnya bekerja tetapi terhadi
gangguan pada relai tersebut sehingga tidak bekerja sebagaimana mestinya.
e. Trippng relay
Trippng relay adalah relai untuk pemutusan, relai ini merupakan back-up untuk
overcurrent relay yang tidak atau gagal bekerja.
f. Master relay
Master relay adalah relai yang menjadi back-up untuk sistem relai yang ada.
Apabila gangguan pada semua relai maka relai ini akan bekerja paling
belakangan.
g. Reverse power relay
Reverse power yang digunakan adalah inverse reverse power relay yang berfungsi
untuk mengamankan generator dari daya balik.

4.8 Pengujian Pada Generator

Dalam pemeliharann generator, ada beberapa pengujian yang harus dilakukan


untuk memastikan kondisi generator layak beroperasi. Pengujian ini juga
bertujuan untuk mengetahui kerusakan yang harus di perbaiki sebelum beroperasi,
berikut macam-macam prngujian dalam generator:

Stator Core Mechanical Tests

 Core Tightness
 Core and Frame Vibration Testing

Stator Core Electrical Tests

 EL-CID Testing
 Rated Flux Test with Infrared Scan
 Core Loss Test
 Through-Bolt Insulation Resistance
 Insulation Resistance of Flux Screens

Stator Winding Mechanical Tests

 Wedge Tightness
 Stator End-Winding Vibration

Water-Cooled Stator Winding Tests

 Air Pressure Decay


 Tracer Gases
 Vacuum Decay
 Pressure Drop
 Flow Testing
 Capacitance Mapping
Stator Winding Electrical Tests

 Pre-testing Requirements
 Series Winding Resistance
 Insulation Resistance (IR)
 Polarization Index (PI)
 Dielectric Absorption during dc Voltage Application
 dc Leakage or Ramped Voltage
 dc Hi-Pot
 ac Hi-Pot
 Partial Discharge (PD) Off-line Testing
 Capacitance Measurements
 Dissipation/Power Factor Testing
 Dissipation/Power Factor Tip-up Test

Rotor Mechanical Testing

 Rotor Vibration
 Rotor Nondestructive Examination Inspection Techniques
 Some Additional Rotor NDE Specifics
 Air Pressure Test of Rotor Bore

Rotor Electrical Testing

 Winding Resistance
 Insulation Resistance (IR)
 Polarization Index (PI)
 dc Hi-Pot
 ac Hi-Pot
 Shorted Turns Detection—General
 Shorted Turns Detection by Recurrent Surge Oscillation (RSO)
 Shorted Turns Detection by Open-Circuit Test
 Shorted Turns Detection by Winding Impedance
 Shorted Turns Detection by Low-Voltage dc or Volt Drop
 Shorted Turns Detection by Low-Voltage ac or “C” Core Test
 Shorted Turns Detection by Shorted Turns Detector (Flux Probe)
 Field-Winding Ground Detection by Split Voltage Test
 Field Ground Detection by Current through Forging Test
 Shaft Voltage and Grounding

Hydrogen Seals

 NDE(nondestructive examinations)
 Insulation Resistance
Bearings

 NDE
 Insulation Resistance

Thermal Sensitivity Test and Analysis

 Background
 Typical Thermal Sensitivity Test

Ref:
 G.Klempner, I.Kerszenbaum, “Operation and Maintenance of Large
Turbo-Generators”, IEEE, a John Wiley & Sons, inc., Publication, 2004

4.9 Perbedaan Listrik AC dan DC

Urusan utama dalam elektronika daya adalah conversion and


control, kemudian ditambah satu lagi yang juga sudah umum
dilakukan: conditioning. Untuk melakukan keduanya (atau ketiganya) penting
untuk memahami apa yang sedang dikonversi dan dikendalikan, juga
dikondisikan. AC dan DC itu jelas berbeda, dan dengan bantuan
peralatan oscilloscope perbedaannya lebih gampang nyata terlihat.

DC dalam bahasan ini adalah singkatan dari direct curent, yang terjemahan
bebasnya bisa berarti arus searah. Seperti sebutannya arus ini hanya mengalir ke
satu arah. Bayangan gampangnya jika arus (konvensional) mengalir dari titik,
sebutlah, A ke titik B, maka kan terus seperti itu. Dalam analisa rangkaian, bisa
dibayangkan kalau semisal berdasarkan tanda pada lambang sumber tegangan arus
dianggap bergerak ke arah kanan, maka akan seterusnya seperti itu. Tidak akan
suatu saat berbaik arah ke kiri.

AC adalah singkatan dari alternating current, yang diterjemahkan menjadi arus


bolak-balik. Seperti namanya, berbeda dengan DC, arus ini tidak hanya mengalir
satu arah, melainkan bolak-balik berbaik arah terus menerus. Yang umum
diketahui dan diingat orang adalah bentuk gelombang sinusoida, ini
menjadi icon dari AC. Meskipun sebenarnya AC tidak harus selalu berbentuk
gelombang sinusoida.

Sumber tegangan / arus AC maupun DC memang lebih gampang dipahami jika


berupa sumber tegangan/arus dengan gelombang sinusoida (AC) dan baterai
(DC). Meskipun bagi gelombang tegangan / arus AC karakteristik terpenting yang
harus ada hanyalah adanya pembalikan arah arus (atau polaritas), apapun bentuk
gelombangnya. Jika menggunakan salah satu node sebagai acuan pengukuran
(netral, common) maka node lain pada sumber akan berganti-ganti polaritas dari
positif menjadi negatif dan menjadi positif kembali. Begitu seterusnya,
ada crossing di nilai nol, dari satu polaritas ke polaritas lainnya.
Pada Gambar 1, gampang dilihat bahwa gelombang sinusoid yang berwarna ungu
adalah gelombang tegangan AC. Nilainya naik turun dari 883 mV ke -883 mV,
melewati (crossing) nilai nol volt. Yang lebih menarik adalah gelombang sinusoid
yang berwarna hijau di atasnya. Gelombang ini hanya berada di satu sisi, dalam
hal ini adalah sisi tegangan positif. Gelombang ini tidak pernah menyentuh nilai
nol volt apalagi sampai crossing ke nilai negatif (yang artinya arus berbalik arah
sehingga di node itu nilainya lebih negatif bila dibandingkan dengan node acuan).
Nah apakah gelombang ini tergolong AC atau DC?

Jika berdasar pada definisi AC dan DC secara literal, jelas gelombang yang diberi
penanda warna hijau ini adalah DC. Tetapi ada pula yang menyatakan gelombang
ini sebenarnya adalah AC. Yang sebenarnya merujuk pada salah satu dari
komponen pembentuknya (AC + DC). Jadi tergantung sudut pandang yang
dipakai. Gelombang serupa ini akan lebih mudah terlihat jika kita
mempergunakan mode AC coupling pada oscilloscope atau
menggunakan kapasitor seperti contoh untuk DC blocking. Sehingga
DC offset dapat dihilangkan.

Hal yang juga menarik untuk diamati adalah fenomena yang disebut
sebagai pulsating DC. Biasanya sinyal seperti ini dapat dengan mudah diperoleh
dari keluaran penyearah setengah gelombang. Menarik untuk melihat gelombang
ini jika diukur dengan mode AC coupling.
Mengikuti filosofi dari post sebelumnya, maka kali ini pun akan terlebih dahulu
mengajak untuk melihat, memperhatikan berbagai sumber sebelum sampai kepada
suatu kesimpulan. Pola seperti ini penting untuk pelajar dan calon pekerja di era
banjir informasi seperti sekarang ini. Dari bahan bacaan yang saya kumpulan di
Bundlr di bawah ini, kita bisa melihat bahwa satu bahasan yang sama ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Sekedar sebagai contoh saja pembahasan tentang
perbedaan antara AC dengan DC dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang (titik
perhatian), misalnya:

 Transmisi dan Distribusi


 Sumber energi terbarukan dan pemanfaatan energi listrik
 The War of Current

5. Pengaruh frekuensi listrik terhadap tubuh manusia.

Sampai sekarang masyarakat masih khawatir tinggal dibawah Saluran


Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV. Ketakutan ini tampaknya
berawal dari pernyataan ahli Epidemiologi bahwa SUTET dapat membangkitkan
medan listrik dan medan magnet yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia. Masyarakat bahkan ada yang mengeluh pusing-pusing walaupun belum
dapat dibuktikan penyebabnya. Kehadiran medan listrik dan medan magnet di
sekitar kehidupan manusia tidak dapat dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika
intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang hipersensitif saja.
Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion. Radiasi
ini relatif tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion
seperti radiasi nuklir atau radiasi sinar rontgen.

Medan listrik dan medan magnet sudah ada sejak bumi kita ini terbentuk. Awan
yang mengandung potensial air, terdapat medan listrik yang besarnya antara 3000
- 30.000 V/m. Demikian juga bumi secara alamiah bermedan listrik (100 - 500
V/m) dan bermedan magnet (0,004 - 0,007 mT). Di dalam rumah, di tempat kerja,
di kantor atau di bengkel terdapat medan listrik dan medan magnet buatan. Medan
listrik dan medan magnet ini biasanya berasal dari instalasi dan peralatan listrik
antara lain berasal dari : sistem instalasi dalam rumah, lemari pendingin, AC,
kipas angin, pompa air, televisi, mesin tik elektronik, mesin photocopy, komputer
danprinter, mesin las, kompresor, saluran udara tegangan rendah/menengah
(SUTR/M) yang berdekatan, dan lain-lain. Pada sistem instalasi yang bertegangan
dan berarus selalu timbul medan listrik. Tetapi medan listrik ini sudah melemah
karena jaraknya cukup jauh dari sumber.

Di bawah SUTR dan SUTM kuat medan magnet bervariasi antara 0,1 – 3,5
mikrotesla. Di dalam bangunan rumah, kantor, bengkel atau pabrik, medan
magnet karena saluran udara ini jauh lebih lemah lagi. Diusahakan dalam
pemilihan jalur SUTET tidak melintas daerah pemukiman, hutan lindung maupun
cagar alam. Di beberapa daerah pemukiman yang padat mungkin tidak bisa
dihindari jalur SUTET untuk melintas, tetapi baik medan listrik maupun medan
magnet tidak boleh diatas ambang batas yang diperbolehkan. Medan Listrik di
bawah jaringan dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain :

 menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan


penghantar (konduktor) yang kadang disertai cahaya keunguan,
 bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik
medan listrik yang kecil,
 lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas
neon di dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi,
 kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah
menghantar listrik (seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan
mobil).

5.1 Hubungan Medan Listrik dan Medan Magnet dengan Kesehatan

Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan magnet


terhadap kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di Amerika. Penelitian tersebut
menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker pada
anak dengan jarak tempat tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik tegangan
tinggi. Banyak ahli yang meragukan hasil penelitian tersebut dengan menunjuk
berbagai kelemahannya, antara lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat
medan listrik dan medan magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang
diteliti. Koreksi yang dilakukan oleh peneliti lainnya seperti yang dilakukan oleh
Savitz dan kawan-kawan serta temuan studi Fulton dan kawan-kawan, ternyata
hubungan tersebut tidak ada. Hasil penelitian dengan metoda yang lebih
disempurnakan pernah dilakukan oleh Maria Linett dan kawan-kawan dari
National Cancer Institute -Amerika tahun 1997. Penelitian yang melibatkan lebih
kurang 1200 anak ini melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian
leukemia pada anak yang terpajan medan listrik dan medan magnet dengan anak-
anak yang tidak terpajan. Temuan ini mengukuhkan penolakan terhadap hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper tersebut.

Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan pernah dilakukan sejak tahun


60-an dengan hasilnya bervariasi mulai dari gambaran yang tidak berpengaruh,
adanya perubahan perilaku sampai pada pengaruh terjadinya cacat pada
keturunan. Sesungguhnya hasil penelitian pada hewan yang menunjukkan adanya
pengaruh buruk tersebut diakibatkan oleh penggunaan kuat medan listrik atau
medan magnet yang sangat besar dalam percobaan tersebut. Percobaan dengan
kuat medan listrik dan medan magnet sampai pada tingkat yang menghasilkan
kelainan tersebut memang diperlukan untuk mengetahui proses terjadinya
gangguan tertentu sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar
penanggulangannya. Kuat medan listrik dan medan magnet yang digunakan pada
percobaan tersebut hampir mustahil dapat dihasilkan dan terjadi di lingkungan
sekitar kehidupan manusia. Pengaruh medan listrik dan medan magnet terhadap
kesehatan sangat tergantung pada dosis yang diterimanya. Dosis yang kecil tentu
tidak akan berpengaruh, bahkan penelitian yang dilakukan oleh Piekarsi dari
negara bekas Uni Sovyet menunjukkan efek positif terhadap penyambungan
tulang yang patah pada anjing percobaan.

Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan magnet yang berasal dari
jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi ekstrim rendah dengan konsekuensi
kemampuan memindahkan energi sangat kecil, sehingga tidak mampu
mempengaruhi ikatan kimia pembentuk sel-sel tubuh manusia. Disamping itu sel
tubuh manusia mempunyai kuat medan listrik sekitar 10 juta Volt/m yang jauh
lebih kuat dari medan listrik luar. Medan listrik dan medan magnet dengan
frekuensi ekstrim rendah ini juga tidak mungkin menimbulkan efek panas seperti
yang dapat terjadi pada efek medan elektromagnet gelombang mikro, frekuensi
radio, dan frekuensi yang lebih tinggi seperti pada telepon seluler. Adanya
sementara orang yang tinggal dekat dengan jaringan transmisi listrik melaporkan
keluhan-keluhan seperti sakit kepala, pusing, berdebar dan susah tidur serta
kelemahan seksual adalah bersifat subyektif, karena persepsi mereka yang kurang
tepat.

5.2 Batas Pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet

Kriteria yang dipakai dalam penentuan batas pajanan menggunakan rapat


arus yang diinduksi dalam tubuh. Karena arus-arus induksi dalam tubuh tidak
dapat dengan mudah diukur secara langsung maka penentuan batas pajanan
diturunkan dari nilai kriteria arus induksi dalam tubuh berupa kuat medan listrik
(E) yang tidak terganggu dan rapat fluks magnetik (B). Gampangnya misalnya
saja suatu medan listrik yang homogen dengan kuat medan sebesar 10 kV/m akan
menginduksi rapat arus efektif kurang dari 4 mA/m2 dengan rata-rata pengaliran
arus di seluruh daerah kepada atau batang tubuh manusia (Berhardt, 1985 dan
Kaune & Forsythe, 1985). Suatu rapat fluks magnetik sebesar 0.5 mT pada 50/60
Hz akan menginduksi rapat arus efektif sekitar 1 mA/m2 pada keliling suatu loop
jaringan tubuh yang berjejari 10 cm. UNEP, WHO dan IRPA pada tahun 1987
mengeluarkan suatu pernyataan mengenai nilai rapat arus induksi terhadap efek-
efek biologis yang ditimbulkan akibat pajanan medan listrik dan medan magnet
pada frekuensi 50/60HZ terhadap tubuh manusia sebagai berikut : antara 1 dan
10 mA/m2 tidak menimbulkan efek biologis yang berarti, antara 10 dan 100
mA/m2 menimbulkan efek biologis yang terbukti termasuk efek pada sistem
penglihatan dan syaraf, antara 100 dan 1000 mA/m2 menimbulkan stimulasi
pada jaringan-jaringan yang dapat dirangsang dan ada kemungkinan bahaya
terhadap kesehatan dan, di atas 1000 mA/m2 dapat menimbulkan ekstrasistole
dan fibrasi ventrikular dari jantung (bahaya akut terhadap kesehatan).

Sementara menunggu ditetapkannya Enviromental Health Criteria dari WHO


mengenai medan elektromagnetik, Pemerintah akan mengadopsi rekomendasi
international radiation protection association (IRPA) dan WHO 1990 untuk batas
pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet 50 - 60 Hz sebagai berikut :

Medan Listrik Medan Magnet


No. Klasifikasi
(kV/m) (mili Tesla)
Lingkungan kerja :
- sepanjang hari kerja 10 0,5
1. - waktu singkat 30 (s/d 2 jam per 5,0 (s/d 2 jam per
- anggota tubuh (tangan dan hari) hari)
kaki) - 25
Lingkungan umum :
2. - sampai 24 jam per hari 5 0,1 (ruang terbuka)
- beberapa jam per hari **) 10 1

Di Indonesia, pengamanan terhadap pengaruh medan listrik dan medan magnet


50-60 Hz pada tegangan 115 V, diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/ 1992, dengan ketentuan sebagai
berikut :

Medan Listrik :

Peralatan Medan listrik Peralatan Medan Listrik


berjarak berjarak
30 cm (kV/m) 30 cm(kV/m)
1.0in">Selimut 0,500 1.0in">Pengering 0,040
listrik rambut
Stereo Set 0,180 TV berwarna 0,030
1.0in">Lemari 0,060 1.0in">Penyedot 0,016
pendingin debu
1.0in">Setrika 0,060 1.0in">Lampu pijar 0,002
listrik

Medan Magnet :

Peralatan Medan Magnet (0,001 x


mT)
1.0in"> 3 cm 30 cm 100 cm
1.0in">Pengering 6 – 2000 0,01 – 7 0,01 – 0,3
rambut
Alat cukup 15 – 1500 0,08 – 5 0,01 – 0,3
Bor listrik 400 – 800 2 – 3,5 0,08 – 0,2
1.0in">Mixer 60 – 700 0,6 – 10 0,02 –
0,025
1.0in">Televisi 2,5 – 50 0,04 – 2 0,01 – 0,15
1.0in">Setrika listrik 8 – 30 0,12 – 0,3 0,01 –
0,025
1.0in">Lemari 0,5 – 1,7 0,01 – < 0,01
pendingin 0,25
Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi (No. 01.P/47/MPE/1992)

5.3 Isolasi Dikatakan Baik

Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat
kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair
dan gas. Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-
elektron konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan
listrik. Medan listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan
dielektrik. Sifat inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator
yang baik. Dalam bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat
pada intinya sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat,
atau dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat
bersama-sama sehingga tiap aliran massa tidak merupakan perpindahan dari
muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik diberi muatan listrik, muatan ini akan
tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan tadi ditempatkan.

Masing-masing jenis dielektrik memiliki fungsi dan fungsi yang paling penting
dari suatu isolasi adalah:

1.Untuk mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar yang lain. Misalnya


antara konduktor fasa dengan konduktor fasa, atau konduktor fasa dengan tanah.

2.Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasi.

3.Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia.

Agar dielektrik mampu menjalanakan tugasnya dengan baik maka dielektrik harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1.Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi, agar dimensi sistem isolasi menjadi
kecil dan pengunaan bahan dielektrik semakin sedikit, sehingga harganya semakin
murah.

2.Rugi-rugi dielektrik yang rendah, agar suhu bahan isolasi tidak melebihi batas
yang ditentukan.

3.Memiliki kekuatan kerak tinggi, agar tidak terjadi erosi karena tekanan elektrik
permukaan.

4.Memiliki konstanta dielektrik yang tepat dan cocok, sehingga membuat arus
pemuatan tidak melebihi yang diijinkan.

5.Kemampuan menahan panas tinggi (daya tahan panas).

6.Kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.

7.Konduktivitas panas yang tinggi.


8.Koefisien muai panas yang rendah.

9.Tidak mudah terbakar.

10.Tahan terhadap busur api.

11.daya serap air yang rendah.

Tetapi dalam prakteknya tidak ada dielektrik yang mampu memenuhi semua
syarat-syarat diatas. Sehingga diperlukan kompromi tentang sifat-sifat apa saja
yang lebih diutamakan.

5.4 Pengujian Tahanan Isolasi.

Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelemahan isolasi


tahanan. Pengujian isolasi secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan
Megohmmeter, atau megger yang pembacaannya langsung dalam meghoms.
Tahanan isolasi adalah ukuran kebocoran arus yang melalui isolasi. Tahanan
berubah-ubah karena pengaruh temperatur dan lamanya tegangan yang diterapkan
pada lilitan tersebut, oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dicatat pada
waktu pengujian. Tegangan yang diterapkan kalau bisa hanya pada satu fasa saja.
Nilai tegangan minimum pengujian yang banyak digunakan dan diterima
dikalangan praktisi adalah satu kilovolt sebanding dengan satu (1) megaohm
terhadap peralatan listrik yang banyak digunakan pada industri-industri (untuk
lilitan stator), dan satu (1) megaohm untuk lilitan rotor setelah dikenai tegangan
500 volt dc selama satu menit. Generator-generator turbin hampir selalu
mempunyai nilai lebih tinggi. Tegangan 500 volt dc untuk pengujian ini harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian tegangan yang lebih tinggi
dilakukan. Nilai tahanan diatas merupakan nilai minimum yang menunjukkan
bahwa keadaan lilitan masih baik, nilai tahanan yang rendah dapat menunjukkan
lilitan dalam keadaan kotor atau basah. Moisture dapat juga terdapat pada
permukaan isolasi, atau pada lilitan atau pada keduanya. Oleh sebab itu, pengujian
dengan megger sebelum dan sesudah mesin dibersihkan harus dilakukan. Jika
nilai tahanan tetap rendah dan lilitan relatif bersih, ada kemungkinan adanya
moisture pada lilitan, dan lilitan harus dikeringkan sekurang-kurangnya sampai
diperoleh tahanan minimum yang dianjurkan.

5.5 Pengujian Polarisasi Index.

Pengujian untuk menentukan keadaan isolasi yang baik adalah


membandingkan hasil tahanan setelah pengujian tegangan selama 10 menit
dengan tahanan pada saat satu menit pertama. Jika pengujian dilakukan sebelum
dan sesudah mesin dibersihkan, dan atau sesudah mesin dikeringkan, akan
menunjukkan hasil pengukuran yang lebih baik. Polarisasi index test merupakan
petunjuk kekeringan dan kebersihan dari lilitan, dan hasilnya akan menentukan
apakah peralatan aman untuk dioperasikan dan atau peralatan untuk dilakukan
pengujian tegangan lebih. Untuk stator, pengujian PI menggunakan tegangan 2,5
kV dc (tegangan rating generator 13.8 kV, 50 hz, 3 fasa). Jika PI adalah sama atau
lebih besar dua (2), maka pengujian dengan tegangan 6 KV dc dapat dilakukan. PI
untuk pengujian dengan 6 KV dc harus lebih besar atau sama dengan 2. Untuk
rotor, tegangan 500 Vdc dapat digunakan tanpa melepaskan atau menghubung
singkatkan diode. Jangan menggunakan tegangan lebih dari 500 V dc tanpa
mengetahui hasil pengujian dengan tegangan 500 V dc. Jika digunakan tegangan
yang lebih tinggi, diode harus dilepas. Tahanan rotor pada pengujian tahanan
dengan menggunakan tegangan 500 V dc harus lebih dari 50 megohm dan PI
untuk tegangan 500 V dc harus lebih besar dari dua (2). Tegangan maksimum
yang diizinkan adalah 1500 V ac atau 2500 V dc.

5.6 Pengujian Tegangan Lebih.


Pengujian tegangan lebih dimaksudkan untuk menemukan kelemahan pada
lilitan stator yang harus diperbaiki. Pengujian ini juga digunakan untuk
meyakinkan bahwa lilitan mempunyai ketahanan dielektrik yang cocok untuk
dioperasikan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan ac
(50 hz) atau arus searah. Tingkat tegangan yang diterapkan sangat tergantung
pada tipe mesin, pelayanannya, isolasinya, dan pengalaman pemakai didalam
pengujian tegangan tinggi. pengujian arus bolak-balik biasanya dilakukan dengan
menggunakan tegangan sebesar 1,5 kali tegangan jala-jala. Sedangkan pengujian
dengan tegangan arus searah kira-kira 1,7 kali pengujian AC atau sekitar 2,7 kali
tegangan nominal jala-jala.

Peralatan yang digunakan untuk melindungi diri dari sengatan listrik :

1. Safety Helmet

Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari paparan
bahaya seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik.

2. Safety goggles

Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan Safety Goggles,
mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan
loncatan benda tajam.

3. Safety Shoes

Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca ataupun
potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung dilengkapi baja
diujungnya dengan dibalut oleh karet.

4. Safety Gloves
Sarung Tangan adalah APD yang berfungsi untuk melindungi tangan dari kontak
bahan kimia, sengatan listrik dan goresan benda runcing atau tajam. Terdapat jenis
khusus dalam penggunaan untuk daerak berteganggan tinggi atau listrik yaitu
Sarung Tangan Electrical digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.
Daftar Pustaka
http://www.automationid.com/2012/6-jenis-meterial-selubung-kabel.html
https://www.kompasiana.com/hericahyono/5518a84ba333117707b66804/teganga
n-aman-yang-bisa-disentuh-manusia
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/04/bahaya-listrik.html
https://www.halodoc.com/yang-terjadi-saat-tubuh-kesetrum
https://www.elektroindonesia.com/elektro/ener32a.html
http://power-grounding.blogspot.com/2009/11/pengujian-tahanan-isolasi-
sebagai.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23931/Chapter?sequence=
3
http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2018/11/15/alat-pelindung-diri-
apd/

Anda mungkin juga menyukai