Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA ORGANIK

“Air Sungai”

Disusun Oleh :
MARLINA
(09220190140)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kimia Organik dengan
judul “Air Sungai”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 5


A. Latar Belakang ........................................................................................ 5
B. Tujuan ..................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 7


A. Air Sungai ............................................................................................... 7
B. Metode Pengolahan Air ........................................................................ 14
C. Aspek Ekonomi ..................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19


A. Kesimpulan ........................................................................................... 19
B. Saran...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki


fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan
ekonomi yang hingga saat ini masih merupakan tulang pungung pembangunan
nasional. Salah satu fungsi lingkungan sungai yang utama adalah untuk pengairan
lahan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Seiring dengan
pertambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri, maka pencemaran air
sungai telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh manusia.

Robert dan Roestam (2005:170) mengemukakan bahwa air limbah


domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula
baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar
mandi dan cuci dimana kuantitasnya antara 50 – 70% dari rata-rata pemakaian air
bersih (120-140 liter/orang/hari).

Pencemaran oleh limbah domestik yaitu limbah cair yang berasal dari
rumah tangga lebih umum dan mengenai lebih banyak orang daripada pencemaran
oleh limbah industri. Pada umumnya, limbah domestik mengandung sampah padat
yang berupa tinja, dan cair yang berasal dari sampah rumah tangga. Pencemaran
limbah cair yang berasal dari hasil MCK masyarakat merupakan pencemaran yang
kurang nampak dan efeknya baru terasa setelah waktu yang lama, pencemaran ini
kurang mendapat perhatian.

Salah satu sumber air yang sering dimanfaatkan adalah air sungai. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, sungai adalah alur
atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan. Masukan berupa limbah ke dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya
perubahan faktor fisika, kimia dan biologi yang dapat mengganggu lingkungan

5
perairan. Masalah penurunan kualitas air sungai banyak terjadi pada beberapa
sungai di Indonesia.

Beberapa upaya pengendalian pencemaran telah dilakukan, yaitu dengan


pengolahan limbah cair secara terpusat menggunakan sistem perpipaan, pengolahan
setempat menggunakan biofilter atau septic tank, dan pengolahan secara komunal.
Akan tetapi, hingga saat ini masih banyak terdapat limbah cair dari rumah tangga
yang langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan, yaitu yang berasal dari
perumahan di pinggir sungai. Di Indonesia, 30 persen masyarakat masih membuang
limbah domestik ke sungai (Tempo, 2011). Salah satu upaya penanggulangan
pencemaran sungai akibat limbah domestik ini adalah dengan menyisihkan
langsung kontaminan dari air sungai tersebut. Metode yang digunakan oleh
masyarakat di Penang, Malaysia dalam memperbaiki kualitas air sungainya adalah
dengan memasukkan EM mudballs ke dalam sungai. EM Mudballs adalah
campuran tanah liat, dedak padi dan EM1 yang telah diaktifkan dengan molase
kemudian dibentuk bulat sebesar bola tenis.

Secara teoritis, dedak padi dapat berfungsi sebagai adsorban pencemar,


misalnya COD dan zat warna (Kader, dkk., 2013). Sedangkan EM4 adalah kultur
campuran mikroorganisme terdiri dari Lactobacillus, bakteri asam laktat, ragi dan
jamur yang memiliki potensi untuk meningkatkan reaksi biologis untuk
pengelolaan air limbah industri (Higa, 1994). Mikroorganisme seperti bakteri, fungi
dan protozoa yang digunakan pada pengolahan biologi merombak limbah organik
menjadi senyawa organic sederhana dan mengkonversikannya menjadi gas
karbondioksida (CO2), air (H2O) dan energy untuk pertumbuhan dan reproduksinya
(Firdus, 2010).

Dengan meningkatnya kualitas air sungai, maka keanekaragaman biota yang


dapat hidup di dalamnya juga meningkat dan masyarakat dapat memanfaatkan air
sungai untuk aktivitas sehari-hari.

B. TUJUAN
1. Mengetahui Sumber Zat Organik pada Air Sungai
2. Mengetahui Aspek Ekonomi pada Air Sungai

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Sungai

Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber
air minum dan juga pengairan sawah. Menurut Diana Hendrawan, “sungai banyak
digunakan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, sarana
transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan, keperluan industri,
perumahan, daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersedian air, irigasi, tempat
memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi” (Hendrawan2005).

Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang
mempunyai fungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Fungsi
sungai yaitu sebagai sumber air minum, sarana transportasi, sumber irigasi,
peikanan dan lain sebagainya. Aktivitas manusia inilah yang menyebabkan sungai
menjadi rentan terhadap pencemaran air. Begitu pula pertumbuhan industri dapat
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Soemarwoto, 2003).

Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan yaitu hulu, hilir dan muara
sungai. Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan kualitas air, yaitu

1. Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, yaitu lebih jernih, mempunyai
variasi kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, kandungan biologis
lebih rendah.

2. Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga
kandungan kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada
umumnya diperlukan pengolahan secara lengkap.

3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai


lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak

7
mengandung bahan terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta dan warna air
sangat keruh.
4. Sungai merupakan perairan yang digunakan sebagai sumber air bagi kebutuhan
akan air minum maupun air bersih yang biasanya digunakan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) maupun masyarakat sekitar perairan sungai.

Adapun kriteria-kriteria yang mengindikasikan kualitas fisik dan kimia air menurut
Endrah (2010) sebagai berikut:
1. Kekeruhan (turbidity), kekeruhan merupakan pengotor yang ada dalam air
yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri yang bermacam–macam.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan
oleh buangan industri.
2. Temperatur, kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen
terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
3. Warna, warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta
tumbuh-tumbuhan.
4. Solid (Zat padat), yaitu kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga
dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat
menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
5. Bau dan rasa, dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga
serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan
oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu
6. Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan.
Selain itu, pencemaran lingkungan air juga dapat diukur dengan parameter kualitas
limbah. Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara lain
adalah BOD, COD, DO, dan pH.

8
Sedangakan menurut Abi Rizal (2010) untuk menilai kualitas air parameter
yang dapat digunakan meliputi temperatur, DO, pH, Alkalinitas, Besi,
Karbondioksida, Hidrogen Sulfida, Nitrogen, Kekerasan, Chorine, dan Kecerahan
air. Kadar Nitrogen dipakai juga sebagai indikator untuk menyatakan derajat
polusi. Kadar 0,5 mg/l merupakan batas maksimum yang lazim dianggap sebagai
batas untuk menyatakan bahan air itu “unpolluted.” Ikan masih dapat hidup pada
air yang mengandung N 2 mg/l. Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai
bentuk kimia termasuk nitrogen organik, amonium, nitrit, nitrat, dan gas hydrogen.
Proses reaksi kimia nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit
merupakan racun bagi kehidupan tanaman. Setiap faktor kualitas air berinteraksi
dan berpengaruh dengan parameter lain. Pada situasi tertentu reaksi antar parameter
akan menyebabkan racun pada air dan dapat mematikan organisme yang hidup di
air. Sehingga sangat penting adanya monitoring kualitas air secara intensif selama
masa pemeliharaan terutama dari sistim produksi budidaya sungai.
Menurut Prof. Dr. S. Budhisantoso, dkk (1991:19) mengemukakan bahwa
keberadaan pusat pemukiman di lingkungan perairan Sungai Musi lebih didorong
oleh penggunaan sungai sebagai prasarana perhubungan daripada penggunaannya
sebagai sumber produksi. Faktor pendorong yang tidak kalah pentingnya adalah
pemanfaatan air sungai untuk keperluan hidup sehari-hari, yaitu mandi, cuci, dan
juga sebagai sumber air minum dan masak. Selain itu aliran Sungai ini juga
dimanfaatkan para pemilik modal. Mereka membangun berbagai jenis industri
terpencar-pencar sepanjang sungai terdapat lebih dari beberapa pabrik besar. Mulai
dari pabrik penggergajian kayu, kayu lapis, semen, remililing karet, pupuk,
galangan kapal, pabrik es sampai kilang minyak pertamina. Pada umumnya pabrik
besar itu membuang limbah ke sungai. parameter kandungan bahan organik
meliputi BOD5 (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand), TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Suspended Solid) dan TOM
(Total Organic Matter) dan menentukan tingkat pencemaran bahan organik
berdasarkan baku mutu.

9
1. Baku Mutu Air Sungai

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditoleransi
keberadaannya di dalam air, sedangkan kelas air adalah peringkat kualitas air yang
dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
Klasifikasi dan kriteria mutu air mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air yang menetapkan mutu air ke dalam empat kelas, yaitu:

1. Kelas satu, peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2. Kelas dua, peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana kegiatan


rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air


tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

Pembagian kelas ini didasarkan pada tingkatan baiknya mutu air


berdasarkan kemungkinan penggunaannya bagi suatu peruntukan air. Peruntukan
lain yang dimaksud dalam kriteria kelas air di atas, misalnya kegunaan air untuk
proses produksi dan pembangkit tenaga listrik, asalkan kegunaan tersebut dapat
menggunakan air sebagaimana kriteria mutu air dari kelas yang dimaksud.

10
2. Kualitas Air Baku Sebagai Air Bersih

Air yang akan dijadikan sebagai air baku tentu saja harus memliki mutu
yang baik dan sesuai dengan baku mutu air yang telah ditetapkan. Mutu air adalah
kondisi dan kualitas air yang diuji dengan parameter-parameter dan metode tertentu
berdasarkan peraturan yang berlaku. Sementara baku mutu air adalah ukuran batas
atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada atau
unsur pencemar yang ditoleransi keberadaannya di dalam air.

Kualitas dari air baku akan menentukan besar kecilnya investasi instalasi
penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya, sehingga semakin jelek
kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi
air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah
air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

3. Persyaratan Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/


1990, persyaratan air bersih dapat di tinjau dari parameter fisika, parameter kimia,
parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air,
yaitu:

1. Parameter fisik, secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Selain itu juga, suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau
±25oC. Apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC
± 3oC.

2. Parameter kimiawi, air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia


dalam jumlah yan melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain
adalah: pH, total suspended solid, kesadahan (CaCO3), kalsium (Ca), besi (Fe),

11
mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit (NO2) , nitrat
(NO3), flourida (F), serta logam berat yaitu kadmium (Cd), timbal (Pb), arsen
(As), khrom (Cr) dan air raksa (Hg).

3. Parameter mikrobiologi, air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan
parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai
dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.

4. Parameter radioaktivitas, air bersih tidak boleh mengandung zat yang


menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa dan
beta.
4. Pencemaran Air Sungai

Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,


energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya. Komponen pencemaran air ini dikelompokkan
sebagai berikut:

a. Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat merupakan bahan buangan yang berbentuk padat, baik
yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).

b. Bahan Buangan Organik

Pada umumnya merupakan limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi


oleh mikroorganisme.

c. Bahan Buangan Anorganik

Pada umumnya merupakan limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan ini masuk ke air
lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan
buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan
unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air Raksa
12
(Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co) dan
lainnya.

d. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Sebenarnya bahan buangan olahan bahan makanan dapat juga dimasukkan ke


dalam kelompok bahan buangan organik, namun dalam hal ini sengaja
dipisahkan karena bahan buangan olahan bahan makanan seringkali
menimbulkan bau busuk ( Wardhana, 2004).
5. Dampak Pencemaran Air Sungai

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh


limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia.

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan
ekosistem air sungai dan lainnya. Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air
sungai yaitu mengganggu kesehatan dan merusak estetika lingkungan.

a. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:


sebagai media untuk hidup mikroba patogen, sebagai sarang insekta penyebar
penyakit dan jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia tak dapat
membersihkan diri.

b. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,


maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan
bau menyengat disamping tumbukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan. Selain bau, limbah juga menyebabkan tempat sekitanya menjadi
licin, sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan
busa yang sangat banyak. Hal tersebut dapat mengurangi estetika lingkungan.

13
B. Metode Pengolahan Air

Pengolahan air sungai menjadi air bersih selalu menggunakan proses


pengolahan yang kompleks meliputi unit intake (terdapat bar screen, yaitu penyaring
kasar), unit pengolahan (koagulasi–flokulasi–sedimentasi–filtrasidesinfaksi dan
kadangkala diperlukan proses tambahan seperti ion exchange dan absorption) dan unit
reservoir (unit penampungan akhir). Dari cara pengolahan tersebut, terdapat metode
alternatif lain dalam mengolah air baku maupun air limbah. Penerapan teknologi
alternatif pengolahan air yang dapat digunakan, yaitu Metode Oksidasi, Metode
Adsorpsi, Metode Koagulasi dan Metode Elektrokoagulasi.

1. Metode Oksidasi

Proses oksidasi untuk pegolahan air berwarna (yang mengandung senyawa


organik) yang dapat dianjurkan adalah dengan ozon atau peroksida, karena tidak
menghasilkan suatu ikatan atau senyawa yang berbahaya (dapat menguraikannya
sehingga mudah terurai dan menguap). Ozon atau peroksida dikenal sebagai
oksidator yang kuat yang dapat digunakan dalam pengolahan air sehingga ikatan
polimer dan monomernya akan terputus dan akan membentuk CO2 dan H2O apabila
oksodasinya sempurna. Namun dalam aplikasinya biaya operasi relatif mahal, dan
perlu digunakan unit penghasil ozon. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%.

2. Metode Adsorpsi

Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen


dari suatu fase fluida/cairan berpindah ke permukaan zat padat yang menjerap
(adsorban). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi
kimia, terbentuk ikatan kuat antara penjerap dan zat yang dijerap sehingga tidak
mungkin terjadi proses yang bolak-balik. Pada adsorpsi digunakan istilah adsorbat
dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang
14
akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu
media penjerap yang dalam hal ini biasanya berbentuk padatan. Pada proses ini
adsorbat menempel dipermukaan adsorban membentuk suatu lapisan tipis (film).
Dalam proses purifikasi air adsorban yang digunakan biasanya berupa karbon
sehingga dikenal istilah proses adsorbsi karbon.
3. Metode Koagulasi-Flokulasi

Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air dengan menggunakan


sistem pengadukan cepat sehingga dapat mereaksikan bahan kimia ( koagulan )
secara seragam ke seluruh bagian air di dalam suatu reaktor sehingga dapat
membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar dan dapat diendapkan di proses
sedimentasi, sedangkan flokulasi adalah penggabungan dari partikel–partikel hasil

koagulasi menjadi partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap
yang lebih besar, dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi
harus diikuti flokulasi yaitu pengumpulan koloid terkoagulasi sehingga membentuk
flok yang mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga
kontak antar partikel dapat terjadi.

4. Metode Elektrokoagulasi

Metode elektrokoagulasi disebut juga proses koagulasi secara fisika.


Elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air secara elektrokimia dimana
pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam ( biasanya aluminium
atau besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa
pelepasan gas hidrogen (Holt et al., 2004). Elektrokoagulasi mempunyai
kemampuan untuk mengolah berbagai macam polutan termasuk padatan
tersuspensi, logam berat, tinta, bahan organik, minyak dan lemak, ion dan
radionuklida.

15
C. Aspek Ekonomi

Strategi pengembangan kelembagaan sektor air bersih mempunyai tiga sasaran,


adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor air


bersih. PDAM sebagai produsen dan pelanggan sebagai konsumen
belum cukup untuk menggali potensi keuntungan-keuntungan dalam
pembangunan sektor air bersih. Partisipasi masyarakat harusnya
menyentuh sisi ilmiah dan akademis sehingga dapat mengidentifikasi
karakteristik air bersih dari segala sudut pandang, dan melibatkan sektor-
sektor yang profesional dibidangnya. Langkah operasional sasaran
pertama ini diprioritaskan kepada pembentukan jaringan komunikasi
antar stakeholder yang terlibat dalam pembangunan sektor air bersih,
terutama dari unsur pemerintah, sektor swasta, masyarakat konsumen,
lembaga swadaya masyarakat dan para peneliti. Jaringan tidak cukup
hanya menfasilitasi pemecahan masalah, tetapi juga menjalankan
komunikasi berkadar ilmiah tinggi yang kaya insentif bagi penemuan
teknologi baru. Jaringan di tingkat internasional yang menangani
sumberdaya air dan termasuk sektor air bersih adalah Global Water
Parnership. Langkah berikutnya dapat melakukan berbagai kajian
sehubungan perilaku konsumsi air bersih dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berbagai kaijian (World Bank, 1993; Jordan and
Elnagheeb; 1993) memperlihatkan masyarakat dapat menampilkan
tanggapan dan partisipasinya (willingness to pay) terhadap
kemungkinankemungkinan perbaikan pelayanan maupun kualitas air
PDAM.
2. Peningkatan kelembagaan ekonomi sektor air bersih yang efisien dan
berkelanjutan. Seperti diketahui, keberadaan PDAM sebagai lembaga
ekonomi pelaku air bersih sepenuhnya terkait dengan pemerintah kota
atau kabupaten. Keadaan seperti ini dalam banyak hal berlawanan dengan
16
economic of scale maupun efisiensi alokasi sumber-sumber air baku
sehingga potensi benefit tidak terealisasi akibat dari struktur kelembagaan
saat ini. Langkah operasional yang disarankan adalah merumuskan
hubungan kelembagaan antar PDAM, dengan pemerintah dan sektor
swasta yang menjamin efisiensi alokasi air baku dan operasi pelayanan
pelanggan. Sasaran mengembangkan kelembagaan ekonomi yang
sustainable dapat diimplementasikan dengan memasukkan peubah-
peubah lingkungan di dalam standar evaluasi kinerja PDAM, misalnya
menerapkan ISO 14000. Dengan demikian, seluruh proses produksi,
distribusi air bersih dan lingkungan sekitarnya terlindungi oleh standar
kualitas yang tinggi. Mengembangkan kelembagaan hukum sektor air
bersih. Perangkat hukum sektor air bersih tidak harus eksklusif tetapi
dapat melekat dengan aturan hukum lingkungan, pidana atau perdata.
Dengan memberikan insentif berupa penghargaan perlu diberikan kepada
stakeholder yang berjasa mengembangkan atau mendukung
pembangunan sektor air bersih, dan sebaliknya sangsi diberikan kepada
yang melanggar atau kontra-produktif dengan upaya-upaya peningkatan
pelayanan air bersih.

Produksi Air PDAM

17
Adapun strategi dalam aspek ekonomi bertujuan membentuk lembaga
ekonomi sektor air bersih yang sehat dan meningkatkan peran dan dampak sektor
air bersih terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah. Strategi yang dilakukan
adalah :

1) Meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan serta operasional pada sektor air
bersih yang optimal.
2) Pengembangan distribusi pada jaringan air bersih dan dampak sektor air bersih
dalam ekonomi wilayah/Kota/Kabupaten. Strategi pertama dilatar belakangi
oleh keadaan bahwa pengelolaan kinerja dan keuangan SPAM di suatu
wilayah/Kota/Kabupaten harus dibenahi dan ditingkatkan ke PDAM baik
BLUD ataupun UPTD. Dalam posisi ini PDAM umumnya sulit untuk
berinvestasi dan mengembangkan kegiatannya. Dengan strategi ini diharapkan
PDAM sebagai lembaga ekonomi dapat menghasilkan surplus usaha, dan
menempatkannya sebagai sektor usaha yang dapat menarik investasi, sehingga
dapat mempercepat pencapaian tingkat pelayanan maksimal.

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki
fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang
pembangunan ekonomi yang hingga saat ini masih merupakan tulang
pungung pembangunan nasional
2. Kriteria-kriteria yang mengindikasikan kualitas fisik dan kimia air menurut
adalah Kekeruhan (turbidity), Temperatur, Warna, Solid (Zat padat ), Bau
dan rasa, serta Derajat keasaman atau pH
3. Penerapan teknologi alternatif pengolahan air yang dapat digunakan, yaitu
Metode Oksidasi, Metode Adsorpsi, Metode Koagulasi dan Metode
Elektrokoagulasi.
4. Strategi dalam aspek ekonomi bertujuan membentuk lembaga ekonomi
sektor air bersih yang sehat dan meningkatkan peran dan dampak sektor air
bersih terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan. MW. https://media.neliti.com.99635-ID-trategi-


pengelolaan-Air-limbah-sentra-u.pdf (Diakses pada 21
april 2020)
https://repository.ipb.ac.id.analisis-ekonomi-pengelolaan-
sumberdaya-Air-pada-sungai-IPB.pdf (Diakses pada 21
april 2020)

https://sippa.cipta.karya.pu.go.id_analisis_sosial,_ekonomi_dan_li
ngkungan_RPIIJM_Aceh_Selatan.pdf (Diakses pada 22
april 2020)

https://ppkl.menhlk..go.id.180530101715Petunjuk Teknis Kualitas


Air Sungai.pdf (Diakses pada 22 april 2020)

20

Anda mungkin juga menyukai