Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

Patofisiologi pada gangguan nutrisi dan asuhanrawatan k anak:

obesitas dan kkp

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu:Ns. Sri Rahmah haruna,M.Kep

Disusun oleh: kelompok v


Herna wandira (A1C219117)

Windy seprita tupalangi (A1C219132)

Husnaeni ( )

Anggi ( )

Reynaldi ( )

Ramadani ( )

Sri andini ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSTAS MEGAREZKY

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnyapenulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah yang berjudul
Patofisiologi pada gangguan Nutrisi dan Asuhan Keperawatan Anak :
Obesitas dan kkp yang ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak I.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa


hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan masalah
ini dengan sebaik-baiknya.

Makassar, 20 maret 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................ii
Halaman judul...................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
Bab II Pembahasan
A. Askep Anak Dengan Obesitas
B. Askep Anak Dengan KKP
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama


yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi
memegang peranan penting dalam mencapai SDM berkualitas (Depkes RI,
2005). Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat,
cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi
diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi
dan anak balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa sampai
usia lanjut (Heath et al., 2005).

Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya


manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin,
salah satunya anak usia sekolah. Anak sekolah dasar merupakan sasaran
strategis dalam perbaikan gizi masyarakat (Calderón, 2002; Choi et al.,
2008). Hal ini menjadi penting karena anak sekolah merupakan generasi
penerus tumpuan bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik
kualitasnya, anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan secara fisik dan
mental yang sangat diperlukan guna menunjang kehidupannya di masa
mendatang, guna mendukung keadaan tersebut di atas anak sekolah
memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan
status gizi yang baik (Depkes RI, 2005; Joshi, 2011).

Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status


gizi baik individu maupun populasi. Seorang anak yang sehat dan normal
akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya (Bryan et al.,
2004). Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat gizi
yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi
akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari
pola standar.

3
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan
mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun, dimana pertambahan
berat badan per tahunnya sampai 2,5kg. Aktivitas pada anak usia sekolah
semakin tinggi dan memperkuat kemampuan motoriknya (Taras, 2005).
Pertumbuhan jaringan limfatik pada usia ini akan semakin besar bahkan
melebihi orang dewasa. Kemampuan kemandirian anak akan semakin
dirasakan dimana lingkungan luar rumah, dalam hal ini sekolah cukup besar,
sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan lingkungan yang
ada, rasa tanggungjawab, dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud,
sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali dijumpai reaksi
kemarahan atau kegelisahan, perkembangan kognitif, psikososial,
interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukkan
kematangan pada usia ini .

Berdasarkan laporan kasus gizi buruk Dinas Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah tahun 2006, terdapat 15.582 anak di Jawa Tengah mengalami
kasus gizi buruk. 5.964 sembuh, 48 meninggal dunia dan 9.570 lainnya masih
dalam kondisi memprihatinkan. Data sekunder yang diperoleh dari kegiatan
pemeriksaan kesehatan berkala dan penjaringan kesehatan tahun 2007 oleh
Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa dari 48.216 anak SD
dan MI yang diperiksa, sebanyak 813 anak mengalami gizi kurang.

Hasil lain dari studi pendahuluan pada bulan Mei 2010, di SD


Negeri Ngesrep 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang dengan
menggunakan indikator BB/U hasil yang didapat yaitu, dari 62 anak SD kelas
4, 5 dan 6 hanya 11 anak yang bergizi baik (17,7%), 15 anak (24,2%) bergizi
sedang, dan anak yang bergizi kurang sebanyak 36 anak (58,1%).

Pada anak-anak, KEP dapat berdampak dalam menghambat pertumbuhan,


rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat
kecerdasan. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80%
indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. Pada

4
umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah
(Supariasa, et al., 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Obesitas?
2. Apa yang dimaksud dengan kkp? 
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, yaitu Untuk mengetahui
fatofisiologi gangguan nutrisi dan asuhan keperawatan anak:obesitas dan kkp
 

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. PatofisIologi pada gangguan nutrisi dan askep anak


1) Produksi saliva menurun → mempengaruhi proses perubahan
kompleks karbohidrat menjadi disakorida
2) Fungsi ludah menurun → sukar menelan
3) Fungsi kelenjar pencenaan menurun perut terasa tidak enakkembung
Banyak gigi yang lepas (ompong) nafsu makan berkurang
4) Dengan proses menua terjadi gangguan motilitas otot polos oesofagus.
Dari proses perubahan-perubahan pada proses menua pada lansia
menyebabkan intake makanan pada lansia berkurang yang nantinya
akan mempengaruhi status gizi pada lansia.
A. Askep anak dengan obesitas
a) Pengertian Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi penyakit kronis dengan karakteristik


kelebihan dari jaringan adipose pada tubuh.

Dalam penilaian ukuran dan tingkat kegemukan, obesitas didefinisikan


apabila body mass index (BMI) 27,8 atau lebih dari pada pria dan 27,3 atau
lebih pada wanita yang kemudian dinilai juga terjadi peningkatan 20% atau
lebih dari berat badan ideal.

b) Etiologi dan Faktor Resiko

Walaupun dengan kemajuan daan penelitian modern, sampai saat


ini penyebab pasti dari obesitas belum diketauhi secara pasti. Secara
patofisiologis kondisi obesitas berhubungan dengan beberapa factor, yaitu
factor genetic dan fisiologi, factor lingkungan, factor sosioekonomi dan factor
psikokultural (Camdem, 2009).

a. Faktor Genetik dan Fisiologi

6
Predisposisi genetic menjadi factor penting sejak ditemukannya
gen obesitas pada tahun 1994 (Oeser,1999). Gen obesitas diidentifikasi
sebagai leptin protein yang diproduksi oleh jaringan adipose.

b. Faktor Lingkungan
Pengaruh lingkungan adalah factor yang secara signifikan
meningkatkan resiko obesitas. Situasi lingkungan memberikan pengaruh
penting terhadap pola kebiasaan makan dan penurunan akrivitas fisik.
Pola hidup yang kurang gerak memfasilitasi peningkatana resiko
obesitas.
c. Faktor Sosioekonomi
d. Faktor psikokultural
c) Tanda dan gejala / manifestasi klinis

Obesitas dapat menjadi jelas pada setiap umur, tetapi obesitas


tampak paling sering pada usia 1 tahun pertama, pada usia 5-6 tahun, dan
selama remaja.

1) Anak yang obesitasnya karena masukan kalori tinggi secara berlebihan


biasanya tidak hanya lebih berat daripada yang lain pada kelompoknya
sendiri tetapi juga lebih tinggi; dan umur tulang lebih tua.
2) Tanda-tanda muka tampak sering sangat tidak sepadan.
3) Adipositas di daerah dada laki-laki sering berkesan tumbuh payudara dan
karenanya, mungkin merupakan tanda yang memalukan.
4) Abdomen cenderung menggantung, dan sering ada striae putih atau
merah lembayung.
5) Genitalia ekterna anak laki-laki tampak kecil tidak sepadan tetapi
sebenarnya paling sering berukuran rata-rata; penis sering terbungkus
dalam lemak pubis.
6) Pubertas dapat terjadi awal dengan akibat bahwa akhirnya ketinggian
anak gemuk mungkin kurang dari pada tinggi akhir dari sebayanya yang
dewasa lebih lambat.

7
7) Perkembangan genitalia ekterna normal pada kebanyakan wanita, dan
menarche biasanya tidak tertunda dan mungkin maju.
8) Pada obesitas, ektremitas biasanya lebih besar di lengan atas dan paha
dan kadang-kadang terbatas padanya. Tangan mungkin relative kecil dan
jari sedikit demi sedikit mengecil. Sering ada lutut bengkok (genu
valgum).

d) Patofisiologi Obesitas

Faktor Faktor predisposisi


predisposisi lingkungan
genetik dan

Penurunan kadar
Pola kebiasaan makan dan
leptin di sirkulasi
penurunan aktivitas fisik

Ketidakadekuatan
Akumulasi lemak pada program pengobatan
jaringan adiposa

Ketidakseimbangan
Obesitas
nutrisi lebih dari Salah persepsi, sumber
kebutuhan tubuh informasi, penurunan motivasi

Respon Penurunan Peningkatan aliran Kelebihan cairan, Gangguan elastisitas


psikologi pergerakan darah, peningkatan peningkatan kulit
s kebutuhan tekanan arteri Gangguan sirkulasi
Resiko
metabolisme pulmoner, elevasi integritas kulit
osteoratritis
Perubaha jaringan. Kerja tekanan intra
n bentuk abdominal, Keterlambatan
jantung meningkat,
badan Peningkatan peningkatan menekan volume penyembuhan luka,
tampak berat badan tekanan arteri pernapasan, dan dermatitis, dan iritasi
gemuk menurunkan daya integritas jaringan
Akumulasi
tahan otot-otot
lemak pada
Resiko gagal pernapasan
bagian tubuh
Gangguan jantung kongestif Risiko dekubitus
konsep (ulkus tekan)
diri Risiko
8 gangguan
(gambara integritas jaringan
n diri kulit
rendah)
Tercetusnya Pola napas tidak
aktivasi, re-entry efektif
Hambatan dan otomatisasi Risiko edema paru
mobilitas
fisik
Risiko gagal napas
Aritmia

Kematian mendadak
e) Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga
diperlukan.Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan
sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah:
1) Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan
keperluan khusus.
2) Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan.
3) Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan
gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu.Pemeriksaan
antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, seperti
tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh
tertentu.
f) Penatalaksanaan Medis
1) Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan.Mengendalikan
kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin

9
menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan
sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga
pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi
(Sugondo,2008).
2) Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi
makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan
diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan
dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta
mengkonsumsi makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi
tidak menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan
menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang
tidak terlalu manis (Sugondo, 2008).
3) Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen
penting dari program penurunan berat badan, walaupun aktifitas
fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam
jangka waktu enam bulan. Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulai
secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara
bertahap. Penderita obesitas dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan
selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat
ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3
kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit
dengan jangka waktu 5 kali seminggu (Sugondo, 2008).
4) Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan
mempertahankannya, diperlukan suatu strategi untuk mengatasi
hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi
yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan
dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan

10
masalah, contigency management, cognitive restructuring dan dukungan
sosial (Sugondo,2008).
5) Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam
program manajemen berat badan.Sirbutramine dan orlistat merupakan
obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan
jangka panjang.Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas
fisik efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya.Orlistat
menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian
orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi
malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).
6) Rencana Asuhan Keperawatan pada Remaja Obesitas
A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Observasi adanya manifestasi kegemukan
a. Anak tampak kelebihan berat badan
b. Berat badan diatas standar
c. Ketebalan lipatan kulit lebih dari standar
d. Lemak tubuh diatas standar
3. Dapatkan riwayat obesitas pada keluarga dan kebiasaan diet serta
makanan kesukaan
4. Dapatkan riwayat kesehatan termasuk analisa grafik berat badan,
kebiasaan makan dengan aktivitas fisik
5. Wawancarai anak dan keluarga untuk mengetahui faktor psikologis
yang mungkin berperan pada obesitas- standar budaya, penggunaan
makanan untuk penenangan, hubungan sebaya dan interpersonal
sosial keluarga, penggunaan makanan sebagai penghargaan
B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfungsi pola makan, faktor herediter

11
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton,
fisik yang besar
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya
atau kurangnya olahraga, gizi bruk, kerentanan individu
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan
fisik, internalisasi dengan umpan balik negatif
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penatalaksanaan
remaja obesitas
C. Intervensi keperawatan/rasional
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfungsi pola makan, faktor herediter
Sasaran pasien/keluarga 1: Pasien (keluarga) mengidentifikasi
pola dan perilaku makan
Intervensi :
a. Bimbing remaja dan kadang-kadang keluarga untuk;
1) Membuat catatan tentang segala sesuatu yang dimakan,
temasuk:
a) Waktu makan
b) Jumlah yang dimakan
c) Dimana makanan tersebut dikonsumsi
d) Aktivitas yang dilakukan selama makan
e) Dengan siapa makanan itu dimakan atau di makan
sendiri
f) Perasaan pada saat makanan tersebut dimakan (mis
marah, depresi, kesepian , gembira)
2) Identifikasi stimulus makanan karena hal ini sering
berperan dalam obesitas
a) Rasa lapar
b) Iklan televisi
c) Mencium atau melihat makanan

12
3) Kaji lingkungan makan untuk menentukan kemungkinan
efek pada obesitas
a) Dimana makanan itu dimakan
b) Dengan siapa makanan itu di makan atau dimakan
sendiri
c) Perasaan pada saat makan
d) Aktivitas yang dilakukan sambil makan
4) Analisa data sebelumnya untuk pola makan dan hubungan
faktor lain sebagai dasar untuk membuat penlaian
Sasaran pasien 2: pasien mendemonstrasikan bagaimana
caranya untuk mengendalikan stimulus makanan
Intervensi keperawatan/rasional:
a. Dorong remaja melakukan hal-hal berikut untuk
menurunkan godaan untuk makan berlebihan
1) Pisahkan aktivitas makan dan aktivitas lain
2) Minimalkan isyarat adanya makanan
3) Jangan mengonsumsi junk food
4) Siapkan dan sajikan makanan hanya dengan jumlah
yang akan dimakan
5) Tempatkan kudapan diluar pandangan
b. Jangan membeli makanan yang bermasalah seperti “fast
food”
c. Hidangkan makanan dari pemanggang atau tempat lain
diluar jangkauan dai tempat makan yang ditetapkan

Sasaran pasien 3: pasien mengubah pola makan

Intervensi keperawatan/rasional

a. Dorong remaja untuk melakukan hal-hal berikut karena


perubahan pada pola makan dapat mengurangi resiko
makan berlebihan

13
1) Makan di tempat khusus yang dipesan hanya untuk
makan
2) Makan makanan yang dipesan dengan waktu yang
teratur
3) Gunakan piring yang lebih kecil untuk membuat
jumlah makanan tampak lebih besar
4) Makan dengan perlahan
5) Tinggalkan sedikit makanan diatas piring
6) Jangan makan ketika menonton televisi
7) Ganti kudapan “junk food” dengan kudapan sehat
seperti sayuran mentah
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton,
fisik yang besar
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam,
klien dapat meningkatkan aktivitas fisik
Sasaran pasien 1: pasien meningkatkan aktivitas fisik
Intervensi keperawatan/ rasional
a. Kaji pola aktivitas dan minat remaja
b. Atur aktivitas terprogram seperti lari, renang, bersepeda,
aerobik, atau olahraga setelah sekolah
c. Dorong aktivitas rutin seperti berjalan, memanjat tangga
d. Dorong aktivitas yang menekan perbaikan diri bukan kompetisi
untuk menghindari perasaan ditolak
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya
atau kurangnya olahraga, gizi bruk, kerentanan individu
Sasaran pasien 1: pasien mendapatkan dukungan yang adekuat
Intervensi keperawatan/rasional
a. Implementasikan program penurunan berat badan di sekolah
untuk mendorong pencapaian sasaran
1) Terapkan sistem buddy

14
2) Gunakan teman sebaya sebagai sponsor dan pemberi
penguat positif
3) Lakukan tindakan penimbangan berat badan sebelum
melakukan latihan dengan melibatkan orang dewasa,
perawat, guru, instruktur pendidikan
4) Berikan penguatan untuk perubahan berat badan sosial---
pujian
b. Buat grafik perubahan berat badan yang psoitif dan tunjukan
grafik tersebut di mana orang-orang lain yang tergabung
program ini dapat melihatnya
c. Berikan pendidikan tentang nutrisi
d. Izinkan anggota keluarga untuk bertindak sebagai pemantau
dirumah untuk membantu kemajuan ke arah sasaran dan untuk
mendorong remaja dengan pernyataan yang positif setiap hari
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan
fisik, internalisasi dengan umpan balik negatif
Sasaran pasien 1: pasien mempunyai kesempatan untuk
mendiskusikan perasaan dan kekhawatirannya
Intervensi keperawatan/rasional
a. Dorong remaja untuk mendiskusikan perasaan dan
kekhawatirannya karena hal ini dapat memfasilitasi koping
b. Kuatkan pencapaian sehingga anak tidak berkecil hati dalam
mencapai tujuan

Sasaran pasien 2: pasien mengenali cara-cara untuk memperbaiki


penampilan

Intervensi keperawatan/rasional

a. Anjurkan remaja untuk berdandan, hygine, dan postur untuk


meningkatkan penampilan dan meningkatkan harga diri
b. Bantu dengan menggali aspek positif dari penampilan dan cara-
cara untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut

15
Sasaran pasien 3: pasien menunjukan tanda-tanda perbaikan harga
diri

Intervensi keperawatan/rasional:

a. Anggap remaja sebagai individu yang penting dan berguna


karena hal ini akan mendorong perkembangan harga diri
remaja
b. Dorong remaja untuk menetapkan tujuan kecil yang dapat
dicapai
c. Dorong dan dukung remaja untuk berpikir positif (individu
dengan berat badan berlebih sering mempunyai pikiran yang
negatif) untuk meningkatkan harga diri
d. Dorong untuk beraktivitas untuk mengurangi kebosanan
e. Dorong utnuk berinteraksi dengan teman sebaya karena isolaso
dan perasaan ditolak dapat menurunkan harga diri
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penatalaksanaan
remaja obesitas
Sasaran pasien/keluarga 1 : pasien (keluarga) terlibat dalam
program penurunan berat badan remaja
Intervensi keperawatan/rasional
a. Didik keluarga mengenai program penurunan berat badan,
termasuk nutrisi, hubungan masukan makanan dan latihan,
dukungan psikologis
b. Dorong keluarga untuk melakukan hal-hal berikut:
1) Gunakan penguatan yang tepat
2) Ubah makanan dan lingkungan makan
3) Pertahankan sikap yang tepat berkaitan dengan program
4) Bantu untul memantau perilaku makan, masukan makanan,
aktivitas fisik, perubahan berat badan
5) Hilangkan makanan sebagai penghargaan karena makanan
dapat menyebabkan obesitas

16
6) Dorong remaja dengan pernyataan positif untuk
meningkatkan harga diri
B. Asuhan keperawatan anak pada kkp
1. Pengertian KKP

Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk


bertahan hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan
zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang
yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.

Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan


kalori protein. Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti
pertama atau utama. Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal
dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang
cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi
energi protein.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status


gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak.


Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu
penyakit yag diakibatkan kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga
diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy
protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda.
Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.

17
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-
negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya
terlihatbahwa berat badananak tersebut lebih rendah disbanding anak
seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari berat
badan ideal.

A. Etiologi dan Faktor Resiko

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak
cukup serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan
dengan orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau
malformasi congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat
cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare.

Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor,


yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya
karena bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat
terpenuhi.

Berikut beberapa faktor penyebabnya :

1. Faktor sosial.

Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran


masyarakat akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak,
sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

2. Kemiskinan.

18
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya
penyakit ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan
masyarakat menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun
sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.

3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan


bertambahnya ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan.

4. Infeksi.

Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi


dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh.
Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan
tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah masuknya beragam
penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-
faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang
tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan
pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan
penyakit lain.

5. Pola makan.

Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh


dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang
cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang
memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari
Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak
memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu,
dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya
kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI.

19
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola
pengasuhan balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang
seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.

7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang


merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi
dan anak-anak.

B. Tanda dan gejala / manifestasi klinis

Secara klinis KKP terdapat dalam 3 tipe yaitu :

1. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah bentuk gizi buruk yang terjadi pada anak-


anak. Kwashiorkor umum terjadi di daerah yang dilanda kelaparan, kurang
persedian makanan, atau rendahnya tingkat pendidikan (ketika orang tidak
mengerti bagaimana untuk makan diet yang baik).

Kwashiorkor disebabkan oleh rendahnya protein. Hal ini juga


dapat disebabkan oleh infeksi, parasit atau kondisi lain yang mengganggu
penyerapan protein pada saluran pencernaan.

Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di


seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis,
kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng,
rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil, bercak merah
kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas, sering disertai penyakit infeksi
terutama akut, diare dan anemia

2. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak .

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama


akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama
tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot.Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori protein.

20
Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan
pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan.Hal ini dapat terjadi
karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan
tidak higienis atau sering terkena infeksi.Marasmus berpengaruh dalam
waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki.
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau
karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.

Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang


terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput,
jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, sering disertai
penyakit infeksi dan diare;

3. Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan


ekstraseluler dan ekstravaskuler) yang disertai dengan penimbunan cairan
abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar
dan rongga-rongga badan).Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum
(general).

Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga


perut,rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit, pericardium jantung atau
di dalam paru-paru. Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya
pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum
(general edema).

Penyebab edema yaitu :

a. Adanya Kongesti

Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan


hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam
vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma
ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela
jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).

21
b. Obstruksi Limfatik

Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah


(obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah
dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun

c. Permeabilitas Kapiler yang Bertambah

Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat


dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya
dapat melaluinya sedikit atau terbatas.Tekanan osmotic darah lebih besar
dari pada limfe.

d. Hipoproteinemia

Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan


rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma
merembes keluar vaskula sebagai cairan edema.

e. Tekanan Osmotic Koloid

Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali,


sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam
darah.Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat
meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah.Dalam hal ini
maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.

Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan.


Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan.Pada jaringan subcutis
yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu
pada tempat tersebut mudah timbul edema.

f. Retensi Natrium dan Air

Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari
pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan
terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah
cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler bertambah.Akibatnya terjadi edema.

22
C. Patofisiologi KKP(Kekurangan Kalori-Protein)

Gangguan Tidak adekuatnya Penyakit kronis, seperti


perkembangan, intake makanan penyakit hati dan
gangguan
Tidak adekuatnya gastrointestinal
kognitif atau
sanitasi memberikan dampak yang
lingkungan merugikan pada status
nutrisi oleh karena
Ketidakseimbangan gangguan pada fungsi
Beban peningkatan antara asupan nutrien
respons inflamasi dan dan kalori dengan
peningkatan kebutuhan kebutuhan tubuh untuk
metabolik dengan pertumbuhan,
meningkatnya pemeliharaan, dan
penggunaan kalori-
Malnutrisi

Salah Penurunan Ketidakseimbangan Penurunan Gangguan elastisitas


persepsi, intake nutrisi kurang dari kekuatan, kulit. Gangguan
sumber makanan kebutuhan tubuh cepat letih, sirkulasi integritas
informasi, tinggi serat, perubahan kulit, keterlambatan
penurunan imobilitas tingkat penyembuhan luka,
motivasi Gangguan kesadaran dan iritasi integritas
pertumbuhan dan jaringan
Ketidakade Konstipasi perkembangan
kuatan Defisit
anak
program aktivitas Risiko gangguan
pengobatan integritas jaringan kulit
Asupan Risiko ketidak- Gangguan
cairan tidak seimbangan cairan tidak
Peningkatan Syok hipovolemik
seimbang cairan dapat
risiko infeksi irreversibel
kebutuhan dikoreksi
gastrointestin tubuh
al
Kematian

Diare

23
D. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium;
- Feses,urine,darah lengkap
- Pemeriksaan albumin
- Hitung leukosit,trombosit
- Hitung glukosa darah.
E. PenatalaksanaanMedis
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
F. Asuhan Keperawatan pada Anak denganMalnutrisi (KKP)
A. Pengkajian
 Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, agama
pendidikan dan alamat.
 Riwayat pemenuhan Kebutuhan nutrisi anak
 Faktor predisposisi malnutisi seperti:
 Riwayat prenatal, natal dan postnatal
 Dampak hospitalisasi
 Perubahan peran keluarga
 Riwayat pembedahan
 Alergi
 Pola kebiasaan
 Tumbuh-kembang

24
 Imunisasi
 Psikososial dan psikoseksual
 Kemampuan interaksi anak
 Riwayat Keluarga seperti:
 Mengidentifikasi komposisi keluarga
 Fungsi dan hubungan anggota keluarga
 Kultur dan kepercayaan
 Perilaku yang dapat memengaruhi kesehatan
 Persepsi keluarga tentang penyakit pasien.
B. Pengkajian Klinik

Defisiensi Mikronutrien Manifestasi Gejala


Besi Lemah dan cepat lelah
Anemia
Penurunan fungsi kognitif
Sakit kepala
Perubahan pada kuku
Iodin Keterlambatan Perkembangan
Penyakit Goiter
Retardasi Mental
Vitamin D Keterlambatan Pertumbuhan
Penyakit Riketsia
Hipokalemi
Vitamin A Buta Malam
Xeroftalmi
Keterlambatan Pertumbuhan
Perubahan Rambut
Asam Folat Anemia
Zinc Anemia
Cebol (dwarfisme)
Hepatosplenomegali
Hiperpigmentasi
Hipogonadisme

25
Penyembuhan Luka Terlambat

C. Pengkajian Diagnostik Laboratorium


Darah lengkap, urine lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin,
globulin), elektrolit serum, transferin, feritin, profil lemak, fptp toraks dan
EKG.
I. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak
adekuatnya intake makanan, anoreksia
2) Risiko ketidakseimbangan cairan b.d. intake cairan tidak seimbang
dengan pemakaian tubuh, adanya diare.
3) Defisit aktivitas b.d penurunan kekuatan, cepat letih dan perubahan
kesadaran.
4) Konstipasi b.d. pola makan yang kurang, imobilitas, efek
pengobatan.
5) Risiko gangguan integritas jaringan kulit b.d. gangguan elastisitas
kulit, gangguan sirkulasi integritas kulit sekunder dari penurunan
status nutrisi tubuh.
6) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. intake kalori dan
protein yang tidak adekuat.
7) Risiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d. salah persepsi,
sumber informasi, penurunan motivasi.
II. Rencana Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak
adekuat intake makanan, anoreksia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.
Dengan kriteria hasil:
 Pasien mendapatkan status nutrisi yang adekuat.

26
 Keluarga pasien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang
dialami pasien, kebutuhan nutrisi pemulihan, dan pengolahan
makanan sehat seimbang.
 Pernyataan motivasi kuat dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya.

Intervensi

 Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, derajat


pemurunan berat badan, integritas mukosa, kemampuan menelan,
riwayat mual/muntah dan diare

Rasional: Memvalidasi dan nmenmetapkan derajat masalah untuk


menetapkan pilihan intervensi yang tepat.

 Evaluasi adanya alergi dan kontraindikasi makanan.


 Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa yang disukai ( sesuai
indikasi).

Rasional: Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki


intake nutrisi.

 Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara
periodik (seminggu sekali)
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis
diet yang tepat.

Rasional: Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang


adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori
sehubungan dengan status hipermetabolik pasien.

2) Risiko ketidakseimbangan cairan b.d. intake cairan tidak seimbang


dengan pemakaian tubuh, adanya diare.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolirt klien
dapat terpenuhi.

27
Dengan kriteria hasil:
 Pasien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap, turgor
kulit normal
 Ttv normal, CRT<3 detik, urine>600 ml/hari.
 Hasil pemeriksaan Lab: Nilai elektrolit normal, nilai hematokrit dan
protein serum meningkat. BUN/kreatinin menurun.

Intervensi

 Monitor status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urione output).


 Pemeriksaan tekanan darah
 Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaforesis secara
teratur.

Rasional: Mengetahui adanya pengaruh peningkatan tahanan perifer.

 Lakukan observasi pemberian cairan per infus sesuai program


rehidrasi.
 Kolaborasi: pertahankan pemberian cairan secara intravena.
3) Defisit aktivitas b.d penurunan kekuatan, cepat letih dan perubahan
kesadaran.\
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan terjadi peningkatan perilaku dalam perawatan diri.
Dengan kriteria Hasil:
 Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan

Intervensi

 Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk


melakukan ADL.
 Berikan permainan dan aktivitas sesuai dengan usia.
 Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluyarga pasien.
4) Konstipasi b.d. pola makan yang kurang, imobilitas, efek pengobatan

28
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan keadaan kinstipasi dapat ditoleransi.
Dengan kriteria hasil:
 BAB normal sekali sehari, feses lembek berbentuk.

Intervensi

 Observasi kondisi gastrointestinal, auskultasi bising usus secara


periodik.
 Monitor konsistensi feses.
 Apabila anak mendapatkan intake melalui jalur makanan per sonde,
beri kesempatan keluarga untuk melakukannya.
5) Risiko gangguan integritas jaringan kulit b.d. gangguan elastisitas
kulit, gangguan sirkulasi integritas kulit sekunder dari penurunan
status nutrisi tubuh.
Tujuan: Setelahj dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan sudah tidak terjadi gangguan integritas kulit.
Dengan kriteria hasil:
 Tidak terdapat lesi akibat gangguan integritas kulit.
 Terjadi peningkatan turgor kulit, kulit tidak kering tidak bersisik,
elastisitas normal

Intervensi

 Monitor kemerahan, pucat, ekskoriasi.


Rasional: mendeteksi adanya gangguan pada sistem integumen yang
rentan mengalami gangguan akibat adanya kondisi malnutrisi.
 Berikan alas tempat tidur yang lembut. Ganti segera pakaian yang
lembap atau basah. Hindari penggunaan sabun yang dapat
mengiritasi kulit.
Rasional: Menurunkan stimulus kerusakan integritas kulit.
 Dorong mandi 2x sehari dan gunakan lotion setelah mandi

29
 Lakukan perubahan posisi baring.
6) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. intake kalori dan
protein yang tidak adekuat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia.
Dengan kriteria hasil:
 Keluarga mengetahui pertumbuhan fisik sesuai standar usia
 Mampu mengidentifikasi perkembangan motorik, bahasa/kognitif
dan personal/sosial sesuai standar usia.

Intervensi

 Bina hubungan saling percaya dan keterbukaan


 Ajarkan kepada orangtua tentang standar pertumbuhan fisik dan
tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
 Lakukan pemberian makanan/minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
 Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia anak.
 Beri dukungan psikologis.
7) Risiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d. salah persepsi,
sumber informasi, penurunan motivasi.
Tujuan; Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan terjadi peningkatan perilaku dan pengetahuan pasien dan
keluarga bertambah.
Dengan kriteria hasil:
 Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup, mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala.

Intervensi

 Tentukan tingkat pengetahuan orang tua pasien.


 Kaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi

30
 Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan intake cairan adekuat.
 Berikan informasi tertulis untuk orang tua pasien.
III. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada pasien dengan
malnutrisi setelah dilakukan asuhan keperawatan adalah:
1) Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
2) Risiko ketidakseimbangan cairan tidak terjadi
3) Terjadi peningkatan aktivitas perawatan diri.
4) Konstipasi tidak terjadi dan frekuensi BAB dalam batas normal.
5) Pasien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar
usia.
6) Peningkatan perilaku dan pengetahuan keluarga dan pasien bertambah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegemukan (obesitas) didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi
lemak rubuh sedikitnya 25% dari berat rata-rata untuk usia., jenis kelamin,

31
dan tinggi badan. Prognosis umum untuk peningkatan dan mempertahankan
penurunan berat badan buruk. Namun, keinginan pola hidup lebih sehat Dn
penurunan factor risiko sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap
hidup memotivasi beberapa orang untuk mengikuti diet dan program
penurunan berat badan.Obesitas juga merupakan suatu keadaan patologis
dengan terdapatnya penimbuan lemak yang berlebihan daripada yang
diperlukan untuk fungsi tubuh. Masalah gizi karena kelebihan kalori biasanya
disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan serat dan mikro
nutrien.
Kurang kalori dan protein(KKP) ini terjadi karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein
dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan
protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada
umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi
defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Beberapa ahli hanya
membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang
dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus
(kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat
badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut
seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang
berwarna kemerahan.
B. Saran
1. Di dalam menentukan intervensi keperawatan telebih mengenai program
diet, harus lebih banyak berdiskusi dengan klien.
2.      Untuk klien dengan Kkp, harus lebih mengutamakan pengaturan pola
makan yang baik untuk menghindari kemungkinan buruk yang bisa terjadi.
3.      Dalam perawatan klien, sebaiknya banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga,, mulai dari keluarga,abat samapi teman akrab
klien.

32
DAFTAR PUSAKA

BUKU :

Arif Muttaqin, Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.Salemba Medika

2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 4. EGC

33
Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 1 edisi 15. Jakarta EGC

JURNAL :

Andriani Elisa Pahlevi. 2012.DETERMINAN STATUS GIZI PADA SISWA


SEKOLAH DASAR ISSN 1858-1196. Semarang

34

Anda mungkin juga menyukai