Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok 10-19 tahun di
Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta

Ibu tidak berperan dalam proses perkembangan kesehatan reproduksi


remaja maka banyak kasus seperti pemerkosaan dan sodomi pada remaja
dengan retardasi mental karena kurangnya peran orang tua dalam
perkembangan remja anak mereka (Asra, 2013).

Kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu perhatian dari World Health
Organization (WHO), kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi
manusia untuk bertahan hidup dan dapat melakukan aktivitas. Berdasarkan
data dari WHO angaka kematian ibu diseluruh dunia diperkirakan 400 per
100.000 KH. Negara berkembang khusus wilayah Asia Tenggara, jumlah
kematian mencapai 210 per 100.000 KH. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor yang merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian.

Perkiraan jumlah kematian ibu menurut penyebabnya di Indonesia tahun


2010, dari 11.530 kasus kematian, perdarahan menempati urutan tertinggi
yaitu sebanyak 3.114 kasus, disamping penyebab lainnya seperti
eklampsia, infeksi, komplikasi puerperium, dan lain-lain. (SDKI 2007,
SKRT 2001, Penduduk Indonesia 2010). Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia sebesar 228 per 100.000 KH dan pada tahun 2012 menjadi 359
per 100.000 KH. Salah satu tujuan pembangunan Millenium Development
Goals (MGDs) adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) tahun
2015 dengan target sebesar 102 per 100.000 kelahiran.

Jawa Barat secara parsial sejak tahun 1997 sudah dilaksanakan beberapa
pencatatan di 12 RS Jawa Barat (1997-1980). Dari hasil survey tersebut
gambaran AKI di Jawa Barat sejak tahun 1997 sampai dengan 2012
berkisar antara 150 sampai dengan 450 per 100.000 KH.

Berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan Kabupaten/kota tahun 2016


tercatat jumlah kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 799
orang (84, 78 per 100.000 KH). Dan berdasarkan laporan tersebut tahun
2016 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten karawang sebesar 124,69
per 100.000 KH.

Pada tahun 2016, 4.834 ibu meninggal pada masa kehamilan, persalinan,
dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan
persalinan terutama perdarahan 32%. Sebab lain yaitu eklamsi 26%,
penyebab lain Kematian ibu adalah faktor hormonal, kardiovaskular dan
infeksi. (Media Indonesia,2016).

Perdarahan setelah melahirkan atau hemoragic post partum (HPP)


merupakan bagian terbanyak dari perdarahan obstetrik sebagai penyebab
kematian ibu maternal. Secara medis penyebab perdarahan post partum
disebabkan oleh 4T, yakni tonus (Atonia Uteri), trauma (Robekan jalan
lahir), tissue (Retensio plasenta atau sisa plasenta), dan trombin (Kelainan
koagulasi darah). Dari penyebab diatas, atonia uteri ini merupakan
penyebab utama dari perdarahan post partum. Dalam persalinan pembuluh
darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi kesana,
atonia uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun
sehingga pembuluh darah yang melebar tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. (Siswosudarmo, 2009)

Penyebab subinvolusi atau kegagalan rahim untuk kembali ke keadaan


semula seperti keadaan tidak hamil adalah adanya infeksi dan sisa plasenta
(Dewi dan Sunarsih, 2013)

Subinvolusi merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan


postpartum yang merupakan penyebab tertinggi kematian ibu di Indonesia
(Saleha, 2013)

Ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas


seperti terjadiperdarahan yang bersifat lanjut. (Rahayu,2010)
Salah satu cara agar kontraksi tetap baik sampai akhir nifas adalah
mobilisasi dan gerakan sederhana seperti senam nifas. Karena dengan
senam nifas maka otot-otot yang berada pada uterus akan mengalami
kontraksi dan retraksi yang mana dengan adanya kontraksi ini akan
menyebabkan pembuluh darah pada uterus yang meregang dapat terjepit
sehingga perdarahan dapat terhindari (Oeswari 1999 dalam Maryunani &
Yetti 2011).

Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini bila tidak dilakukan akan


menimbulkan involusio yang tidak baik, sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan dan menyebabkan infeksi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh, menimbulkkan perdarahan yang abnormal karena kotraksi uterus
yang kurang baik. Dan salah satu olahraga yang bisa digunakan untuk
penurunan tinggi fundus uterus adalah senam nifas. Senam masa nifas
adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan
setelah keadaan tubuhnya pulih kembali, dimana fungsinya adalah untuk
mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian
punggung, dasar panggul dan perut.

Senam nifas memang jarang dilakukan oleh ibu-ibu yang telah melakukan
persalinan. Setidaknya ada tiga alasan mengapa ibu tidak melakukannya.
Pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua,
karena sangat bahagianya dan yang dipikirkan hanya sikecil. Ketiga,
berpikir jangnkan untuk senam, untuk bangun saja ibu sudah merasa sakit
(Nurheti, 2010).

Senam nifas jarang dilakukan dapat disebabkan karena ibu pasca


melahirkan takut melakukan banyak gerakan, takut jahitan lepas, masih
sakit pada luka perineum serta adanya kepercayaan yang selama ini
berkembang dan diyakini oleh masyarakat yaitu bila belum genap 40 hari
setelah melahirkan ibu tidak diperbolehkan melakukan aktivitas.
(Salamah, 2006).

B. Rumusan Masalah

Kebanyakan ibu nifas tidak ingin melakukan pergerakan, mereka khawatir


gerakkan yang dilakukan justru menimbulkan dampak seperti nyeri dan
perdarahan. Serta adanya kepercayaan yang selama ini berkembang dan
diyakini oleh masyarakat yaitu bila belum genap 40 hari setelah
melahirkan ibu tidak diperbolehkan melakukan aktivitas. Padahal dengan
melakukan pergerakan dapat membuat kontraksi uterus baik, dan
mempercepat penurunan tinggi uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.

Dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Pengaruh Mobilisasi Dini, Senam Nifas terhadap Penurunan
Tinggi Fundus Uterus ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Mobilisasi dini,
Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uterus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini, senam nifas pada
subinvolusi uterus terhadap penurunan tinggi fundus uterus.
b. Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini, senam nifas pada
inversio uterus terhadap penurunan tinggi fundus uterus.
c. Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini, senam nifas pada
hematoma terhadap penurunan tinggi fundus uterus.

D. Manfaat Penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Involusi Uterus


1. Definisi Involusi Utures

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana


uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. ( Ambarwati dan Wulandari, 2008)

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus akan


mengalami pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur dan
kembali ke kondisi sebelum hamil atau pada keadaan sebelum
hamil dengan berat 60 gram. (Reni, 2012)

Pada involusi uterus, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami


proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada
akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan
melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi
pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil pemecahan
protein dapat dikeluarkan. Proses involusi uterus dapat dilihat pada
tabel :

Waktu Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus (g)

Plasenta lahir Sepusat 1000

7 hari Pertengahan pusat- 500


simfisis

14 hari Tidak teraba 350

42 hari Sebesar hamil 2 50


minggu

56 hari Normal 30

(Manuaba Chandranita AI, dkk. 2010)

2. Etiologi
LENGKAPI LAGI

B. Konsep Subinvolusi Uterus


1. Definisi Subinvolusi Uterus

C. Konsep Inversio Uterus


1. Definisi Inversio Uterus
TAMBAHKAN DEFINISI NYA LAGI, DAN LENGKAPI
Inversio uterus merupakan keadaan ketika fundus uterus masuk ke
dalam kavum uterus, yang dapat terjadi secara mendadak atau
perlahan.
Selain itu, pertolongan persalinan yang makin banyak dilakukan
tenaga terlatih menyebabkan kejadian inversio uterus makin
berkurang. Kejadian inversio uterus sebagian besar disebabkan
kurang legeartisnya pertolongan persalinan saat melakukan
persalinan plasenta secara crede, dengan otot rahim belum
berkontraksi dengan baik.
Inversio uterus memberikan rasa nyeri yang dapat menimbulkan
keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat
saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum
infundilopelvikum bersama dengan pembuluh darahnya.

D. Konsep Hematoma
1. Definisi Hematoma

Anda mungkin juga menyukai