A. Pengertian Perineum
Perineum adalah daerah yang terletak antara vulva dan anus yang juga berperan
dalam persalinan. Perineum yang lunak dan elastis serta cukup lebar umumnya tidak
memberikan kesukaran dalam kelahiran kepala janin. Perineum yang kaku dan tidak
elastis akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan resiko terhadap
janin, juga dapat menyebabkan robekan perineum yang luas sampai tingkat III
Perineum adalah lantai pelvis dan struktur sekitarnya yang menempati pintu
bawah panggul, di sebelah anterior dibatasi oleh simfisis pubis, di sebelah lateral oleh
tuber iskiadikum dan di sebalah posterior oleh oskoksigeus. Perienum pada pria
dibatasi oleh skrotum dan anus, sedangkan wanita oleh vulva dan anus.
Perineum adalah daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma (m.levator ani, m.Coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constictor uretrehta).
Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak di bawah dasar
panggul. Perineum memiliki batas-batas sebagai berikut:
1. Superior : dasar panggul yang terdiri dari m. Levator ani dan m. Coccygeus.
2. Lateral : tulang dan ligamenta yang membentuk pintu bawah panggul (exitus
pelvis) yakni dari depan ke belakang angulus subpubicus, ramus ischiopubicus,
tuber ischiadicum, ligasecrotuberosom, os coccygis.
3. Inferior : kulit dan fascia.
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama
akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm membuka vulva
(Crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat
melewati introitus dan perineum mengurangi kemungkinan terjadinya robekan,
bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernapas dengan cepat pada
waktunya.
Wanita yang setelah melahirkan mengalami robekan pada vagina bagian dalam
dengan jahitan atau kerusakan perineum (daerah diantara vulva dan anus, yang terdiri
dari kulit dan otot).
Laserasi Perineum
Laserasi Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi.
Perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi
antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan
dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu
tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan
indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan
pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan
mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan.
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral.
Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani , yang terjadi pada
waktu persalinan normal ataupun persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka
pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan
demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadi prolapses
genitalis.
Perineum adalah daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot- otot diafragma pelvis (m.perinealis, m. coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda,m.constictor uretra). Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah robekan.
Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak di bawah
dasar panggul. Daerah ini dibagi menjadi dua buah segi tiga, yaitu trigonum
urogenitalie di sebelah depan dan trigoum anale disebelah belakang. Keduanya
dipisahkan oleh sekat melintang yang dibentuk oleh mm.tranversus perinci dan basis
diaphragma urogenitale.
Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak
pertama. Pada sekitar separuh dari kasus- kasus tersebut, robekan ini amat luas,
laserasi harus diperbaiki dengan cermat.
a) Indikasi episiotomi
Menurut Sumarah, Widyastuti & Wiyati, 2009, indikasi episiotomi adalah :
1) Gawat janin.
2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong,
distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacum
3) Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4) Perineum kaku dan pendek
5) Adanya ruptur yang membakat pada perineum
6) Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Bila laserasi jalan lahir berada pada
derajat III dan IV: Rujuk segera
E. Macam-macam jahitan perineum
1. Jahitan Kulit
a. Jahitan interrupted :
2) Jahitan Matras
a) Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya
dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang
tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah
yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
b. Jahitan Continous
1) Jahitan jelujur
Mudah dipelajari, tidak nyeri, sedikit jahitan, lebih cepat dibuat, lebih
kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan
terputus. Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi luka
akan terbuka.
2. Jahitan Subkutis
a. Jahitan continous
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat
dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa
darah atau serum.
Persiapan Alat
Anestesi Lokal
a. Keuntungan Anestesi Lokal :
1. Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
2. Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
3. Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
4. Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
5. Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %. Tidak dianjurkan penggunaan lidocain 2
% (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan). Lidocain
dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang
efek kerjanya).
b. Tindakan Anastesi Lokal
1. Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut
bahwa vulva.
3. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang
luka pada mukosa vagina
6. Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
Penjahitan Laserasi pada Perineum
1. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina.
Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek.
Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
himen
3. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke
belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik
keluar pada luka perineum
4. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk
mengetahui letak ototnya.
5. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah
vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang
cincin himen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7. Masukkan jari ke dalam rektum
8. Periksa ulang kembali pada luka laserasi
9. Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari
posisi yang diinginkan
10. Beri ibu informasi kesehatan tentang :
- Menjaga perineum selalu bersih dan kering
- Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
- Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
- Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
F. Perawatan luka perineum
Tujuan Perawatan Luka Perineum :