Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Kimia Dasar

“Analisis Kualitatif Senyawa Organik“

(Uji Pendahuluan :Uji Organoleptis, Uji Fisikokimia)

Mata Kuliah Kimia Dasar

Dosen Pembimbing :

Zora Olivia, S. Farm., M.Farm, Apt


Golongan : A / 1

1. Puja Nur Wahida (G42180082)


2. Rannisa Rahmayanti (G42180083)
3. M. Sulthan Sajida . S (G42180128)
4. Dwi Desi Romadhaniyah (G42180143)
5. Nurul Qamariah (G42180161)
6. Lilis Styoningsih (G42180170)

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Pembedaan senyawa organik dan
anorganik diketahui melalui ada/tidaknya ikatan karbon hidrogen.
Analisa kualitatif merupakan suatu proses yang mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Suatu larutan kualitatif bertujuan untuk mengetahui
keadaan suatu unsur atau senyawa baik organik maupun anorganik. Sedangkan kuantitatif untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa
Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi yaitu pereaksi
golongan, dan pereaksi spesifik kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion /
kation.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa organik ?
2. Bagaimana cara menguji senyawa organik ?
3. Bagaimana cara mengetahui warna pH dan nilai pH ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi senyawa organik dengan uji organoleptis
2. Untuk menguji senyawa organik dengan uji sifat fisiokimia
3. Untuk mengetahui warna pH dan nilai pH

1.4 Manfaat
1. Mengetahui cara penggunaan senyawa organik melalui uji organoleptis
2. Mengetahui cara penggunaan senyawa organik melalui uji sifat fisiokimia
3. Mengetahui senyawa organik melalui warna pH dan nilai pH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon
kecuali karbida, karbonat, danoksida karbon. Banyak diantara senyawa organik seperti protein, lemak,
dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia. Diantara beberapa golongan senyawa
organik adalah senyawa alifatik (rantai karbon yang dapat di ubah gugus fungsinya), hidrokarbon
aromatik (senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzena), senyawa heterosiklik (yang
mencakup atom-atom nonkarbon dan struktur cincinnya), dan polimer (molekul rantai panjang gugus
berulang).Kimia organik dan anorganik memiliki perbedaan, yaitu ada atau tidak adanya ikan organic.
Contoh zat dari anorganik yaitu asam karbonat, sedangkan organik sendiri asam format dan asam
lemak pertama.
Analisis organik kualitatif unsur unsur zat organik adalah pengajaran yang banyak bergerak
dalam bidang identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui. Keberhasilan dipengeruhi oleh
banyak faktor, yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing masing senyawa atau
campurannya.
Tahap pertama dalam analisis kualitatif adalah menentukan adanya unsur unsur karbon,
hidrogen, oksigen, halogen, belerang dan fosfor. Selain itu setiap senyawa organik mempunyai sifat
kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutan yang khas yang meliputi jenis
pelarut dan jumlah kelarutan, sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis
secara kimia
Pengujian organoleptis adalah pengujian yang di dasarkan pada proses pengindraan.
Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fiso-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra
akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat idra yang berasal dari benda
tersebut. Pengindraan dapat juga bearti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk
mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.(Modul
Penanganan Mutu Fisis (Organoleptis),
 Bentuk sampel (Padat, kristal/amorf, cair, setengah padat dll.)
 Warna
Alat bantu : Kaca pembesar dan mikroskop
Jika zat berupa padat dibasahi kertas lakmus dan letakkan zat di atasnya. Jika kertas lakmus
berubah menjadi merah maka bisa dikatakan bahwa sampel tersebut asam. Dan jika kertas lakmus
berubah menjadi biru maka bisa dikatakan sampel tersebut bersifat basa.
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair ( air)
dengan spontan menjadi gas (uap air). Pemijaran adalah proses pemanasan endapan yang dilakukan
bersama dengan kertas saring. Pemijaran dilakukan pada suhu yang cukup panas sehingga di peroleh
endapan kering.
 Sampel diuapkan di cawan porselin.
 Sampel cair diuapkan di atas penangas air sampai kering. Jika tidak bisa kering kemungkinan
Sirup, mengandung gliserin, glikol, PEG. Jika kering panasi dengan api kecil lalu api besar.
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang
menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan membentuk
dispersi molekuler yang homogeni. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan
sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan,
yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan
tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London) atau ikatan
elektrostatik yang lain.
Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang non
polar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut yang ada di
alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan
saat akan melarutkan bahan. Pada bagian berikut disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang
sering digunakan di laboratorium. Senyawa polar merupakan senyawa yang terbentuk akibat adanya
suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda. Berpatokan pada prinsip kelarutan Like Dissolves
Like, senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar.
Senyawa non polar merupakan senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan
mempunyai elektronegatifitas yang sama/hampir sama. Berpatokan pada prinsip kelarutan Like
Dissolves Like, senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar
 Penjelasan dari bahan praktikum :.
 Rivanol
            Rivanol (etakridin laktat) adalah senyawa organik berupa cairan kuning oranye yang berbau
menyengat. Bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan kuman). Biasanya lebih efektif pada
kuman gram positif daripada gram negatif. Sifatnya tidak terlalu menimbulkan iritasi dibandingkan
dengan povidon iodin (yodium). Rivanol mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas
karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis. Rivanol sering digunakan untuk membersihkan
luka, luka borok dan bernanah.
Larutan rivanol jika dicampurkan dengan larutan NaOH hasil indikator kertas lakmus
berwarna merah. Jadi rivanol bersifat asam. Dan pada suatu uji kelarutan rivanol, didapatkan bahwa
rivanol dapat larut dalam air maupun pelarut polar lainnya. Namun tidak dapat larut pada pelarut non
polar. Jadi dapat dikatakan bahwa, rivanol bersifat polar.
 Ichtiol
Ichtamolum (ichthyol) yang berasal dari garam amonium asam sulfonat yang diperoleh dari
batuan bitumen, bercampur dengan ammonium sulfat dan air. Ichthyol ini berbentuk seperti cairan
kental atau setengah padat, warna hampir hitam (suppos coklat), dan berbau khas. Ichtiol bermanfaat
sebagai antiseptika lemah.
Pada reaksi netral, pH ichtiol mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.Namun ichtiol cenderung
bersifat asam, karena pH kurang dari 7. Dan pada suatu uji kelarutan ichtiol, didapatkan bahwa ichtiol
dapat tidak dapat larut dalam air maupun pelarut polar lainnya. Namun dapat larut pada pelarut non
polar. Jadi bisa dikatakan bahwa, ichtiol bersifat non polar.
 Norit
Norit hanyalah salah satu nama dagang dari karbon aktif (ada yang menyebutnya arang  aktif)
berbentuk tablet. Bahan baku untuk membuat karbon aktif cukup beragam, antara lain : kayu, batu
bara, kulit kacang, atau serbuk gergaji. Bahan baku ini kemudian ‘diaktifkan’ dengan cara kimia,
yaitu dengan mencampurnya dengan asam, atau dengan cara mengukusnya menggunakan uap atau
gas pada temperatur tinggi. Hasilnya adalah arang berwarna hitam legam, namun tak berbau dan tak
berasa.Di dalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau racun dan
sebagai obat sakit perut.
 Aseton
Aseton merupakan senyawa berbentuk cairan dengan rumus molekul CH 3COCH3 yang tidak
berwarna dan mudah terbakar. Massa molarnya 58,08g/mol, densitasnya 0,79 g/ml, titik leleh -94,9ºC,
titik didih 56,53°C. Sifat dari aseton yaitu bersifat basa.Aseton larut dalam berbagai perbandingan
dengan air, etanol, dietil eter, dll. Aseton juga merupakan pelarut yang penting. Dapat dikatakan
bahwa aseton bersifat polar karena mengandung gugus karboksil, dimana gugus karboksil bersifat
polar dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma, dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi
tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif.
 Air (H2O)
Berdasarkan susunan ruang atomnya molekul H2O berbentuk tidak simetris. Elektron tidak
tersebar merata. Dalam molekul H2O pusat muatan (pol) negative terletak pada atom O, sedangkan
pol positif terletak diantara atom H , sehingga Air bersifat polar karena jikadigambarkan ikatan polar
sebagai vektormaka molekul H2O resultan vektornya tidak sama dengan nol.
 Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar hampir seluruh senyawa eter berwujud cair, kecuali
dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih
keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung
bersifat non polar sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil.
 HCl
Berdasarkan susunan ruang atomnya molekul HCL , atom H dan Cl sama –sama menarik
pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar dari pada atom H.
Akibatnya atom Cl menarik pasangan electron ikatan (PEI) lebih kuat dari pada atom H sehingga
letak PEI lebih dekat kearah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl , sehingga HCL
bersifat polar, karena jika digambarkan ikatan polar sebagai vector maka molekul HCL resultan
vektornya tidak sama dengan nol.
 NaOH
NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada
proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa, NaOH bersifat polar.
 Asam sulfat
Asam sulfat sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada
proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam pelarut polar lainnya.
Namun,  ia tidak dapat larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Jadi dapat dikatakan
bahwa, asam sulfat bersifat polar.
BAB III

METODE

3.1 Tempat dan waktu

Kegiatan praktikum Kimia Dasar dengn matei analisis kualitatif senyawa


organik (uji organoleptis dan uji sifat fisikokimia) dilaksanakan di Laboratorium
Jurusan kesehatan Prodi Gizi Klinik, Politeknik Negeri Jember. Pada hari Jum’at,
Tanggal 12 Oktober 2018, pukul 09.00 – 11.00 WIB.

3.2 Alat Praktikum :

1. Kertas lakmus
2. Tabung reaksi
3. Plat tetes
4. Cawan porselin
5. Gelas kimia 500 ml
6. Kawat penyangga
7. Bunsen
8. Batang pengaduk
3.3 Bahan Praktikum :
1. Rivanol
2. Ichtiol
3. Norit
4. Saccharum laktis
5. Aseton
6. Aquades
7. Eter
8. NaOH 5%
9. Asam sulfat pekat
3.4 Prosedur Kerja

1. Uji organoleptis

Ambi Sampel
yang akan
dianalisis
Catat hasil
Amati warna dan pengamatan
bentuk

2. Uji Sifat Fisikokimia


a. Reaksi terhadap lakmus

Teteskan larutan
cair sampel atau
Jika zat cair
ambil seujung
langsung
pengaduk
letakkan ke
Letakkan larutannya
pada plat
tetes

Jika zat padat


basahi dan
Golongkan sifat
letakkan zat
basa atau asam
b. Sifat pada penguapan dan pemijaran

Ambil 1 mL larutan
sampel cair atau
seujung batang

Catat hasil
Masukkan kedalam Sampel diuapkan diatas pemijaran, warna,
cawan penangas air sampai bentuk,dan bau
kering

c. Kelarutan zat

Ambil larutan
sampel cair atau
seujung batang

Masukkan dalam Ambil pelarut (air, Amati kelarutan


tabung eter,NaOH 5% HCI sampel
asam sulfat pekat)
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4.1

Nama zat Organoleptik Perubahan Penguapan Pemijaran Kelarutan


ketas lakmus
Sirup Bau : manis Ungu Bau : wangi Bau : wangi Air : larut
khas sirup Warna : caramel Benzena :
Warna : merah Warna:coklat tidak larut
merah Bentuk : cair Bentuk : NaOH : tidak
Bentuk :cair kental larut
HCl : tidak
larut
H2SO4 : tidak
larut
Minyak Bau : khas Coklat Bau : khas Bau : khas Air : tidak
cengkih cengkih cengkih cengkih lebih larut
Warna : Warna : kuat NaOH : larut
merah bata merah bata Warna : Benzena :
Bentuk : cair Bentuk : cair merah bata larut
Bentuk : - HCl : tidak
larut
H2SO4 : larut

Gula halus Bau : tidak Ungu Bau : tidak Bau : manis Air : larut
berbau berbau Warna : NaOH : larut
Warna : putih Warna : bening Benzena :
Bentuk : bening keruh Bentuk : tidak larut
bubuk halus Bentuk : cair caramel HCl : larut
H2SO4 : tidak
larut

Susu Bau : gurih Ungu Bau : manis Bau : amis Air : larut
Warna : putih Warna : putih Warna : putih NaOH : larut
Bentuk : cair Bentuk : cair Bentuk : padat Benzena :
tidak larut
HCl : larut
H2SO4 : larut
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini kami melakukan analisis kualitatif senyawa organik yaitu uji pendahuluan.
Uji pendahuluan dibagi menjadi dua macam praktikum yakni uji organoleptis dan uji fisikokimia.

Pertama kami melakukan uji organoleptis pada sampel. Uji organoleptis yaitu pengujian yang di
dasarkan pada proses pengindraan. Sampel yang kami uji ada empat yaitu rivanol, ichtiol, norit dan
aseton. Pada sampel pertama yaitu rivanol, berdasarkan hasil praktikum dan dasar teori sama bahwa
rivanol adalah senyawa organik berupa cairan dan berwarna kuning. Tetapi, ada yang berbeda
berdasarkan dasar teori dengan hasil praktikum yaitu bau rivanol, dalam dasar teori menyatakan
bahwa rivanol berbau menyengat sedangkan hasil praktikum kami rivanol itu tidak berbau. Pada
sampel kedua yaitu ichtiol, berdasarkan hasil praktikum dan dasar teori dari sampel ichtiol sama yaitu
berbentuk setengah padat (gel kental) yang berwarna coklat dan berbau menyengat/menusuk. Pada
sampel ketiga yaitu norit, berdasarkan hasil praktikum dan dasar teori dari sampel norit (karbon aktif)
sama yaitu berbentuk padat (pil) berwarna hitam dan tidak berbau. Dan sampel yang terakhir adalah
aseton, berdasarkan hasil praktikum dan dasar teori dari sampel aseton yang diperoleh adalah sama
yaitu berbentuk cair berwarna bening dan berbau menyengat/menusuk.

Kedua kami melakukan uji fisikokimia, uji fisikokimia ini terdapat tiga praktikum yakni reaksi
terhadap kertas lakmus, sifat penguapan dan pemijaran dan yang terakhir yaitu kelarutan zat.

Praktikum pertama pada uji fisikokimia adalah reaksi terhadap kertas lakmus. Reaksi terhadap
kertas lakmus bertujuan untuk mengetahui asam, basa sampel tersebut. Sampel yang digunakan sama
seperti uji organoleptis yaitu rivanol, ichtiol, norit dan aseton. pada praktikum ini jika sampel
berbentuk cair maka kertas lakmus langsung diletakkan/dicelupkan pada larutan tersebut. Tetapi jika
sampel berbentuk padat, maka kertas lakmus harus dibasahi terlebih dahulu setelah itu kertas tersebut
dimasukkan / diletakkan pada zat tersebut. Pada sampel rivanol, kertas lakmus berwarna biru berubah
menjadi merah, ini artinya bahwa sampel rivanol tersebut bersifat asam. Jadi hasil praktikum yang
telah dilakukan sesuai dengan dasar teori. Pada sampel ichtiol, kertas lakmus biru tetap berwarna biru,
hal ini menunjukkan bahwa ichtiol bersifat basa. Jadi hasil praktikum dengan dasar teori hasilnya
berbeda. Memang dinyatakan dalam dasar teori bahwa ichtiol cenderung bersifat asam, tetapi tidak
menutup kemungkinan ichtiol juga bersifat basa, atau hal ini dikarenakan kurang telitinya dalam
mengamati kertas lakmus karena ichtiol berwarna coklat jadi tidak terlihat jelas apakah lakmus
tersebut berwarna merah atau biru. Pada sampel norit kertas lakmus biru tetap berwarna biru, hal ini
menunjukkan bahwa sampel norit bersifat basa. Pada sampel terakhir yaitu aseton, kertas lakmus
yang berwarna biru tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa aseton bersifat basa.

Praktikum kedua dalam uji fisikokimia adalah sifat penguapan dan pemijaran. Penguapan adalah
proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap
air). Pemijaran adalah proses pemanasan endapan yang dilakukan bersama dengan kertas saring.
Pemijaran dilakukan pada suhu yang cukup panas sehingga di peroleh endapan kering. Sampel yang
digunakan sama seperti uji sebelumnya. Pada pengujian sample pertama yaitu sample rivanol awalnya
berbentuk cairan, kemudian dipanaskan dengan menggunakan pembakar spiritus (pemanas
air/kompor) yang ditempatkan pada cawan porselin. Kemudian perubahan yang terjadi pada proses
penguapan bentuknya basah atau setengah kering. Lalu pada proses pemijaran perubahan bentuk yang
terjdi menjadi kering, berwarna kuning, dan tidak berbau.             Pada pengujian sample kedua yaitu
sample ichtiol awalnya berbentuk setengah padat (gel) ,kemudian dipanaskan dengan menggunakan
pembakar spiritus (pemanas air/kompor) yang ditempatkan pada cawan porselin. Kemudian
perubahan yang terjadi pada proses penguapan bentuknya tetap. Lalu pada proses pemijaran tidak
terjadi perubahan bentuk, warnanya coklat, dan berbau menyengat. Pada pengujian sample ketiga
yaitu sample norit awalnya berbentuk kering. Kemudian dipanaskan dengan menggunakan pembakar
spiritus yang ditempatkan pada cawan porselin. Kemudian perubahan yang terjadi pada proses
penguapan bentuknya kering. Lalu pada proses pemijaran perubahan bentuk yang terjdi menjadi
kering, berwarna hitam, dan tidak berbau. Pada pengujian sample terakhir yaitu sample aseton
awalnya berbentuk larutan (cairan), kemudian dipanaskan dengan menggunakan pembakar spiritus
(pemanas air/kompor) yang ditempatkan pada cawan porselin. Kemudian perubahan yang terjadi pada
proses penguapan bentuknya kering. Lalu pada proses pemijaran perubahan bentuk yang terjdi
menjadi kering atau keras, berwarna bening, dan berbau menyengat.
Praktikum ketiga pada uji fisikokimia adalah kelarutan zat. Kelarutan adalah kadar jenuh solute
dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Dalam kelarutan
zat ini dibutuhkan pereaksi, pereaksi ini berfungsi untuk mengetahui sampel tersebut termasuk dalam
senyawa polar atau non polar. Sampel yang kami pakai sama seperti sampel sebelumnya yaitu rivanol,
ichtiol, norit dan aseton. sedangkan pereaksi yang kami pakai adalah air, eter, NaOH, HCl encer, dan
H2SO4 pekat. Yang termasuk senyawa polar yaitu air, NaOH, HCl encer dan H2SO4 pekat.
Sedangkan yang termasuk dalam senyawa non polar adalah eter. Jika sampel tersebut larut dalam
senyawa polar dapat dikatakan bahwa sampel tersebut bersifat polar. Sedangkan sampel yang larut
dalam pelarut non polar berarti sampel tersebut termasuk senyawa non polar. Jika senyawa polar
direaksikan dengan senyawa non polar maka tidak akan larut dan jika senyawa non polar direaksikan
dengan senyawa polar juga tidak akan larut.
berdasar hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa sampel rivanol larut dalam air, HCl encer,
dan H2SO4 pekat. Dan sampel rivanol tidak larut dalam eter dan NaOH. Hal ini menunjukkan bahwa
rivanol termasuk senyawa polar.Seharusnya sampel rivanol larut dalam NaOH dikarenakan NaOH
juga bersifat polar sama seperti air, HCl dan H2SO4. Ketidaklarutan ini disebabkan karena
ketidaktelitian dalam melakukan pengamatan. Hal ini bisa saja dikarenakan kurang pengocokkannya.
Jadi tidak dapat terlihat kelarutan yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa sampel ichtiol dapat larut dalam eter, dan tidak
dapat larut dalam air, NaOH, HCl encer dan HSO4 pekat. Hal ini menunjukkan bahwa ichtiol larut
dalam pelarut non polar dan tidak larut dalam pelarut polar, jadi ichtiol ini termasuk senyawa non
polar. Sesuai dengan dasar teori.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa sampel norit larut dalam air, NaOH, HCl encer
dan H2SO4 pekat, dan tidak larut dalam eter. Hal ini menunjukkan bahwa norit larut dalam pelarut
polar dan tidak larut dalam pelarut non polar, jadi dapat dinyatakan bahwa norit termasuk senyawa
polar. Hasil pengamatan dengan dasar teori berbeda. Hal ini bisa saja dikarenakan kurang telitinya
dalam mengamati kelarutan.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa sampel aseton larut dalam air, HCl encer dan
H2SO4 pekat, dan tidak larut dalam eter dan NaOH. Hal ini menunjukkan bahwa aseton dapat larut
dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar, jadi aseton termasuk senyawa polar.
Seharusnya aseton juga dapat larut dalam NaOH dikarenakan NaOH juga bersifat polar.
Ketidaklarutan ini disebabkan karena kurang teliti dalam mengamati kelarutannya. Hal ini disebabkan
karena aseton dengan NaOH sama-sama tidak memiliki warna (bening) jadi tidak terlihat
kelarutannya.
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa sampel rivanol berbentuk cair, berwarna kuning tidak berbau, bersifat asam,
setelah diuapkan berbentuk setengah kering (basah) lalu dipijarkan menjadi kering berwarna
kuning, dan tidak berbau dan sampel ini termasuk senyawa polar. Sampel ichtiol berbentuk
setengah padat berwarna coklat dan berbau menyengat, bersifat basa, setelah diuapkan berbentuk
setengah padat agak kering setelah dipijarkan bentuknya tetap berwarna coklat dan berbau
menyengat, sampel ini termasuk senyawa non polar. Sampel norit berbentuk padat (pil) berwarna
hitam tidak berbau, bersifat basa, setelah diuapkan sampel berbentuk serbuk kering karena
sebelum dipanaskan sampel ditumbuk terlebih dahulu, berwarna hitam dan tidak berbau, dan
sampel ini termasuk senyawa polar. Sampel yang terakhir yaitu sampel aseton, aseton ini
berbentuk cair, tidak berwarna (bening), bau menyengat, dan bersifat basa, setelah diuapkan
sampel berbentuk setengah cair (basah) lalu dipijarkan dengan api yang besar menjadi kering
tidak berwarna (bening) dan berbau agak menyengat dan sampel ini bersifat polar.

6.2. Saran
Dalam melakukan suatu penelitian ataupun praktikum, haruslah dilakukan dengan teliti
dan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam hal pengukuran dan pengamatan. Selain itu,
pastikan bahwa alat dan bahan tidak terkontaminasi oleh zat apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Kimia Dasar.2015.Buku Kerja Praktek Mahasiswa Kimia Dasar.Politeknik Negeri
Jember
https://fitrimarwaningsih.wordpress.com/2012/12/09/senyawa-polar-dan-non-polar/
http://dhaniwindragusva.blogspot.co.id/2013/12/eter-eter-atau-alkoksi-alkana-adalah.html

Anda mungkin juga menyukai