Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KINETIKA REAKSI
Oleh:
Kelompok V
Anita Sari (1707111181)
Lenni Lamtiar Sagala (1707113949)
Mhd. Dion Arfi (1707113661)
Nabilla Putri Andini (1707113659)
PEKANBARU
2018
DAFTAR ISI
Daftar Isi..........................................................................................................ii
Daftar Gambar................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...................................................................................1
BAB II Landasan Teori..................................................................................2
2.1 Kinetika Kimia.......................................................................................2
2.2 Laju Reaksi............................................................................................4
2.3 Proses Laju Reaksi.................................................................................6
2.4 Orde Reaksi............................................................................................7
BAB III Percobaan.........................................................................................10
3.1 Alat-alat yang Digunakan......................................................................10
3.2 Bahan bahan yang Digunakan................................................................10
3.3 Prosedur Percobaan................................................................................10
3.4 Diagram Alir Percobaan.........................................................................12
3.5 Rangkaian Alat.......................................................................................14
BAB IV Pembahasan......................................................................................15
4.1 Hasil Percobaan......................................................................................15
4.2 Pembahasan............................................................................................15
BAB V Kesimpulan dan Saran......................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Saran.......................................................................................................18
Daftar Pustaka................................................................................................19
Lampiran
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
Reaksi yang akan diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang
terbantuk apabila tiosulfat direaksikan dengan asam. Reaksi ini dikatakan semi
3
3
reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara
menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya.
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang
mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa
cepat atau lambat reaksi berlangsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi
pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam
tubuh berlangsung dan sebagainya. Bila terdapat reaksi sebagai berikut:
aA + bB→cC + dD..................................................................(2.4)
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi dan A, B adalah reaktan dan C, D
adalah produk reaksi. Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai pengurangan reaktan
tiap satuan waktu dan dirumuskan sebagai:
−1 d [ A ] 1 d [ B ]
v= = .................................................................(2.5)
a dt b dt
atau didefinisikan sebagai penambahan jumlah produk tiap satuan waktu dan
dirumuskan sebagai:
−1 d [ C ] 1 d [ D ]
v= = ....................................................................(2.6)
c dt d dt
tanda minus (-) digunakan pada reaktan disebabkan jumlah reaktan setelah t detik
akan lebih kecil dibandingan dengan jumlah reaktan pada t 0 (waktu awal)
sehingga untuk mendapatkan hasil v yang bernilai positif maka harus
ditambahkan tanda minus. Nilai v yang dicari dari keempat cara diatas yaitu
dengan memakai [A], [B], [C], dan [D] akan memiliki nilai yang sama (Aguspur,
2009).
nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi
kadang kala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya
besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Bahnur,
2008).
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yang utamanya
adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi
Sebuah konsentrasi yang lebih tinggi dari reaktan menyebabkan
tabrakan yang lebh efektif per satuan waktu, yang mengarah ke laju reaksi
meningkat (kecuali untuk no reaksi order). Demikian pula, konsentrasi
produk lebih tinggi cenderung dikaitkan dengan laju reaksi yang lebih
rendah. Gunakan tekanan parsial reaktan dalam keadaan gas sebagai
ukuran konsentrasi.
2. Kondisi fisika
Suhu dan tekanan mempengaruhi laju reaksi. Biasanya,
peningkatan suhu ini disertai dengan peningkatan laju reaksi. Suhu adalah
ukuran energi kinetik dari suatu sistem, suhu jadi lebih tinggi berarti
energi kinetik yang lebih tinggi rata- rata molekul dan tabrakan lebih
banyak per satuan waktu. Sebagai aturan umum praktis untuk sebagian
reaksi kimia bahwa tingkat dimana hasil reaksi kira-kira akan berlipat
ganda untuk setiap kenaikan 10oC pada suhu. Setelah suhu mencapai titik
tertentu, beberapa spesies kimia boleh diubah. Contoh, denaturing protein
dan reaksi kimia untu memperlambat atau menghentikan.
3. Intensitas Radiasi
Sinar matahari atan sinar lampu juga dapat mempengaruhi laju
reaksi. Umumnya pengaruh ini sedikit diperhatikan hanya untuk
mempelajari pengaruh fotokimia. Kekuatan sinar didalam spektrofotometri
yang menggunakan sinar monokromatik tidak diharapkan.
4. Sifat-Sifat Pelarut
Laju reaksi tergantung dari kepolaran pelarut, viskositas, jumlah
donor elektron, dan sebagainya. Penambahan suatu elektrolit dapat
memperkecil atau menaikkan suatu laju reaksi ( pengaruh garam), dan
6
a. Metode Substansi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan itu menghasilkan
harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka
reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
b. Metode Grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui
orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis
lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bola log (a-x)
terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan
memberikan garus lurus bila 1/(a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi
mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2 terhadap t menghasilkan garis lurus
dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya, reaksi adalah
orde ketiga.
c. Metode Waktu Paruh
Dalam reaksi orde, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi
awal a, waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a. Waktu
paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a=b sebanding dengan 1/a dari
dalam reaksi orde ketiga, dimana a=b=c, sebanding dengan 1/a2.
2.4 Orde Reaksi
Orde reaksi adalah jumlah eksponen faktor konsentrasi yang terdapat
dalam hukum laju reaksi itu. secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat,
namun dari hasil eksperimen, dapat berupa bilangan pecahan atau nol. Orde reaksi
ditentukan dengan percobaan.
Laju reaksi kimia ke kanan bergantung pada konsentrasi reaktan.
Hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi disebut rumus laju atau hukum laju,
dan tetapan kesebandingan k dinamakan tetapan laju untuk reaksi tersebut. Seperti
halnya tetapan kesetimbangan, tetapan laju tidak bergantung pada konsentrasi
tetapi pada suhu. Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi.
Reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi
pereaksi disebut reaksi orde nol (Chang, 2005).
8
Apabila reaksi ini merupakan reaksi orde p terhadap H 2C2O4 dan orde q terhadap
MnO4 maka laju reaksi:
r = k[H2C2O4]p[MnO4]q........................................................................(2.8)
p = orde parsial terhadap H2C2O4
q = orde parsial terhadap MnO4
Jika suatu reaksi mempunyai orde n terhadap suatu zat pereaksi maka
kecepatan reaksi akan sebanding dengan konsentrasi pangkat n dan berbanding
terbalik dengan waktu t, sehingga grafik Cn terhadap l/t, selalu merupakan garis
lurus dan orde reaksi dapat ditentukan dengan pertolongan grafik seperti ini:
Orde 1 : ditentukan dengan membuat grafik C terhadap l/t
Orde 2 : ditentukan dengan membuat grafik C2 terhadap l/t
Orde 3 : ditentukan dengan membuat grafik C terhadap l/t
Pangkat yang diberikan pada konsentrasi disebut orde reaksi untuk reaktan
yang bersangkutan. Jadi, penguraian N2O5 adalah orde pertama, sedangkan
penguraian C2H6 ialah orde kedua. Beberapa proses termasuk orde nol untuk
jangkauan konsentrasi tertentu. Karena [A]˚ = 1, maka laju reaksi seperti itu tidak
bergantung pada konsentrasi:
Laju = k (kinetika orde nol)..................................................................(2.9)
Orde reaksi tidak selalu bilangan bulat; pangkat pecahan adakalanya dijumpai.
Pada suhu 450 K, penguraian asetaldehida (CH3CHO) dinyatakan dalam hukum
laju sebagai:
Laju = k [CH3CHO]3/2........................................................................ (2.10)
9
Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut
kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia adalah menjelaskan bagaimana laju
bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi
berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen.
Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan perubahan
kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi digunakan untuk
melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan
keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Dalam kebanyakan reaksi, kinetika
kimia hanya mendeteksi bahan dasar permulaan yang lenyap dan hasil yang
timbul, jadi hanya reaksi yang keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan reaksi
keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi yang
berurutan, masing-masing reaksi merupakan suatu langkah reaksi pembentukan
hasil-hasil akhir.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
10
11
Mulai
50 ml
Gelas ukur 100 ml
Na2S2O3 0,25 M
Diletakkan pada
kertas putih dengan
tanda silang
Diaduk sampai
tandasilang tak 2 ml HCl
tampak lagi
Selesai
Mulai
10 ml
40 ml akuades Gelas ukur 100 ml
Na2S2O3 0,25 M
Dipanaskan dengan
water bath sampai
suhu 450C
Diletakkan pada
kertas putih dengan
tanda silang
Selesai
Keterangan:
1.Statif
2.Water bath 5
3,Gelas ukur
4.Termometer
5.Klem
6.Batu didih
6
3
15
16
dalam larutan, maka akan semakin banyak pula tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga akan mempercepat terjadinya pembentukan produk (Utami,
2009). Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut ini
0.25
Konsentrasi Tiosulfat (M)
0.2
0.15
0.1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
hubungan antara waktu dengan laju reaksi berbanding terbalik, sehingga diperoleh
laju reaksi secara berturut-turut, yaitu 0,23 detik-1, 0,16 detik-1, 0,09 detik-1 dan
0,08 detik-1. Hubungan antara suhu dengan laju reaksi dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut:
360
350
f(x) = 178.08 x + 308.22
R² = 0.93
340
Suhu (K)
330
Y-Values
Linear (Y-Values)
320
Linear (Y-Values)
310
300
0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi
dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu apabila semakin besar konsentrasi
maka laju reaksi akan semakin besar juga. Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh nilai laju reaksi terbesar yaitu pada saat konsentrasi Na2S2O3
0,25 M, dengan laju reaksi sebesar 0,1618 detik-1.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa suhu
dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu apabila suhu semakin besar maka
laju reaksi akan semakin besar juga. Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh nilai laju reaksi terbesar, yaitu pada saat suhu 348,15 K dengan
laju reaksi sebesar 0,23 detik-1.
5.2 Saran
1. Teliti saat mengamati tanda silang pada kertas, saat pencampuran larutan
HCl dengan Na2S2O3 agar data yang diperoleh dapat sesuai dengan teori.
2. Teliti pada saat proses pemanasan larutan, usahakan kedua larutan
memiliki suhu yang tepat sama saat proses pencampuran dilakukan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aguspur,2009. Kinetika Reaksi. Jakarta: Kawanpustaka.
Bahnur, T. 2008. Kinetika Reaksi Erlementer. Jakarta : Gramedia.
Chang, R. 2005. Kimia dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi III. Jilid II. Jakarta :
Erlangga.
Marie, H. 2008. Kinetika Reaksi Modern. Jakarta : Erlangga.
Siregar, T.B. 2008. Kinetika Kimia Reaksi Erlementer. Jakarta : Gramedia.
Solehah, A. 2008. Kinetika Kimia. Jakarta : Erlangga.
Tim Laboratorium Dasar Teknik. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Pekanbaru : Universitas Riau.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
19
1. Perhitungan konsentrasi relarif tiosulfat
a. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (50) = (M2) x (50)
M2 = 0,25 M
b. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (40) = (M2) x (50)
M2 = 0,2 M
c. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (30) = (M2) x (50)
M2 = 0,15 M
d. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (20) = (M2) x (50)
M2 = 0,1 M
e. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (10) = (M2) x (50)
M2 = 0.05 M
f. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (5) = (M2) x (50)
M2 = 0,025 M
2. Laju Reaksi pada Percobaan Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju
Reaksi
a. Sistem 1
1
V=
t
1
= 6,18 s = 0,1618 s-1
b. Sistem 2
1
V=
t
20
1
= 8,40 s = 0,12s-1
c. Sistem 3
1
V=
t
1
= 10,30 s = 0,097 s-1
d. Sistem 4
1
V=
t
1
= 21,38 s = 0,046 s-1
e. Sistem 5
1
V=
t
1
= 66 s = 0,015 s-1
f. Sistem 6
1
V=
t
1
= 100 s = 0,01 s-1
b. Sistem 2
1
V=
t
1
= 6,25 s = 0,16 s-1
c. Sistem 3
21
1
V=
t
1
= 10,30 s = 0,09 s-1
d. Sistem 4
1
V=
t
1
= 11,20 s = 0,08 s-1
22
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
A. Tugas
a. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
1. Tabel pengamatan pengaruh konsentarasi terhadap laju reaksi
Siste Volume S2O3-2 Volume air Volume HCl
m (ml) (ml) (ml)
1 50 0 2
2 40 10 2
3 30 20 2
4 20 30 2
5 10 40 2
6 5 45 2
0.2
0.15
0.1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
23
a b
0.618 [ 0.25 ] x [ 2 ]
=
0.12 [ 0.20 ] a x [ 2 ]b
B. Pertanyaan
1. Bagaimana menentukan orde reaksi secara keseluruhan?
Jawab: Pada umumnya hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
zat-zat pereaksi hanya diturunkan dari data eksperimen. Bilangan pangkat
yang menyatakan hubungan konsentrasi zat pereaksi dengan laju reaksi
disebut orde reaksi.
24
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
25
Gambar C.5 Hasil Gambar C.6 Hasil
Pengadukan Pengadukan (tampak atas)
26