Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KINETIKA REAKSI

Oleh:

Kelompok V
Anita Sari (1707111181)
Lenni Lamtiar Sagala (1707113949)
Mhd. Dion Arfi (1707113661)
Nabilla Putri Andini (1707113659)

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi..........................................................................................................ii
Daftar Gambar................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...................................................................................1
BAB II Landasan Teori..................................................................................2
2.1 Kinetika Kimia.......................................................................................2
2.2 Laju Reaksi............................................................................................4
2.3 Proses Laju Reaksi.................................................................................6
2.4 Orde Reaksi............................................................................................7
BAB III Percobaan.........................................................................................10
3.1 Alat-alat yang Digunakan......................................................................10
3.2 Bahan bahan yang Digunakan................................................................10
3.3 Prosedur Percobaan................................................................................10
3.4 Diagram Alir Percobaan.........................................................................12
3.5 Rangkaian Alat.......................................................................................14
BAB IV Pembahasan......................................................................................15
4.1 Hasil Percobaan......................................................................................15
4.2 Pembahasan............................................................................................15
BAB V Kesimpulan dan Saran......................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Saran.......................................................................................................18
Daftar Pustaka................................................................................................19
Lampiran

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi........12


Gambar 3.2 Diagram Alir Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi..................13
Gambar 3.3 Rangkaian Alat Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi..............14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel A.1 Tabel pengamatan pengaruh konsentarasi terhadap laju reaksi......23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi tersebut. Laju (kecepatan)
reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
(produk) terhadap satuan waktu. Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi
menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Hal tersebut
dikarenakan banyak faktor, yang dapat mempengaruhi reaksi tersebut.
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari
nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi
kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya
besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya. Kinetika
reaksi menggambarkan suatu study secara kuantitatif tentang perubahan kadar
suatu zat terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi di tentukan oleh
kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan
kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara
kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan.
Dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran kecepatan reaksi dengan
variasi suhu dan konsentrasi larutan sehingga dengan adanya praktikum ini
diharapakan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari –hari sehingga dalam
penerapannya didapatkan hasil atau produk sesuai yang diinginkan.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari pengaruh konsentrasi pada laju reaksi.
2. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kinetika Kimia


Kinetika kimia adalah studi tentang laju reaksi, perubahan konsentrasi
reaktan (atau produk) sebagai fungsi dari waktu. Reaksi dapat berlangsung dengan
laju yang bervariasi, ada yang serta merta, perlu cukup waktu (pembakaran) atau
waktu yang sangat lama seperti penuaan, pembentukan batubara dan beberapa
reaksi peluruhan radioaktif (Tim Laboratorium Dasar Teknik, 2018).
Biasanya kecepatan suatu reaksi kimia bergantung pada konsentrasi
pereaksi-pereaksinya. Sifat kebergantungan ini dapat ditentukan dengan cara
berikut : perubahan dalam kecepatan reaksi diukur berdasarkan perubahan
konsentrasi salah satu pereaksi, sedangkan konsentrasi pereaksi yang lainnya
dijaga tetap. Waktu reaksi berbanding terbalik dengan kecepatan reaksi, makin
pendek waktunya makin besar kecepatan reaksi. Suhu percobaan perlu dicatat
(Tim Laboratorium Dasar Teknik, 2018).
Pada tahun 1889, Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan emperik yang
menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan yang
diusulkan Arrhenius adalah sebagai berikut :
k = A e –Ea/RT ........................................................................................ (2.1)
k = konstanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
–Ea/RT
Faktor e memiliki kesamaan dengan hukum distribusi Boltzmann.
Faktor ini menunjukkan fraksi molekul yang memiliki energi yang melebihi
energi aktivasi. Persamaan (1) sering ditulis dalam bentuk logaritma sebagai
berikut :
ln k = ln A - Ea / RT..........................................................................(2.2)

Percobaan ini bersifat semi kuantitatif yang dapat digunakan untuk


menentukan pengaruh perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju reaksi.

2
Reaksi yang akan diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang
terbantuk apabila tiosulfat direaksikan dengan asam. Reaksi ini dikatakan semi

3
3

kuantitatif karena disini tidak dilakukan pengukuran konsentrasi. Yang akan


diukur pada percobaan ini adalah waktu yang diperlukan agar koloid belerang
mencapai suatu intensitas tertentu. Reaksi pengendapan belerang dapat ditulis
sebagai berikut (Tim Laboratorium Dasar Teknik, 2018) :
S2O3 -2 (aq) + 2H+ (aq) H2O (l) + SO2 (g) + S (s).....(2.3)

Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakan


molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi
waktu. Mekanisme reaksi dapat diestimasikan dengan bantuan pengamatan dan
pengukuran besar termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya
reaktan maupun produk suatu sistem. Berdasarkan penelitian yang mula-mula
dilakukan oleh wilhelmy terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi / tekanan zat-zat yang bereaksi. Laju
reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau
reaktan terhadap waktu (Solehah, 2008).
Kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju
reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penjelasan hubungannya
terhadap mekanisme reaksi. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena
adanya gerakan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi
sebagai fungsi waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan
pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi, dengan
mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu sistem.
Berdasarkan penelitian yang mula-mula dilakukan oleh Wilhelmy terhadap
kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi atau tekanan zat-zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai
perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan terhadap waktu
(Chang, 2005).
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi,
proses itu ada yang lambat ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat
dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat,
seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat
adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju)
4

reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara
menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya.
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang
mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa
cepat atau lambat reaksi berlangsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi
pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam
tubuh berlangsung dan sebagainya. Bila terdapat reaksi sebagai berikut:
aA + bB→cC + dD..................................................................(2.4)
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi dan A, B adalah reaktan dan C, D
adalah produk reaksi. Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai pengurangan reaktan
tiap satuan waktu dan dirumuskan sebagai:
−1 d [ A ] 1 d [ B ]
v= = .................................................................(2.5)
a dt b dt
atau didefinisikan sebagai penambahan jumlah produk tiap satuan waktu dan
dirumuskan sebagai:
−1 d [ C ] 1 d [ D ]
v= = ....................................................................(2.6)
c dt d dt

tanda minus (-) digunakan pada reaktan disebabkan jumlah reaktan setelah t detik
akan lebih kecil dibandingan dengan jumlah reaktan pada t 0 (waktu awal)
sehingga untuk mendapatkan hasil v yang bernilai positif maka harus
ditambahkan tanda minus. Nilai v yang dicari dari keempat cara diatas yaitu
dengan memakai [A], [B], [C], dan [D] akan memiliki nilai yang sama (Aguspur,
2009).

2.2 Laju Reaksi


Laju reaksi adalah kecepatan (laju) berkurangnya pereaksi (reaktan) atau
terbentuknya produk reaksi. Dapat dinyatakan dalam satuan mol/L atau atm/s.
Hukum laju reaksi adalah persamaan yang mengaitkan laju reaksi dengan
konsentrasi molar atau tekanan parsial pereaksi dengan pangkat yang sesuai.
Persamaan laju atau hukum laju diperoleh dari hasil eksperimen. Persamaan laju
reaksi dinyatakan dalam bentuk diferensial atau bentuk integral (Siregar, 2008).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaks berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari
5

nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi
kadang kala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya
besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Bahnur,
2008).
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yang utamanya
adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi
Sebuah konsentrasi yang lebih tinggi dari reaktan menyebabkan
tabrakan yang lebh efektif per satuan waktu, yang mengarah ke laju reaksi
meningkat (kecuali untuk no reaksi order). Demikian pula, konsentrasi
produk lebih tinggi cenderung dikaitkan dengan laju reaksi yang lebih
rendah. Gunakan tekanan parsial reaktan dalam keadaan gas sebagai
ukuran konsentrasi.
2. Kondisi fisika
Suhu dan tekanan mempengaruhi laju reaksi. Biasanya,
peningkatan suhu ini disertai dengan peningkatan laju reaksi. Suhu adalah
ukuran energi kinetik dari suatu sistem, suhu jadi lebih tinggi berarti
energi kinetik yang lebih tinggi rata- rata molekul dan tabrakan lebih
banyak per satuan waktu. Sebagai aturan umum praktis untuk sebagian
reaksi kimia bahwa tingkat dimana hasil reaksi kira-kira akan berlipat
ganda untuk setiap kenaikan 10oC pada suhu. Setelah suhu mencapai titik
tertentu, beberapa spesies kimia boleh diubah. Contoh, denaturing protein
dan reaksi kimia untu memperlambat atau menghentikan.
3. Intensitas Radiasi
Sinar matahari atan sinar lampu juga dapat mempengaruhi laju
reaksi. Umumnya pengaruh ini sedikit diperhatikan hanya untuk
mempelajari pengaruh fotokimia. Kekuatan sinar didalam spektrofotometri
yang menggunakan sinar monokromatik tidak diharapkan.
4. Sifat-Sifat Pelarut
Laju reaksi tergantung dari kepolaran pelarut, viskositas, jumlah
donor elektron, dan sebagainya. Penambahan suatu elektrolit dapat
memperkecil atau menaikkan suatu laju reaksi ( pengaruh garam), dan
6

demikian pula adanya buffer.


5. Adanya katalis

Katalis (misalnya,enzim) menurunkan energi aktivasi reaksi kimia


dan meningkatkan laju reaksi kimia tanpa dikonsumsi dalam proses.
Katalis bekerja dengan meningkatkan frekuensi tabrakan antara reaktan,
mengubah orientasi reaktan sehingga tabrakan lebih efektif, mengurangi
ikatan antar molekul dalam reaktan atau menyumbangkan rapatan elektron
ke reaktan. Adanya katalis membantu reaksi untuk melanjutkan lebih cepat
untuk keseimbangan. Selain katalis ada juga yang dapat mempengaruhi
reaksi contohnya, jumlah ion hidrogen (pH larutan mengandung air) dapat
mengubah tingkat reaksi (Marie, 2008).
6. Luas Permukaan
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas
permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan
semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan
perubahan.Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat,
reaksi pun akan semakin cepat.

2.3 Proses laju


Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang
yang berkaitan kefarmasian, mulai dari pengusahan obat sampai ke pasien.
Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan
yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama, dimana obat tidak berubah menjadi zat berkhasiat atau racun.
Ahli farmasi harus mengetahui kestabilan potensial dari obat yang dibuatnya.
Dokter dan pasien harus diyakinkan bahwa obat yang ditulis atau digunakan akan
sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai
efek pengobatan yang diinginkan.
Ada beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam
rantai peristiwa ini yaitu, kestabilan dan tak tercampuskan, disolusi, proses
absorbs, distribusi dan eliminasi, dan kerja obat pada tingkat molekuler obat. Orde
reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode:
7

a. Metode Substansi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan itu menghasilkan
harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka
reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
b. Metode Grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui
orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis
lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bola log (a-x)
terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan
memberikan garus lurus bila 1/(a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi
mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2 terhadap t menghasilkan garis lurus
dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya, reaksi adalah
orde ketiga.
c. Metode Waktu Paruh
Dalam reaksi orde, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi
awal a, waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a. Waktu
paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a=b sebanding dengan 1/a dari
dalam reaksi orde ketiga, dimana a=b=c, sebanding dengan 1/a2.
2.4 Orde Reaksi
Orde reaksi adalah jumlah eksponen faktor konsentrasi yang terdapat
dalam hukum laju reaksi itu. secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat,
namun dari hasil eksperimen, dapat berupa bilangan pecahan atau nol. Orde reaksi
ditentukan dengan percobaan.
Laju reaksi kimia ke kanan bergantung pada konsentrasi reaktan.
Hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi disebut rumus laju atau hukum laju,
dan tetapan kesebandingan k dinamakan tetapan laju untuk reaksi tersebut. Seperti
halnya tetapan kesetimbangan, tetapan laju tidak bergantung pada konsentrasi
tetapi pada suhu. Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi.
Reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi
pereaksi disebut reaksi orde nol (Chang, 2005).
8

Reaksi orde pertama sering menampakkan konsentrasi tunggal dan hukum


laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari
hukum laju reaksi dan laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat
dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode
penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet
percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi
konsentrasi pereaksi terhadap waktu, untuk mendapatkan grafik garis lurus pada
reaksi:
3H2C2O4(l) + 2MnO4(l) → 6CO2(g) + 3H2O(l) + MnO (2.7)

Apabila reaksi ini merupakan reaksi orde p terhadap H 2C2O4 dan orde q terhadap
MnO4 maka laju reaksi:
r = k[H2C2O4]p[MnO4]q........................................................................(2.8)
p = orde parsial terhadap H2C2O4
q = orde parsial terhadap MnO4

Jika suatu reaksi mempunyai orde n terhadap suatu zat pereaksi maka
kecepatan reaksi akan sebanding dengan konsentrasi pangkat n dan berbanding
terbalik dengan waktu t, sehingga grafik Cn terhadap l/t, selalu merupakan garis
lurus dan orde reaksi dapat ditentukan dengan pertolongan grafik seperti ini:
Orde 1 : ditentukan dengan membuat grafik C terhadap l/t
Orde 2 : ditentukan dengan membuat grafik C2 terhadap l/t
Orde 3 : ditentukan dengan membuat grafik C terhadap l/t
Pangkat yang diberikan pada konsentrasi disebut orde reaksi untuk reaktan
yang bersangkutan. Jadi, penguraian N2O5 adalah orde pertama, sedangkan
penguraian C2H6 ialah orde kedua. Beberapa proses termasuk orde nol untuk
jangkauan konsentrasi tertentu. Karena [A]˚ = 1, maka laju reaksi seperti itu tidak
bergantung pada konsentrasi:
Laju = k (kinetika orde nol)..................................................................(2.9)
Orde reaksi tidak selalu bilangan bulat; pangkat pecahan adakalanya dijumpai.
Pada suhu 450 K, penguraian asetaldehida (CH3CHO) dinyatakan dalam hukum
laju sebagai:
Laju = k [CH3CHO]3/2........................................................................ (2.10)
9

Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut
kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia adalah menjelaskan bagaimana laju
bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi
berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen.
Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan perubahan
kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi digunakan untuk
melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan
keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Dalam kebanyakan reaksi, kinetika
kimia hanya mendeteksi bahan dasar permulaan yang lenyap dan hasil yang
timbul, jadi hanya reaksi yang keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan reaksi
keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi yang
berurutan, masing-masing reaksi merupakan suatu langkah reaksi pembentukan
hasil-hasil akhir.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat – alat yang digunakan


1. Gelas ukur 10 ml, 50 ml dan 100 ml
2. Gelas piala 100 ml
3. Water bath
4. Tabung teaksi
5. Pipet tetes
6. Batang pengaduk
7. Termometer
8. Stopwatch
3.2 Bahan – bahan yang digunakan
1. Na2S2O3 0,25 M
2. HCl 1 M
3. Akuades
3.3 Prosedur percobaan
3.3.1 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
1. Dalam gelas ukur alas rata 100 ml diisi 50 ml larutan Na2S2O3 0,25 M
2. Gelas ukur diletakan diatas selambar kertas putih, pada kertas putih
dibuat tanda silang
3. Ditambahkan 2 ml HCl 1 M , pada saat penambahan dinyalakan
stopwatch dan larutan diaduk sambil diamati
4. Waktu sampai tanda silang tidak tampak lagi dari atas dicatat
5. Suhu larutan diukur dan dicatat
6. Percobaan diulangi untuk komposisi yang berbeda seperti pada tabel
dibawah ini :

10
11

Sistem Volume S2O32- Volume akuades Volume HCl


(ml) (ml) (ml)
1 50 0 2
2 40 10 2
3 30 20 2
4 20 30 2
5 10 40 2
6 5 45 2

3.3.2 Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi


1. Dalam gelas ukur di isi larutan 10 ml tiosulfat yang diencerkan
dengan 40 ml akuades
2. Diukur 2 ml HCl dalam tabung reaksi, kedua larutan dipanaskan
sampai suhu 450C
3. HCl yang telah dipanaskan dimasukkan dalam larutan
tiosulfat,dihidupkan stopwatch serta diaduk diatas kertas dengan tanda
silang sampai tanda silang tidak tampak lagi.
4. Percobaan diulangi untuk suhu 55,65, dan 75 0C

3.4 Diagram Alir Percobaan


3.4.1 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
12

Mulai

50 ml
Gelas ukur 100 ml
Na2S2O3 0,25 M

Diletakkan pada
kertas putih dengan
tanda silang

Diaduk sampai
tandasilang tak 2 ml HCl
tampak lagi

Dicatat waktu yang Percobaan


diperlukan sampai diulangi untuk
tanda silang tak konsentrasi yang
tampak berbeda

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju


Reaksi

3.4.2 Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi


13

Mulai

10 ml
40 ml akuades Gelas ukur 100 ml
Na2S2O3 0,25 M

Dipanaskan dengan
water bath sampai
suhu 450C

Diletakkan pada
kertas putih dengan
tanda silang

Diaduk sampai 2 ml HCl


tandasilang tak Suhu 450C
tampak lagi

Dicatat waktu yang Percobaan


diperlukan sampai diulangi untuk
tanda silang tak suhu yang
tampak berbeda

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

3.5 Rangkaian Alat


14

Keterangan:
1.Statif
2.Water bath 5
3,Gelas ukur
4.Termometer
5.Klem
6.Batu didih

6
3

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi. Perlakuan pertama, yaitu larutan tiosulfat (Na2S2O3) yang memiliki
komposisi yang berbeda-beda direaksikan dengan larutan HCl yang
konsentrasinya dijaga tetap, yaitu 2 ml. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh perubahan konsentrasi dari larutan tiosulfat terhadap laju
reaksi. Selanjutnya, campuran dari kedua larutan tersebut diletakkan diatas sebuah
kertas yang telah diberi tanda silang. Perhitungan waktu dimulai dari saat
pengadukan campuran kedua larutan sampai tanda silang pada kertas tidak dapat
diamati lagi. Reaksi yang terjadi antara tiosulfat dengan HCl, yaitu sebagai berikut
:
S2O32-(aq) + 2H+(aq)  H2O(l) + SO2(aq) + S(s)............................(4.1)
Bedasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, konsentrasi relatif dari
Na2S2O3 secara berturut-turut, yaitu 0,25 M, 0,20 M, 0,15 M, 0,10 M, 0,05 M dan
0,025 M. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, masing-masing campuran
memiliki waktu yang berbeda-beda saat tanda silangnya tidak dapat diamati lagi.
Sesuai dengan urutan konsentrasi relatif tiosulfat, waktu yang dihasilkan masing-
masing larutan, yaitu 6,18 detik, 8,40 detik, 10,30 detik, 21,38 detik, 66 detik, dan
100 detik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa semakin kecil
konsentrasi Na2S2O3, maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi dengan sempurna, yang ditandai dengan tidak dapat diamatinya lagi
tanda silang pada kertas. Laju reaksi berbanding terbalik terhadap waktu, yaitu
dilambangkan dengan 1/waktu. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh,
untuk laju reaksi konsentrasi 0,25 M hingga 0,025 M secara berturut-turut, yaitu
0,1618 detik-1, 0,12 detik-1, 0,097detik-1, 0,046 detik-1, 0,015 detik-1, 0,01detik-1.
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan, apabila konsentrasi reaktan
semakin besar maka akan semakin cepat pula laju reaksi dan begitu pula
sebaliknya apabila konsentrasi reaktan semakin kecil, maka akan semakin lambat
laju reaksi. Hal ini dapat terjadi, karena semakin banyak partikel yang terdapat

15
16

dalam larutan, maka akan semakin banyak pula tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga akan mempercepat terjadinya pembentukan produk (Utami,
2009). Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut ini
0.25
Konsentrasi Tiosulfat (M)

0.2

0.15

0.1 Y-Values
Linear (Y-Values)

0.05

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

Laju Reaksi (1/detik)

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa laju reaksi paling besar
terjadi pada konsentrasi tiosulfat terbesar, yaitu 0,25 M, sedangkan laju reaksi
paling kecil terdapat pada saat konsentrasi tiosulfat terkecil ,yaitu 0,025 M.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka akan
semakin banyak juga partikel pada larutan akan mempercepat laju reaksi, hal ini
dikarenakan banyaknya partikel yang saling bertumbukan akan semakin
mempercepat waktu pada reaksi.

4.2 Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi


Percobaan kedua, yaitu percobaan untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap laju reaksi, yang dilakukan dengan berbagai macam variasi suhu,
sedangkan konsentrasi larutan dijaga tetap. Variasi suhu yang digunakan, yaitu
75℃, 65℃, 55℃ dan 45℃. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, waktu
yang diperlukan saat pencampuran hingga terbentuk tidak dapat diamatinya lagi
tanda silang pada kertas dari suhu 75 ℃ hingga 45 ℃ secara berturut-turut, yaitu
4,3 detik, 6,25 detik, 10,3 detik dan 11,2 detik. Hal ini dapat terjadi, karena
17

hubungan antara waktu dengan laju reaksi berbanding terbalik, sehingga diperoleh
laju reaksi secara berturut-turut, yaitu 0,23 detik-1, 0,16 detik-1, 0,09 detik-1 dan
0,08 detik-1. Hubungan antara suhu dengan laju reaksi dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut:
360

350
f(x) = 178.08 x + 308.22
R² = 0.93
340
Suhu (K)

330
Y-Values
Linear (Y-Values)
320
Linear (Y-Values)

310

300
0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24

Laju Reaksi (1/detik)

Berdasarkan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu


maka laju reaksi akan semakin tinggi. Dari grafik tersebut terlihat bahwa laju
reaksi terbesar terdapat saat suhu larutan terbesar juga yaitu 348,15 K, sedangkan
laju reaksi terkecil terdapat pada saat suhu larutan terkecil, yaitu 318,15 K. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi suhu maka, akan semakin cepat tumbukan antar
partikel dan waktu yang dibutuhkan juga semakin cepat, sehingga laju reaksi akan
semakin besar. Selain itu, ada juga faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
terjadi, yaitu energi aktivasi. Energi aktivasi merupakan energi minimum yang
diperlukan untuk bereaksi pada saat molekul bertumbukan. Sehingga, apabila
semakin tinggi energi pengaktifannya, maka akan semakin rendah laju reaksinya.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah energi aktivasinya, maka laju reaksi akan
semakin cepat.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi
dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu apabila semakin besar konsentrasi
maka laju reaksi akan semakin besar juga. Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh nilai laju reaksi terbesar yaitu pada saat konsentrasi Na2S2O3
0,25 M, dengan laju reaksi sebesar 0,1618 detik-1.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa suhu
dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu apabila suhu semakin besar maka
laju reaksi akan semakin besar juga. Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh nilai laju reaksi terbesar, yaitu pada saat suhu 348,15 K dengan
laju reaksi sebesar 0,23 detik-1.

5.2 Saran
1. Teliti saat mengamati tanda silang pada kertas, saat pencampuran larutan
HCl dengan Na2S2O3 agar data yang diperoleh dapat sesuai dengan teori.
2. Teliti pada saat proses pemanasan larutan, usahakan kedua larutan
memiliki suhu yang tepat sama saat proses pencampuran dilakukan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Aguspur,2009. Kinetika Reaksi. Jakarta: Kawanpustaka.
Bahnur, T. 2008. Kinetika Reaksi Erlementer. Jakarta : Gramedia.
Chang, R. 2005. Kimia dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi III. Jilid II. Jakarta :
Erlangga.
Marie, H. 2008. Kinetika Reaksi Modern. Jakarta : Erlangga.
Siregar, T.B. 2008. Kinetika Kimia Reaksi Erlementer. Jakarta : Gramedia.
Solehah, A. 2008. Kinetika Kimia. Jakarta : Erlangga.
Tim Laboratorium Dasar Teknik. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Pekanbaru : Universitas Riau.

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

19
1. Perhitungan konsentrasi relarif tiosulfat
a. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (50) = (M2) x (50)

M2 = 0,25 M
b. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (40) = (M2) x (50)

M2 = 0,2 M
c. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (30) = (M2) x (50)

M2 = 0,15 M
d. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (20) = (M2) x (50)

M2 = 0,1 M
e. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (10) = (M2) x (50)

M2 = 0.05 M
f. M1 x V1 = M2 x V2
(0,25) x (5) = (M2) x (50)

M2 = 0,025 M
2. Laju Reaksi pada Percobaan Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju
Reaksi
a. Sistem 1
1
V=
t
1
= 6,18 s = 0,1618 s-1

b. Sistem 2
1
V=
t

20
1
= 8,40 s = 0,12s-1

c. Sistem 3
1
V=
t
1
= 10,30 s = 0,097 s-1

d. Sistem 4
1
V=
t
1
= 21,38 s = 0,046 s-1

e. Sistem 5
1
V=
t
1
= 66 s = 0,015 s-1

f. Sistem 6
1
V=
t
1
= 100 s = 0,01 s-1

3. Laju Reaksi pada Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi


a. Sistem 1
1
V=
t
1
= 4,3 s = 0,23 s-1

b. Sistem 2
1
V=
t
1
= 6,25 s = 0,16 s-1

c. Sistem 3

21
1
V=
t
1
= 10,30 s = 0,09 s-1

d. Sistem 4
1
V=
t
1
= 11,20 s = 0,08 s-1

22
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

A. Tugas
a. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
1. Tabel pengamatan pengaruh konsentarasi terhadap laju reaksi
Siste Volume S2O3-2 Volume air Volume HCl
m (ml) (ml) (ml)

1 50 0 2
2 40 10 2
3 30 20 2
4 20 30 2
5 10 40 2
6 5 45 2

2. Kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi tiosulfat


0.25
Konsentrasi Tiosulfat (M)

0.2

0.15

0.1 Y-Values
Linear (Y-Values)

0.05

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

Laju Reaksi (1/detik)

3. Menghitung orde reaksi terhadap tiosulfat


4. Orde reaksi dapat dihitung pada konsentrasi HCl tetap 2M)
a b
v 1 [ A 1] x [ B 1]
=
v 2 [ A 2 ]a x [ B 2 ]b

Maka berdasarkan percobaan diambil percobaan 1 & 2

23
a b
0.618 [ 0.25 ] x [ 2 ]
=
0.12 [ 0.20 ] a x [ 2 ]b

a=ln 5.15/ln1.25 maka a=74,45

B. Pertanyaan
1. Bagaimana menentukan orde reaksi secara keseluruhan?
Jawab: Pada umumnya hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
zat-zat pereaksi hanya diturunkan dari data eksperimen. Bilangan pangkat
yang menyatakan hubungan konsentrasi zat pereaksi dengan laju reaksi
disebut orde reaksi.

Untuk reaksi a A+ b B → c C+ d D, persamaan laju reaksi ditulis:


r =k [ A]m x [B] n
Ket:
r = laju reaksi
k = tetapan laju reaksi
[A] = konsentrasi zat A dalam mol per liter
[B] = konsentrasi zat B dalam mol per liter
m = orde reaksi terhadap zat A
n = orde reaksi terhadap zat B

2. Peningkatan suhu tidak selalu berarti peningkatan laju reaksi. Beri


komentar Anda mengenai hal ini
Jawab: Peningkatan suhu tidak selalu berarti peningkatan pada laju
reaksi. Hal ini dikarenakan ada beberapa zat yang laju reaksinya tidak
berubah saat suhu ditingkatkan.

24
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Penyiapan Gambar C.2 Penyiapan


Larutan Tiosulfat akuades

Gambar C.3 Persiapan Gambar C.4 Pencampuran


Larutan HCl Larutan

25
Gambar C.5 Hasil Gambar C.6 Hasil
Pengadukan Pengadukan (tampak atas)

Gambar C.7 Pemanasan Gambar C.8 Pengenceran


Larutan dalam Water Bath Laruan Tiosulfat

26

Anda mungkin juga menyukai