Anda di halaman 1dari 23

1

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST PARTUM DI RUANG VK BLUD UPT PUSKESMAS
PAHANDUT PALANGKA RAYA

Oleh :

Yulia Kristi

2017.C.09a.0871

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya mampu
menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan Diagnosa Medis POST
PARTUM di Ruang VK BLUD UPT Puskesmas pahandut Palangka Raya. Dan
harapan penulis semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman,juga manfaat bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik
lagi.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Medis POST PARTUM Laporan ini
yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang serta untuk memenuhi tugas kuliah.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.

Palangka Raya, 20 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
3

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep penyakit........................................................................... 1
1.1.1 Definisi............................................................................ 1
1.1 2 Etiologi............................................................................ 2
1.1.3 Klasifikasi ....................................................................... 2
1.1.4 Paofisiologi (Patway) ...................................................... 4
1.1.5 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala).............................. 7
1.1.6 Komplikasi ...................................................................... 7
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang .................................................. 7
1.1.8 Penatalaksanaan .............................................................. 8
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..............................................
1.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................. 9
1.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................... 14
1.2.3 Intervensi Keperawatan .................................................. 14
1.2.4 Implementasi Keperawatan............................................. 15
1.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................... 15

ii
4

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Nugroho,2014).
Post partum/masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari
saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan kekeadaan
sebelum hamil. (Padila, 2014)
Post partum/masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali sepertikekeadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6minggu.
(Sulistyawati, 2012)

1.1.2 Anatomi Fisiologi

1
5

1. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
2. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di
atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selamakoitus.
3. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan
di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
`Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau
pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsanganseksual.
4. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara
6

bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan


medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau
stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai
saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
5. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena
klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah
dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu,
sentuhan dan sensasi tekanan.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
7. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
7

8. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium
dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium
ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur
ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
2) Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot.Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi
gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
8

3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan danpersalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah
suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
b. Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
c. Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium
perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
9

di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar


hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina
dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

1.1.3 Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan. Partus dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
2. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval
2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang
akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
3. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus
terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi
perdarahan.
10

4. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena


perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,
observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc.

1.1.4 Klasifikasi
Sukarni, 2013 derajat ruptur perineum dapat dibagi menjadi empat derajat,
yaitu :
1.1.4.1.Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah:
1) Vagina
2) Komisura posterior
3) Kulit perineum
1.1.4.2 Ruptur perineum derajat dua dengan jaringan yang mengalami robekan
1) Mukosa Vagina
2) Komisura posterior
3) Kulit perineum
4) Otot perineum
1.1.4.3 Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan :
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
1.1.4.4 Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum
11

1.1.5 Patofisiologi (Pathway)


1.1.5.1 Adaptasi Fisiologi
1. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1
smpai 2 cm setiap 24 jam.Pada hari pasca partum keenam fundus normal
akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350
gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di
dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil.
2. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
12

membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi


pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
2) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima
peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini
sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi danpenyembuhan fisik sehingga ia dapat
istirahat dengan baik
3) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru.
Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

1.1.6 Manifestasi Klinis


Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Nugroho,
2014) :
1.1.6.1 Sistem reproduksi
1) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah
13

melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,


beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
3) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.
4) Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari
darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa
bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
14

5) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol
pada wanita nulipara.

1.1.6.2 Sistem endokrin


1) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan
tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3) Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.
15

4) Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil.
5) Sistem cerna
5.1 Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
5.2 Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
5.3 Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
6) Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
6.1 Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri
bila ditekan, dan hangat jika di raba.
6.2 Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
16

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu post partum/nifas antara lain
(Nugroho,2014) :
1. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri
payudara, pembengkakan, kehangatan dan kemerahan
2. Abses payudara
Abses payudara adalah pembengkakan payudara yang berisih nanah,
pembengkakan ini terjadi karena adanya infeksi bakteri.
3. Tromboplebiti
Tromboplebitis adalah invasi ataw perluasan microorganisme pathogen yang
mengikuti aliran darah sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium segera dilakukan pada periode pasca partum,
nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama
jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan
therapy yang mungkin (Padila, 2014).

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada ibu post partum/nifas adalah (Sulistyawati,2012) :
1. Tirah baring
2. Perawatan perineum dan perawatan payudara
3. Berkemih atau perawatan kateter
17

4. Obat anti nyeri, obat tidur, laktasi berikan suplemen vitamin atau zat
besi, hentikan pemberian intravena jika penuh
5. Pemeriksaan laboratorium untuk komplikasi jika ada indikasi
6. Rencana pemakaian kontrasepsi

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Data umum
1.1 Identitas klien meliputi : Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan,
suku/bangas, status pernikahan.
1.2 Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan
dengan ibu, suku/bangsa.
2. Riwayat keluhan utama
2.1 Keluhan utama : Pada ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri
abdomen, nyeri vagina, nyeri perineum.
2.2 Riwayat keluhan utama : Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa
nifas adalah nyeri akut dan ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan
menggunakan P, Q, R, S, T dengan menggunakan skala 0-10. 0 : nyeri
tidak di rasakan, 1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10
nyeri tak tertahankan.
P ( Paliatv) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan ?
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
2.3 Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang di rasakan saat hamil mulai
dari trimester 1, 2, 3 HPHT
1. Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kntrasepsi misalnya KB
2. Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
3. Riwayat psikososial dan spiritual
18

Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan


perawat.
3. Pola fungsi Gordon
3.1 Pola presepsi kesehatan
Dari penaganan kesehatan menggunakan presepsi pemeliharan dan
penaganan kesehatan, persepsi terhadap arti kesehatan dan
penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan
tentang praktek kesehatan.
3.2 Pola nutrisi metabolic
Napsu makan ibu dengan persalinan normal bertambah dan pemasukan
cairan juga bertambah.Makanan harus bermutu, bergizi dan juga cukup
kalori, banyak air, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.3 Pola eliminasi
Kandung kemih mengalami trauma yang dapat di sebabkan edema dan
tekanan. Adanya akumulasi cairan yang berlebihan pada jaringan selama
kehamilan, dieresis setelah 24 jam persalinan dan konstipasi.
3.4 Pola aktifitas latihan
Otot-otot abdomen melebar atau melonggar selama kehamilan
menyebabkan pengurangan otot-otot abdomen menjadi sangat lunak,
lembek dan lemah. Muskulus raktus abdominis memisah otot-otot dan
fascia dinding abdomen mengalami pelenturan, latihan dan senam selama
periode nifas perlu untuk memulihkan keadaan
3.5 Pola istirahat dan tidur
Pola tidur terganggu karena ibu dengan persalinan normal sering
berkeringat banyak dan dingin di malam hari. Mengalami perubahan emosi
yang mendadak atau depresi yang mengakibatkan ibu merasa tertekan dan
mungkin ibu tidak bias tidur
3.6 Pola kongnitif preseptual
Klien merasa nyeri pada payudara dan perineum, dan kurang pengetahuan
tentang perawatan diri.
3.7 Pola konsep diri/presepsi
19

Ibu dapat menerima peran barunya sebagai orang tua atau tidak dapat
menerima.
3.8 Pola peran hubungan
Ibu memepunyai hubungan yang harmonis dengan suami, keluarga yang
merawat ibu yang beada di RS dan percaya kepeda Tuhan-Nya dan
menyerahkan seluruh kesembuhan kepada Tuhan.
4. Pemeriksaan fisik
4.1 Tekanan darah
4.2 Suhu badan
4.3 Denyut nadi
4.4 Respirasi/pernapasan
5. Pemeriksan head to toe
5.1 Kepala : Biasanya Pasien Mengeluh Pusing, Sakit Kepela.
5.2 Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
5.3 Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
5.4 Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap
cahaya penglihatan)
5.5 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
5.6 Jantung dan paru : Suara napas normal
5.7 Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, adanya ASI, adanya pembengkakan, benjolan, nyeri dan
adanya sumbatan duktus, dan tanda-tanda mastitis potensial.
5.8 Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus
atau nyeri.
5.9 Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan
bau lokhia. Pemeriksaan anus terhadap hemoroid.
5.10Eksteremitas bawah :Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas pada
betis, varises.
20

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.
4. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma
mekanis, edema jaringan di tandai dengan distensi kandung kemih.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan dengan trauma mekanis.
Tujuan : Setelah dilakuka tindakan keperawatn nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil : Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi :
1.1 Tentukan adanya lokasi nyeri dan sifat ketidaknyamanan.
1.2 Kaji skla nyeri menggunakan rumus P, Q, R, S, T
1.3 Inspeksi perubahan perineum dan episiotomy. Perhatika edema,
ekimosis tekanan local
1.4 Anjurkan ibu untuk menggunakan tekhnik relaksasi dan distraksi
untuk menghilangkan nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan : Mengatasi kemungkinan infeksi
Kriteria hasil : 1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
2. Adanya kemerahan atau kehangatan
3. Adanya pembengkakan
4. Adanya nyeri
Intervensi :
1. Kaji lochea (warna, bau,jumlah) dan kondisi dan jahitan episiotomy
2. Berikan nutrisi yang adekuat
3. Kaji lokasi dan kontraksi uterus, perubahan infolusi
4. Sarankan untuk klien untuk mengganti pembalut untuk tiap 2 jam
5. Pantau tanda-tanda vital
6. Sarankan ibu membersihkan perineum dari depan ke belakang
7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
21

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.


Tujuan : Aktivitas dapat normal kembali
Kriteria hasil : Ibu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan
orang lain keadaan umum baik, kekuatan otot baik.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Bantu klien dalaM memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Tingkat tirah baring
4. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan
5. Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara lengkap
6. Berikan informasi kesehatan tentang perawatan luka jahitan
7. Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan
8. Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan
9. Kolaborasi dalam pemberikan terapi analgetik
4. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal
Tujuan : Tidak mengalami gangguan eliminasi
Kriteria hasil : Dapat berkemih sendiri dalam waktu 6-8 jam setelah
post partum, tidak merasa sakit saat BAK
Intervensi :
1. Kaji dan catat cairan yang masuk dan keluar tiap 24 jam
2. Palpasi kandungan kemih
3. Anjurkan berkemih 6-8 jam post partum
4. Anjurkan minum 6-8 gelas perhari
5. Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
6. Jelaskan pentingnya berkemih

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana
perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
22

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
23

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho. 2014. Buku Saku Pemeriksaan dan Diagnostik dengan Implikasi


Keperawatan. EGC : Jakarta.
Ackley, B.J., Ladwing, G.B.,& Makic,M.B.F (2017). Nursing Diagnosisi
Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care.11th Ed.St.Louis:
Elseveir
Padila. 2014. Post Partum, Gejala, Anatomi fisiologi, Etiologi, Komplikasi
Manifestasi Klinis. (Online) http://www.kalyanamitra.or.id.pdf, diakses pada
tanggal 19/04/2020 (15.11 WIB).

Anda mungkin juga menyukai