Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 8

LEADERSHIP COMMUNICATION

Dr. G. Arum Yudarwati S.I.P., M. Mktg. Comcn.

DISUSUN OLEH:

Andhika Mas Maulana 447536

Citra Ayu Larasati 447557

Fahrial Fahmi 447575

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
RESUME KASUS: internal perusahaan Malaysia Airlines yang mengalami kondisi yang
buruk sehingga harus merumahkan 6000 karyawan

Malaysian Aviation Group (MAG) adalah organisasi penerbangan global dengan anak
perusahaan dan investasi ekuitas yang dikelompokkan ke dalam empat segmen bisnis yang
berbeda: Layanan Transportasi Udara, Layanan Darat, Sewa Pesawat Terbang, dan
Pengembangan Talenta. Malaysia Airlines adalah maskapai penerbangan yang
mengoperasikan penerbangan dari Bandara Internasional Kuala Lumpur dan dari pusat kedua
mereka di Kota Kinabalu dan Kuching ke tujuan di seluruh Asia, Oseania, dan Eropa.

Malaysia Airlines merupakan maskapai penerbangan utama yang berasal Malaysia dan anggota
dari aliansi maskapai oneworld. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Bandara Internasional
Kuala Lumpur. Pada bulan Agustus 2014, dana kekayaan negara berdaulat pemerintah
Malaysia Khazanah Nasional — yang kemudian memiliki 69,37% dari maskapai penerbangan
— mengumumkan bahwa mereka akan membeli sisa kepemilikan dari pemegang saham
minoritas dan menghapus daftar maskapai dari bursa saham Malaysia, dengan demikian
merasionalisasi maskapai tersebut.

Malaysia Airlines dilanda kerugian finansial yang cukup parah. Mulai dari tahun 2008,
perusahaan tercatat tidak mendapatkan keuntungan. Pada tahun 2013, kerugian perusahaan
mencapai US$ 1,3 Miliar. Akibatnya, Malaysia Airlines ditarik dari bursa saham dan
dikendalikan oleh Khazanah Nasional yang meluncurkan rencana restrukturisasi bernilai US$
1,8 Miliar.

Ditambah lagi Malaysia Airlines mengalami dua peristiwa secara beruntun pada tahun 2014.
Pesawat MH 370 hilang pada bulan Maret yang hingga kini tidak diketahui lokasi dan
penyebabnya. Serta pesawat MH 17 yang tertembak peluru kendali Ukraina pada bulan Juli.
setelah dua kejadian tersebut, Malaysia Airlines menunjuk CEO baru berkebangsaan Jerman,
Christoph Mueller. Hal tersebut untuk mengatasi kebangkrutan Malaysia Airlines.

Langkah yang diambil oleh Christoph Mueller adalah dengan menjual pesawat yang terlalu
banyak, memotong rute yang kurang laku, hingga yang cukup kontroversial adalah memutus
hubungan kerja karyawannya yang berjumlah 6000 karyawan, yaitu 30% dari total karyawan
Malaysia Airlines. Perombakan besar ini diperlukan karena maskapai tersebut terbebani oleh
tingkat biaya tidak kompetitif sekitar 20% lebih tinggi dari pesaingnya.
Mueller memang terkenal sebagai tokoh pemimpin yang memiliki strategi bisnis sendiri dalam
melakukan turnaround para pegawainya, yang pernah dilakukan olehnya di Aer Lingus Irlandia
dan Sabena Belgia, hingga mendapat julukan The Terminator untuk pemutusan hubungan
kerja.

Anda mungkin juga menyukai