Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PEMBAKUAN RASM UTHMANI

A. Pendahuluan
Al-Bukha>ri (196-256 H / 812-870 M) meriwayatkan, “H{udhaifah
bin al-Yaman datang menghadap Khalifah ‘Uthma>n. Ia memimpin bersama
penduduk Syam dan Irak dalam penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ia merasa
cemas dengan pertengkaran yang terjadi antara penduduk dari Syam dan Irak
mengenai qira'ah Al-Qur'an. H{udhaifah berkata kepada ‘Uthman, “Wahai
Ami>r al Mu'mini>n, selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertengkar
mengenai qira'ah Al-Qur'an, sebagaimana yang terjadi kepada kaum Yahudi dan
Nasrani.” Selanjutnya, '’Uthma>n mengirim utusan kepada H{udhaifah
dengan berpesan, “Kirimkanlah kepada kami S{uh}u>f (lembaran-lembaran
Al-Qur'an hasil kodifikasi Abu Bakar), kami akan menyalinnya ke dalam
beberapa mushaf, kemudian kami akan kembalikan kepadamu.” Selanjutnya
H{udhaifah mengirimkan s}uh}uf kepada '’Uthma>n, dan '’Uthma>n
memerintahkan kepada Zaid bin Thabit, Sa‘ad bin Abdulla>h bin al-Zubair,
dan ‘Abd al-Rah}ma>n bin H{a>rith untuk menyalinnya ke dalam
beberapa mushaf. ‘'’Uthma>n berpesan kepada kepada keempat orang dalam
kelompok itu: “Jika kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin Thabit mengenai
Al-Qur'an, maka tulislah Al-Qur'an dalam dialek Quraish, karena Al-Qur'an
diturunkan dengan bahasa mereka,” Selanjutnya mereka mengerjakan, sehingga
setelah menyalin s}uh}uf tersebut ke dalam beberapa mushaf, '’Uthma>n
mengirim mushaf yang telah mereka salin ke setiap daerah, dan ia memerintahkan
agar selain Al-Qur'an (mushaf yang baru distandarkan) seluruhnya dibakar.1
Berangkat dari riwayat Al-Bukha>ri di atas, barangkali akan menjadi
kenyataan kekhawatiran H{udhaifah bin al-Yaman yang memprediksi akan
terjadi konflik internal umat Islam atas kitab sucinya sendiri (Al-Qur'an),
sebagaimana umat Yahudi dan Nasrani atas kitab Taurat dan Injil2, seandainya
pada waktu terjadi banyak perbedaan qira’ah Al-Qur'an pada zaman Khalifah
1
Ah}mad bin H{ajr al-‘Asqalani, Fath}ul Barri> bi Syarh} S{ah}i>h} al-
Bukha>ri>, editor ‘Abd al-‘Azi>z bin ‘Abdulla>h bin Ba>z Muh}ammad
Fu'ad ‘Abd al-Ba>qi>, . jilid IX (Kairo: Da>r al-H{adi>th, 1998) 20-21.
2
Muh}ammad ‘Ali al-S{abu>ni>, al-Tibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur'a>n,
(Jakarta: Dinamika Berkah Utama, t.t,) 61.

1
‘Uthma>n tidak segera teratasi. Pada saat itu futu>h}at al-Isla>m makin
meluas dan terus berkembang di berbagai penjuru kota dan belahan dunia. Jika
saat itu Khalifah ‘Uthma>n tidak segera mengambil tindakan preventif dengan
mengumpulkan para sahabat dan segera menyepakati pola penulisan Al-Qur'an
yang dapat mencakup semua bacaan yang ada, mungkin sampai kini akan tetap
berkembang keberadaan Mushaf Al-Qur'an Ubay bin Ka‘ab, Mushaf Al-
Qur'an ‘Abd Alla>h bin Mas’u>d, Mushaf Al-Qur'an Abu> Mu>sa
al-‘Ash’ari>, Mushaf Al-Qur'an al-Miqda>d bin Amr, dan sejenisnya.3
Namun begitu, bila ditilik dalam rentetan sejarah, sesungguhnya yang
menjadi tokoh kunci dan inisiator kodifikasi Mushaf ‘Usmani adalah
H{udhaifah bin al-Yaman, meskipun ia tidak termasuk dalam jajaran tim
kodifikasi mushaf. Di Kufah, H{udhaifah memperingatkan umat Islam agar
menjauhi pertikaian dalam qira’ah Al-Qur'an.

B. Definisi Rasm Usmani


Definisi Rasm Usmani Secara etimologi, rasm berarti ‫ ْاﻻﺛَﺮ‬yang bermakna
bekas, peninggalan.4 Dalam perbendaharaan bahasa Arab rasm memiliki beberapa
sinonim, seperti ‫ اﻟﱡﺰ ْﺑُ ُﻮر‬, ‫ ْاﻟﱠﺮْ ﺳُﻢ‬, ‫ ْاﻟَ ﱡﺨﻂ‬dan ‫ اﻟﱠ ْﺴﻄُﺮ‬yang semuanya memiliki arti sama,
yaitu ‘tulisan’.5 Usmani, dengan ya' nisbah dalam disiplin gramatikal bahasa Arab
adalah penisbatan terhadap nama khalifah ketiga, ‘Uthma>n bin ‘Affa>n.
Dengan demikian, menurut bahasa, Rasm Usmani dapat dimaknai sebagai bekas
penulisan Al-Qur'an yang polanya pernah dibakukan pada masa Khalifah
‘Uthma>n bin ‘Affa>n. Secara terminologi terdapat beberapa interpretasi, di
antaranya diartikan sebagai cara penulisan Al-Qur'an yang telah disetujui oleh
‘Uthma>n bin ‘Affa>n pada waktu penulisan mushaf.6 Definisi senada juga
dikemukakan Manna>’ al-Qat}t}an, bahwa Rasm Usmani merupakan pola
3
Sya‘ba>n Muh}ammad Isma>‘i>l, Rasm al-Mus}h}a>f wa
D{abtuhu> bain al-Tauqi>f wa al-Is}t}ila>h}at al-H{adi>thah>,
(Makkah al-Mukarramah: Da>r al-Sala>m,1417 H/1997 M).18.
4
Departemen Agama RI Badan Penelitian dan Pengembangan Agama
Puslitbang Lektur Agama, Pedoman Umum dan Pentashihan Mushaf Al-
Qur'an dengan Rasm Utsmani, (penyunting) Drs. Mazmur Sya’rani, Cet.
I ( Jakarta: 1998/ 1999) 9.
5
Muhaimin Zen, “Hukum Penulisan Mushaf Al-Qur'an dengan Rasm Utsmani”, al-
Burha>n, No. 6 tahun 2005, 104.
6
Departemen Agama RI Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Puslitbang Lektur
Agama,10.

2
penulisan Al-Qur'an yang lebih menitikberatkan pada metode (T{a>riqah)
tertentu yang digunakan pada waktu kodifikasi mushaf pada zaman Khalifah
‘Uthma>n yang dipercayakan kepada Zaid bin thabit bersama tiga orang
Quraisy yang disetujui ‘Uthma>n.7 Rasm tersebut dinisbatkan kepada Khalifah
‘Uthman karena Uthma>n lah yang menetapkan pola penulisan Al-Qur'an yang
dilakukan Zaid bin thabit, ‘Abdulla>h bin Zubair, Sa‘ad bin al-‘As} dan
‘Abdullulla>h bin Abdurrahma>n bin Hisya>m.
Dari beberapa definisi di atas, Rasm Usmani dapat diartikan :

‫رس م املص حف ي راد ب ه الوض ع ال ذي ارتض اه عثم ان رض ي اهلل عن ه يف‬


‫ واألصل يف املكتوب أن يكون موافقا متام‬.‫كتابة كلمات الق ران وحروفه‬
‫ لكن‬.‫ من غ ري زي ادة وال نقص وال تب ديل وال تغي ري‬,‫املوافق ة للمنط وق‬
‫ فوجدت هبا حروف كثرية‬,‫املصاحف العثمانية قد امهل فيها هذا األصل‬
‫ وذال ك ألغ راض ش ريفة ظه رت وتظه ر‬, ‫ج اء رمسها خمالفا ألداء النط ق‬
.‫لك فيما بعد‬
Rasm Usmani adalah pola penulisan Al-Qur'an yang digunakan oleh
‘Uthma>n bin ‘Affa>n bersama para sahabat lain dalam menuliskan Al-
Qur'an dan bentuk-bentuk tulisan huruf (rasm)-nya. Pada dasarnya, pola penulisan
bahasa Arab yang tertulis adalah sesuai dengan apa yang telah diucapkan, tanpa
terjadi pengurangan (nuqs}) dan penambahan (ziya>dah), begitupun
pergantian (badl) dan perubahan (taghyi>r); tetapi pola penulisan Al-Qur'an
dalam mushaf-mushaf Usmani terdapat beberapa penyimpangan (ihma>l) dari
pola penulisan bahasa Arab konvensional, sehingga di dalamnya terdapat banyak
huruf yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kaidah pengucapannya, dan itu
semua dilakukan ‘‘Uthma>n dan para sahabat yang lain untuk sebuah tujuan
yang mulia.8

7
Manna>‘ al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith fi ‘Ulu>m al-Qur'a>n, Cet. II
(Riyad: Mansyu>rat al-H{as}r wa al-H{adi>th, 1393 H/ 1973 M), 146.
8
Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqani> , Manahilul Irfan , Jilid 1 ,
(Dar al-kutub al-‘Arabiy, t.t. ) 300.

3
C. Sejarah Rasm Usmani
Sejarah Rasm Usmani Setelah Rasulullah meninggal, Abu> Bakar
kemudian diangkat menjadi khalifah. Ketika itu terjadi banyak pergolakan, di
antaranya, sebagian orang yang sudah masuk Islam menyatakan murtad,
timbulnya orang-orang yang enggan membayar zakat, dan sebagian orang
mengaku mendapat risalah kenabian, seperti Musailamah a-Kadhdha>b.
Saat itu Abu Bakar yang diangkat sebagai pemimpin pengganti (khalīfah) sesudah
Rasulullah wafat mengambil inisiatif untuk meredam pergolakan dengan
mengirim pasukan ke beberapa suku yang menentang (bughāt) agar kembali
kepada Islam yang benar.9
Dari sekian anggota pasukan yang ditugaskan Khalifah Abu Bakar (632-
634 M) untuk mengatasi pergolakan di Yamamah (tahun 12 H), sebagian besar
adalah para qurra>' (penghafal Al- Qur'an). Jumlah qurra> yang meninggal
menurut suatu riwayat mencapai 70 orang, dalam riwayat lain dinyatakan 500
orang.10
Menurut Muh}ammad Makkiy Nas}r, pasukan yang dipimpin
Kha>lid bin Wa>lid tersebut berjumlah 1200 orang, 700 di antaranya adalah
qurra>'.11 Ketika melihat kejadian itu, ‘Umar menyarankan kepada Khalifah
Abµ Bakar untuk segera mengambil tindakan kongkret dalam membukukan Al-
Qur'an (Jam‘u al-Qur'a>n), karena khawatir Al-Qur'an akan berangsur-angsur
hilang bila hanya mengandalkan hafalan semata.12
Dalam sebuah riwayat al-Bukha>ri dengan sanad dari Zaid bin thabit ,
pada awalnya Abu Bakar menolak usulan ‘Umar bin al-khat}t}a>b, dengan
menjawabnya, “Wahai ‘Umar! Bagaimana saya harus melakukan sesuatu yang
tidak lakukan Rasulullah?” ‘Umar pun berargumen dan bersikukuh, “Demi Allah,
hal ini (pengumpulan Al-Qur'an) adalah baik.” Begitupun dalam beberapa
kesempatan ‘Umar selalu berusaha meyakinkan Abu Bakar tentang kebenaran

9
Sya‘ba>n Muh}ammad Isma>‘i>l. 11.
10
M. Quraish Shihab et al., Sejarah Ulum Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2001), cet. ke-3,28. Abduh Zulfidar Akaha, Al-Qur'an dan
Qira'at, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1996), cet. ke-1,29.
11
Muhammad Makkiy Nas}r al-Juraisy, Niha>yat al-Qaul-Mufi>d fi > ‘Ilm
al- Tajwi>d, ( Maktabah al-S{afa>, 1420 H 1999 M), Cet ke-1,
245.
12
Ibid.

4
usulannya, sampai akhirnya Abu Bakar menyetujui dan menunjuk Zaid bin
tha>bit sebagai ketua tim kodifikasi mushaf Al-Qur'an.13
Sepeninggal Abu Bakar, estafet pemerintahan beralih kepada ‘Umar bin
al-khat}t}a>b Pada periode inilah mushaf zaman Khalifah Abu Bakar disalin
dalam lembaran (sahifah). ‘Umar tidak menggandakan lagi s}a>h}ifah yang
ada, karena awalnya memang digunakan sebagai naskah asli, bukan sebagai
naskah hafalan. Setelah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada Hafs}ah,
istri Rasulullah, untuk disimpan. Pertimbangannya, selain istri Rasulullah,
Hafs}ah juga dikenal sebagai orang yang pandai membaca dan menulis.14
Babak baru sejarah penulisan Al-Qur'an, muncul saat ‘Uthma>n bin
‘Affa>n (644-655 M) terpilih menjadi Khalifah ketiga menggantikan ‘Umar
bin al-Khat}t}ab. Saat itu dunia Islam telah meluas sampai ke berbagai daerah
dan kota. Di setiap daerah telah tersebar dan populer bacaan Al-Qur'an dari para
sahabat yang telah mengajar kepada mereka. Penduduk Syam membaca Al-Qur'an
mengikuti bacaan Ubay bin Ka‘ab, penduduk Kufah mengikuti bacaan
‘Abdulla>h bin Mas‘u>d, penduduk Bashrah mengikuti bacaan Abu>
Musa al-‘Ash’ari>.15 penduduk Hims mengikuti bacaan ‘Ubadah bin
S{a>mit, dan penduduk Damaskus mengikuti bacaan Abu Darda>’.16 Di
antara mereka terdapat perbedaan bunyi huruf dan bentuk bacaan. Masalah ini
kemudian mulai membawa kepada pintu pertikaian antarumat.
Menurut M. M. al-A‘z}ami, sesungguhnya perbedaan bacaan Al-Qur'an
(qira>'ah) sebenarnya bukan barang baru, sebab ‘Umar pernah mengantisipasi
bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. ‘Umar sempat marah ketika
diberitahu bahwa Ibn Mas‘u>d mengajarkan Al-Qur'an dengan dialek
Hudhail.17

13
Sya’ba>n Muh}ammad, 12.
14
M. Quraish Shihab, et.al, 29.
15
Muh}ammad ‘Ali al-S{a>bu>ni>³, al-Tibya>n fi ‘Ulu>m al-Qur'a>n,
terj. Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur'an,( Jakarta: CV Pustakla Setia,
1999), cet. ke-1, 8.
16
Abduh Zulfidar Akaha, 37.
17
M. M. al-A‘zami, Sejarah Teks Al-Qur'an dari Wahyu Sampai Kompilasi,
terjemahan Suharimi Solihin, et.al. The History The Qur’anic Text From
Revelation to Compilation. (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. ke-
1, 97, 99-100.

5
Setidaknya terdapat beberapa riwayat yang melatarbelakangi Khalifah
‘Uthma>n kembali mengadakan penyalinan Al-Qur'an, meminjam terminologi
Manna>’ Khalil al-qat}t}an. Ini merupakan kodifikasi kedua (al-Jam‘u
al-Tha>ni) setelah masa kekhalifahan Abu Bakar. Pertama, menurut riwayat
al-Bukha>ri dari Anas bin Ma>lik, proses penyalinan mushaf Al-Qur'an di
zaman ‘Uthma>n bermula ketika H{udhaifah bin al-Yaman³ datang
menemui ’Uthma>n, setelah sebelumnya ikut berperang dengan penduduk
Syam dan Irak dalam pembukaan (futu>h}) Armenia dan Azerbaijan. Perbedaan
dalam membaca Al-Qur'an membuat Huzaifah kaget, dan berkata kepada
‘Uthman, “Wahai Ami>r al-Mu'mini>n, satukanlah umat ini sebelum mereka
berselisih dalam masalah Al-Qur'an seperti perselisihan Yahudi dan Nasrani.”
Setelah itu ‘Uthma>n meminta kepada istri Rasulullah, h}afs}ah, untuk
meminjamkan mushaf yang dititipkan kepadanya, selanjutnya memerintahkan
kepada Zaid bin Tha>bit, ‘Abdulla>h bin Zubair, Sa‘ad bin al-‘As} dan
‘Abdurrah}ma>n bin H{arith bin Hisya>m untuk menyalinnya dalam
beberapa mushaf. ‘Uthma>n berpesan, bila terjadi perselisihan tentang sesuatu
dalam Al-Qur'an, agar ditulis dengan bahasa Quraisy, karena sesungguhnya Al-
Qur'an diturunkan dengan bahasa mereka. Setelah selesai penyalinan,
‘Uthma>n mengembalikan mushaf (Abu Bakar) itu kepada H{afs}ah.
‘‘Uthma>n lalu mengirim mushaf yang telah disalin itu ke beberapa pelosok
negeri, dan memerintahkan kepada kaum muslimin untuk membakar setiap
lembaran dan mushaf yang bertuliskan Al-Qur'an selainnya.18
Kedua, menurut riwayat ‘Ima>rah bin Ga>ziyah, dalam Fath} al-
Barri fi Syarh} S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, karya Ibn H{ajr
al-‘Asqalani, proses penulisan mushaf di zaman ‘Uthma>n bermula ketika
H}udhaifah pulang dari perang, dan ia tidak langsung masuk ke rumahnya,
melainkan menemui ‘Uthma>n, lalu berkata, ”Wahai Ami>r al-Mu'mini>n
Aku melihat orang-orang saling menyalahkan satu dengan yang lain ketika aku
ikut berperang dalam pembebasan Armenia. Aku melihat penduduk Syam
membaca qira'ah Ubay bin Ka‘ab, mereka membaca dengan qira’ah yang tidak
pernah didengar oleh penduduk Irak. Sedangkan penduduk Irak membaca dengan

18
Manna‘ al-Qat}t}a>n, 129.

6
qira'ah ‘Abdulla>h bin Mas‘u>d, mereka pun datang dengan bacaan yang
tidak pernah didengar penduduk Syam, lalu sebagian dari mereka mengkafirkan
yang lain.19
Ketiga, menurut Ibn Jari>r riwayat dari Abu Qa’labah, kecenderungan
perbedaan bacaan Al-Qur'an telah mulai pada pemerintahan ‘Uthma>n. Pada
saat itu terdapat beberapa guru (mu‘alli>m) Al-Qur'an yang mengajar anak-
anak dengan qira’ah yang berbeda, sehingga mereka saling berselisih. Akhirnya
‘‘Uthma>n berkata, ”Di sisiku, kalian sudah berselisih dalam bacaan Al-Qur'an,
bagaimana tidak lebih berselisih lagi orang-orang yang lebih jauh dariku?
Bersatulah wahai pengikut Muhammad, buatkanlah tulisan Al-Qur'an yang dapat
menjadi ima>m (pemersatu) bagi banyak manusia.”20
Keempat, menurut riwayat Ibn al-‘As}ir, dikatakan ketika H{udhaifah
bin al-Yamani menuju Azerbaijan dengan Sa‘ad bin al-‘As}, sementara
Sa‘ad tinggal di Azerbaijan, sampai H{udhaifah kembali dari perjalanannya.
Lalu keduanya kembali ke Madinah. Di tengah perjalanan, H{udhaifah berkata
kepada Sa‘ad bin al-‘As} tentang persoalan umat Islam yang berselisih bacaan
dalam Al- Qur'an. Ketika Sa‘ad bertanya lebih lanjut, H{udhaifah pun
menjelaskan bagaimana penduduk Hims yang mengambil bacaan Al- Qur'an dari
Miqda>d menganggap bacaan mereka lebih baik daripada yang lainnya,
begitupun penduduk Damaskus yang mengambil bacaan dari ‘Abdulla>h bin
Mas‘u>d, penduduk Basrah yang mengambil bacaan Abu> Mu>sa al-
Asy‘ari>. Ketika di Kufah H{udhaifah mengutarakan kekhawatirannya
tentang banyaknya perselisihan bacaan Al-Qur'an. Pada saat itu para sahabat dan
tabi‘in menerima pendapat H{udhaifah, namun para sahabat Ibn Mas‘u>d
tidak menyetujuinya. Karena itu, H{udhaifah sempat marah, begitupun Sa‘ad.
Sampai akhirnya H{udhaifah bersumpah dengan nama Allah, sesampainya di
Madinah ia akan meyampaikan apa yang telah terjadi di antara umat Islam kepada
Khalifah ‘Uthma>n. Selanjutnya ‘Uthma>n mengumpulkan para sahabat dan
memutuskan untuk meminta kepada H{udhaifah agar bersedia meminjamkan

19
Abduh Zulfidar Akaha, 38.
20
Sya‘ba>n Muh}ammad Isma<’i>l, 17.

7
mushaf yang ada padanya untuk disalin. Mushaf tersebut adalah mushaf yang
ditulis pada masa Khalifah Abu Bakar.21
Menurut Sya‘ban Muh}ammad Isma>‘i>l, latar belakang kodifikasi
Mushaf Al-Qur'an pada masa ‘Uthma>n adalah karena sebagian sahabat Nabi
mempunyai salinan mushaf pribadi yang mencakup keseluruhan ah}ruf sab‘ah,
yang di dalamnya terdapat sebagian yang dihapus berdasarkan talaqqi Nabi
Muhammad terakhir sebelum meninggal (al-‘ard}ah al-akhirah), sehingga
pada waktu itu terdapat mushaf-mushaf pribadi yang tersebar, seperti Mushaf
Ubay bin Ka‘ab, Mushaf ‘Abdulla>h bin Mas‘u>d, Mushaf Abu> Musa>
al- Asy‘ari>, Mushaf al-Miqda>d bin Amr, dan lain-lain. Dampak dari
semua itu, semua sahabat mengajar dengan mushaf pribadinya masing-masing,
sehingga perbedaan mulai muncul. Pada saat itulah ‘Uthma>n bin ‘Affa>n
atas nama Khalifah22 mengambil inisiatif memerintahkan penyalinan mushaf
zaman Abu Bakar dan membakar mushaf-mushaf lainnya untuk menghindari
fitnah yang lebih besar.23 Dari beberapa riwayat di atas dapat dimengerti bahwa
latar belakang pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khalifah ‘Uthma>n jauh
berbeda dengan yang ada pada masa Abu Bakar. Perbedaan bacaan qira'ah Al-
Qur'an pada masa ‘Uthma>n lebih menjadi sebab utama yang akhirnya
melahirkan apa yang dikenal sampai saat ini, meminjam istilah Manna>‘
Khali>l al-Qat}t}an dalam Maba>h}i>th nya, yaitu “Rasm
‘Usma>ni li al-Mus}h}af.”24
Adapun keputusan yang diambil oleh Khalifah ‘Uthma>n dalam
menyelesaikan perbedaan yang ada, menurut M. M al-A‘z}ami, terdapat dua
riwayat, satu di antaranya lebih masyhur. Riwayat pertama, Khalifah ‘Uthma>n
membuat naskah mushaf semata-mata berdasarkan kepada s}uh}uf (Abu Bakar)
yang disimpan di bawah penjagaan Hafs}ah, istri Rasulullah, untuk itu
dibentuklah tim empat yang terdiri atas Zaid bin thabit, ‘Abdullah bin Zubair,
Sa‘ad bin al-‘As}, dan ‘Abdurrah}man bin H{arith bin Hisya>m. Zaid
21
Abduh Zulfidar Akaha. 38-39.
22
Menurut pendapat Artur Jeffery, Khalifah ‘Uthma>n memilki alasan
politik (political reason) dalam penetapan mushaf utsmani sebagai teks
standar (ne vaietuer texs), Adnin Armas, “Kritik Artur Jeffery Terhadap
Al-Qur'an”, Islamia, No,. 2/ Juni-Agustus 2004, h. 11.
23
Sya‘ba>n Muh}ammad Isma>’i>l, 17-18.
24
Manna>’ al-Qat}t}a>n, loc. Cit.

8
bin thabit merangkap sebagai ketua tim. Riwayat kedua yang tidak begitu
terkenal, yaitu Khalifah ‘‘Uthma>n lebih dahulu memberi wewenang
pengumpulan mushaf dengan menggunakan sumber utama, sebelum
membandingkannya dengan s}uh}uf yang ada. Khalifah ‘Uthma>n
mengangkat sebuah tim kodifikasi mushaf yang terdiri dari dua belas orang, yaitu
Sa‘ad bin al-‘As}, Nafi‘ bin Zubair bin ‘Amr bin Naufal, Zaid bin
thabit, Ubay bin Ka‘ab, ‘Abdullah bin Zubair, ‘Abdurrah}ma>n
bin Hisyam, Kathir bin Aflah}, Anas bin Ma>lik, ‘Abdullah bin
‘Umar dan ‘Abdullah bin Amr bin al-‘As}.25 Namun demikian, kedua
versi riwayat itu sepa- ham bahwa s}uh}uf yang ada pada Hafs}ah
memainkan peranan penting dalam penulisan Mushaf Usmani.26
Jadi pada masa itu naskah yang dibuat sendiri (independen) telah
dibandingkan dengan shuhuf resmi yang yang sejak semula ada pada Hafsah.
Seseorang bias jadi terheran kenapa Khalifah Uthman bersusah payah
mengumpulkan naskah otonom sedang akhirnya juga dibandingkan dengan suhuf
juga. Alasannya yang mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya
simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang
melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat lainnya, tidak bisa
berpartisipasi dalam kompilasi suhuf, untuk menarik lebih banyak kompilasi
bahan-bahan tulisan, naskah Uthman yang independent memberi kesempatan
kepada sahabat yang masih hidup untuk melakukan usaha yang penting tersebut.
Dalam keterangan di atas, tidak terdapat inkosistensi diantara suhuf dan
mushaf independen, dan dari dua kesimpulan yang luas ini terdapat, Pertama:
sejak awal teks al-Qur’an sudah benar-benar kukuh dan tidak cair dan rapuh
sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum orientalis. Dan kedua, metodologi yang
dipakai dalam kompilasi al-Qur’an pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat
dan akurat.27
Menurut beberapa laporan ada empat naskah yang dibagikan oleh Uthman:
di Kufah, Basra, Suriah, yang satu lagi disimpan di Madinah; ada riwayat lain
yang menambahkan Makkah, Yaman dan Bahrain. Al-Dani lebih cenderung

25
M. M. al-A‘z}ami, 99-100.
26
Ibid, 98.
27
M.M. al-A’zami, Sejarah Teks….., 94.

9
menerima laporan riwayat pertama.28 Professor Shauqi Daif percaya bahwa
delapan Naskah telah dibuat, karena Uthman mengambil satu untuk dirinya
sendiri.29 Untuk menguatkan pendapat ini, kita tahu bahwa Khalid bin Ryas telah
membuat perbandingan antara mushaf yang disimpan Uthman dan yang
disediakan untuk Madinah.30 Oleh karena itu, delapan tempat untuk naskah
mushaf kelihatannya lebih masuk akal. Al-ya’qubi, seorang sejarawan Syi’ah,
berkata bahwa Uthman mengirim Mushaf ke Kufah, Bashrah, Madinah, Mekah,
Mesir, Suriah, Bahrain, Yaman, dan al-Jazirah, kesemuanya ada sembilan. Ini
sebagai bukti bahwa selama proses menyiapkan naskah ini, beberapa orang
menulis naskah lagi untuk kegunaan mereka masing-masing.
Dengan selesainya tugas ini, tinta di atas naskah terakhir telah kering, dan
duplikat naskah pun telah dikirimkan, maka dirasa tidak perlu lagi adanya
fragmentasi tulisan al-Qur’an bergulir di tangan orang-orang. Oleh karena itu
semua pecahan tulisan al-Qur’an telah dibakar. Mushab bin Sa’ad menyatakan
bahwa masyarakat dapat menerima keputusan Uthman, ssetidaknya tidak
terdengar kata-kata keberatan.31 Disini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa
mushaf Uthman telah dibakukan didukung dengan ditentukannya kaidah-kaidah
Rasm Uthmani pada pembahasan selanjutnya.

D. Kaidah Rasm Uthmani


Setelah mushaf-mushaf dikirim ke seluruh penduduk negeri sebagaimana
penjelasan di atas, maka mushaf-mushaf itulah yang dijadikan acuan bagi
penulisan mushaf setelahnya mengingat kredibilitasnya yang tidak bisa
dipertanyakan lagi. Akan halnya karakteristik tulisan dari mushaf-mushaf tersebut
adalah tidak adanya harakat untuk membedakan cara baca hurufnya ataupun tidak
adanya titik yang membedakan antar huruf sejenisnya.
Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa Rasm Uthmani mempunyai
spesifik tersendiri, yang berbeda dengan rasm Imla’i yang banyak digunakan pada
penulisan huruf atau penulisan kalimat-kalimat Arab masa kini.

28
Abu ‘Amr al-Da>ni. Al-Muqni (ed) M.S Qamhawi, (Kairo:tt.), 9.
29
Shauqi Daif. Al-Sab’ah of ibn Mujahid. (tr.tt.),7.
30
Ibid,110-112.
31
Al-Dani, al-Muqni....,18.

10
Melihat dari spesifikasi cara penulisan kalimat-kalimat Arab, maka rasm
dibagi menjadi tiga macam:
1. Rasm Qiyasi
2. Rasm ‘Arudi
3. Rasm Usmani

Rasm Qiyasi ialah: menuliskan kalimat sesuai dengan ucapannya dengan


memperhatikan waktu memulai dan berhenti pada kalimat tersebut. Kecuali nama
huruf Hija’iyah
Rasm ‘Arudi adalah cara menuliskan kalimat yang telah disesuaikan
dengan wazan dalam sya’ir Arab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui “Bahr” dari
sya’ir tersebut.
Sedangkan Rasm Usmani ialah cara penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an
yang telah disetujui oleh sahabat Uthman bin ‘affan pada waktu penulisan mushaf.
Yang perlu kita ketahui dan kita amati adalah bahwa rasm atau tulisan al-
Qur’an yang telah dipergunakan para sahabat pada masa sahabat Usman
mempunyai beberapa nilai positif.
Pertama, Rasm Usmani merupakan khazanah budaya penulisan huruf-
huruf Arab secara umum pada masa al-Qur’an diturunkan. Dengan demikian bagi
para peneliti sejarah, Rasm Usmani akan memberikan kontribusi yang besar,
karena Rasm Usmani adalah rekaman sejarah dan kebudayaan masa lalu.
Kedua, Rasm Usmani yang ada hingga saat ini sangat erat kaitannya
dengan generasi para sahabat. Dengan demikian maka para pembaca al-Qur’an
dapat melihat pada Rasm Usmani akan suasana emosional yang agamis antara dia
dengan generasi umat Islam pada kurun pertama hijriyah.
Ketiga, salah satu syarat diterimanya qira’at Qur’an dari berbagai versi
bacaan al-Qur’an yang ada adalah jika bacaan tersebut sesuai dengan Rasm
Usmani. Jadi jika ada bacaan yang tidak sesuai maka bacaan itu ditolak atau
dianggap syadz. Penulisan al-Qur’an selain dengan Rasm Usmani akan
mengakibatkan adanya semacam kebingungan dalam menilai qira’at yang ada.
Keempat, menjaga kemurnian dan keaslian al-Qur’an hukumnya adalah
wajib. Sedangkan tulisan akan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu,

11
sebagaimana yang telah kita ketahui dari ejaan lama dalam bahasa Indonesia
menuju ejaan baru yang telah disempurnakan.

Diantara kaidah Rasm Usmani adalah:


1. Membuang huruf (H{adhf al-h}uru>f)
2. Tambahan huruf ( ziya>dah al-h}uru>f)
3. Mengenai hamzah
4. Penggantian huruf
5. Penyambungan dan pemisahan suatu kalimat (al-Fas}l wa al-
Was}l)
6. Dan yang terakhir adalah penulisan Ta’ ta’nis. 32
DAFTAR PUSTAKA

‘Asqalani (al), Ah}mad bin H{ajr . Fath}ul Barri> bi Syarh}


S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, editor ‘Abd al-‘Azi>z bin
‘Abdulla>h bin Ba>z Muh}ammad Fu'ad ‘Abd al-Ba>qi>, .
jilid IX Kairo: Da>r al-H{adi>th, 1998.

A‘zami (al), M. Musthofa. Sejarah Teks Al-Qur'an dari Wahyu


Sampai Kompilasi, terjemahan Suharimi Solihin, et.al. The
History The Qur’anic Text From Revelation to Compilation.
Jakarta: Gema Insani Press, cet. ke-1, 2005

Akaha, Abduh Zulfidar. Al-Qur'an dan Qira'at, Jakarta: Pustaka al-


Kautsar, cet. ke-1, 1996.

Armas, Adnin. “Kritik Artur Jeffery Terhadap Al-Qur'an”, Islamia,


No,. 2/ Juni-Agustus 2004.

Da>ni, Abu ‘Amr al- Al-Muqni (ed) M.S Qamhawi, Kairo:tt.

Daif ,Shauqi. Al-Sab’ah of ibn Mujahid. tr.tt.

Departemen Agama RI Badan Penelitian dan Pengembangan


Agama Puslitbang Lektur Agama, Pedoman Umum dan
Pentashihan Mushaf Al-Qur'an dengan Rasm Utsmani,
Jakarta: 1998/ 1999.

Isma>‘i>l, Sya‘ba>n Muh}ammad. Rasm al-Mus}h}a>f wa


D{abtuhu> bain al-Tauqi>f wa al-Is}t}ila>h}at al-

32
Ahsin Sakho Muhammad. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan mushaf al-
Qur’an dengan Rasm Usmani.1999.(Jakarta:Litbang Agama Depag),8-17.

12
H{adi>thah>, Makkah al-Mukarramah: Da>r al-
Sala>m,1417 H/1997 M.

Juraisy (al), Muhammad Makkiy Nas}r. Niha>yat al-Qaul-Mufi>d


fi > ‘Ilm al- Tajwi>d, Maktabah al-S{afa>, Cet ke-1,
1420 H 1999 M.

Muhammad, Ahsin Sakho. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan mushaf


al-Qur’an dengan Rasm Usmani. Jakarta:Litbang Agama Depag. 1999.

Qat}t}a>n (al), Manna>‘. Maba>h}ith fi ‘Ulu>m al-Qur'a>n, Cet.


II .Riyad: Mansyu>rat al-H{as}r wa al-H{adi>th, 1393 H/
1973 M.

S{a>bu>ni>³ (al), Muh}ammad ‘Ali al- al-Tibya>n fi ‘Ulu>m al-


Qur'a>n, terj. Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur'an, Jakarta: CV
Pustakla Setia, cet. ke-1,1999.

Shihab , M. Quraish et al., Sejarah Ulum Al-Qur'an, Jakarta:


Pustaka Firdaus, , cet. ke-3. 2001.

Zarqani> (al), Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Manahilul Irfan ,


Jilid 1 , Dar al-kutub al-‘Arabiy, t.t.

Zen, Muhaimin. “Hukum Penulisan Mushaf Al-Qur'an dengan Rasm Utsmani”,


al-Burha>n, No. 6 tahun 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai