PENDAHULUAN
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
sedangkan sarana atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya tersebut disebut fasilitas
kesehatan. Fasilitas kesehatan merupakan suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif
yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Menteri Kesehatan, 2004). Salah
satu fasilitas kesehatan yaitu puskesmas. Puskesmas adalahfasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Menurut PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dilakukan
oleh tenaga kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya
kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat (Permenkes No. 74 tahun 2016).
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi perencanaan kebutuhan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, serta
monitoring dan evaluasi pengelolaan Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, penyerahan
obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap),
pemantauan dan pelaporan efek samping obat; pemantauan terapi obat, dan evaluasi penggunaan obat.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini selain berfokus pada pengelolaan dan menjual obat (product
oriented) juga berfokus pada pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care) sehingga apoteker dituntut dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Mengingat pentingnya peranan seorang apoteker di puskesmas makacalonapoteker harus memiliki
skill yang terlatih tentang pekerjaan kefarmasian dan mempelajari teorinya sebelum mengabdi langsung
kepada masyarakat. Dalam melatih skill tersebut memerlukan banyak praktik dan latihan seperti
kegiatan PKPA salah satunya di puskesmas. Melalui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Puskesmas Pandak 1 diharapkan calon apoteker dapat belajar secara langsung tentang praktik
kefarmasian dan mampu mempraktikkannya sehingga calon apoteker dapat menghadapi berbagai
masalah pelayanan kesehatan di dunia kerja yang sesungguhnya.
BAB II
DAN PEMBAHASAN
A.
B. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan
kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kepala ruang farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk menjamin
terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik. Mengenai
kebijakan pengelolaan obat di Puskesmas tidak bisa lepas dari Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas (Permenkes No.74 Tahun 2016) mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai di Puskesmas Pandak 1 meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis yang mendekati
kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi pengunaan obat.
Perencanaan kebutuhan obat dan BMHP di Puskesmas Pandak 1 berdasarkan pada metode
kombinasi yaitu konsumsi dan epidemiologi. Metode konsumsi yaitu metode dengan
memperhatikan penggunaan sediaan farmasi periode sebelumnya, sedangkan metode epidemiologi
yaitu metode perencanaan dengan memperhatikan frekuensi dan pola penyakit yang sering terjadi
pada pasien. Pasien yang paling banyak terdapat pada Puskesmas Pandak 1 merupakan pasien
dengan penyakit degeneratif seperti Hipertensi dan Diabetes Melitus dan juga pasien dengan
diagnosa penyakit common cold seperti demam,batuk dan pilek.
Proses perencaaan kebutuhan obat di Puskesmas dilakukan dengan menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) .
Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Perencanaan bulanan dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan obat tiap bulannya.
2. Permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Tujuan dilakukan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah untuk
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Puskesmas Pandak 1 melakukan permintaan
menggunakan Laporan pemakaian dan Lembar permintaan Obat (LPLPO). Tujuan dari LPLPO
adalah agar pengelolaan persediaan obat dapat berjalan secara optimal dan untuk menghindari
penyimpangan pengelolaan obat. Format LPLPO berisi nomor, kode obat (tidak wajib diisi),
nama barang, satuan barang (pilih yang terkecil), stok awal, penerimaan, persediaan, pemakaian,
obat rusak/kadaluarsa, ketersediaan, jumlah pengeluaran, sisa stok, stok optimum dan permintaan.
Pada saat PKPA mahasiswa membuat LPLPO di bulan Januari. Metode yang digunakan
adalah metode konsumsi dan metode kombinasi. Metode kombinasi merupakan metode campuran
antara metode konsumsi dan metode epidemiologi. Berikut contoh obat yang menggunakan
metode kombinasi:Asetilsistein 200 mg, Amlodipine 5 mg, Glimepirid 2 mg, Metformin 500 mg,
Ciprofloxacin 500 mg, Natrium Diklofenak 25 mg, Natrium Diklofenak 50 mg, Ibuprofen 200
mg, dan Ibuprofen 400mg. Selain metode konsumsi digunakan juga metode kombinasi yaitu
campuran
antara metode konsumsi dan epidemiologi. Berikut merupakan obat yang menggunakan metode
kombinasi : Vitamin A, Vitamin B complex, Tablet Tambah Darah, Combivent, Captopril 12,5
mg, Captopril 25 mg dan Nebulizer.
3. Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diteria sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan mematuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu.
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas Jetis dilakukan
dengan melakukan pengecekan disesuaikan antara barang, faktur dan RDO (Rencana Distribusi
Obat) yang berisi jumlah kemasan, jenis dan jumlah sediaan farmasi, dan bentuk sediaan farmasi.
Jika barang yang datang tidak sesuai dengan permintaan seperti jumlah tidak sesuai dan
kerusakan obat bisa dilakukan komplain dan barang akan datang hari berikutnya sesuai dengan
permintaan. Barang datang yang sudah sesuai dapat ditandatangani oleh Apoteker maupun
Tenaga Teknik Kefarmasian.
4. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu sediaan farmasi yang tersedia di puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan.
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan farmasi, seperti suhu
penyimpanan, cahaya, dan kelembaban.
c. Mudah atau tidaknya meledak atau terbakar.
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.
Setelah dilakukan penerimaan obat dan BMHP maka selanjutnya akan disimpan di gudang
farmasi Puskesmas. Peralatan yang berada di gudang farmasi Puskesmas Jetis ada lemari untuk
menyimpan obat dan BMHP, kulkas untuk menyimpan sediaan seperti suppositoria,
airconditioner (AC), serta alat pengukur suhu ruangan, higrometer, lantai terbuat dari keramik,
chiller untuk menyimpan vaksin. Penyimpaan obat menggunakan sistem FIFO (First In First
Out) yaitu obat yang datang lebih awal maka diberikan di tempat terdepan dan FEFO (First
Expired First Out) yaitu obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terdekat diletakkan di depan,
sistem penyimpanan yang diutamakan didalam Puskesmas Pandak1 ini adalah sitem
penyimpanan FIFO. Pada kemasan obat ditulis tanggal kadaluarsanya. Obat yang tanggal
kadaluarsanya lebih pendek tetap disimpan dilemari bagian depan, sedangkan obat yang tanggal
kadaluarsanya lebih panjang biarkan tetap dibox. Penyimpanan obat diruang pelayanan farmasi
dilakukan secara alfabetis berdasarkan farmakologi, jenis dan bentuk sediaan. Obat LASA
diberikan penanda stiker LASA dan diletakkan tidak berdampingan untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan obat. Untuk pengambilan obat dan BMHP selalu dilakukan pencatatan baik
dikartu stok maupun dibuku antu catatan gudang. Pada kartu stok terdiri dari tanggal, nomor,
jumlah obat masuk, jumlah obat keluar, jumlah yang tersisa, tanggal kadaluarsa, keterangam, dam
paraf petugas.
5. Distribusi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan BMHP secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit atau satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat tepat. Distribusi obat rawat
jalan di Puskesmas Pandak 1 dilakukan dengan cara individual prescribing. Sistem individual
prescribing yaitu resep obat yang diberikan dokter untuk masing-masing pasien sedangkan untuk
distribusian ke sub unit (ruang rawat inap dan UGD) dilakukan dengan cara menyiapkan semua
perbekalan farmasi yang sering digunakan dan dibutuhkan pasien ke ruang penyimpanan di
ruangan tersebut (floor stock), dan untuk pemberian obat pada pasien digunakan sistem per sekali
minum UDD (Unit DosesDispensing) dimana pasien akan menerima obat ketika sudah
dalamwaktu minum obat dan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tetapi obat masih ada
maka obat tersebut diberikan untuk dilanjutkan di rumah.
Dokter
Pasien
menulis
Skrining resep
Penyiapan/peracikan obat
Skrining/pengecekan ulang
Skrining/pengecekan ulang
Pelaporan resep
(entry system) dan
PIO / Konseling
penyimpanan
2. Penerimaan resep
Penerimaan resep dimulai saat pasien mendapatkan resep dari
dokter, resep akan diletakkan pada tempat peletakan resep disebelah
tempat penyerahan obat, kemudian Apoteker yang berada dibagian
pelayanan akan mengambil resep, resep selanjutnya diperiksa lalu
diserahkan pada bagian peracikan.
3. Skrining resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
4. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
5. Nama, dan paraf dokter.
6. Tanggal resep.
7. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan.
2) Dosis dan jumlah Obat.
3) Stabilitas dan ketersediaan.
4) Aturan dan cara penggunaan.
5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran
Obat). Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2) Duplikasi pengobatan.
3) Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4) Kontra indikasi.
5) Efek adiktif.
Setelah resep diserahkan pada bagian peracikan, resep akan di
skrining baik dari administrasi, farmasetis maupun klinis oleh
Apoteker/TTK yang bertugas, dibalik masing-masing resep telah diberikan
check list untuk memastikan semua aspek dalam skrining sudah tepat.
Bagian yang sudah tepat akan diberikan tanda (✓), sedangkan jika ada
yang belum jelas akan dilakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada dokter
penulis resep, atau bisa kepada pasien untuk beberapa hal seperti umur
atau berat badan. Setelah semua aspek terpenuhi akan diberikan tanda
tangan pada bagian bawah oleh petugas skrining.
(a) (b)
6. Pengelolaan Resep
Pengelolaan resep di Puskesmas Pandak 1 dilakukan dengan cara
menyimpan resep yang sudah di entry di komputer dalam 1 kotak untuk resep
1 bulan. Resep di susun dan diikat rapi sesuai nomor resep dan tanggal resep.
Resep di pisahkan antara resep harian, resep pustu dan resep puskel agar jika
dilakukan pencarian kembali dapat mudah ditemukan.
(a) (b)
(a) Penyusunan resep harian
(a) (b)