Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kuliah

Analisis Pangan (ITP 300)

ANALISIS KADMIUM DALAM BERAS DENGAN METODE ATOMIC ABSORPTION


SPECTROPHOTOMETRY

Dosen : Dr. Nancy Dewi Yuliana, S.TP, M.Sc.

Nama : Yusuf Noer Arifin


Kelas : K3
Tanggal : (12/04/2020)

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan


Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Kontaminasi logam berat dalam produk pangan merupakan aspek kritis dalam jaminan
keamanan dan mutu pangan. Logam berat mampu memberikan efek toksik meskipun dalam
konsentrasi yang rendah. Kadmium merupakan salah satu contoh logam berat. Efek toksisitas yang
ditimbulkan kadmium pada manusia antara lain karsinogen dan dapat terakumulasi di hati dan
ginjal. Oleh sebab itu, kadar kadmium dalam produk pangan diregulasikan secara ketat dalam SNI
7378:2012 dengan kadar maksimal 0,4 mg/kg.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan kadmium adalah
atomic absorption spectrometry (AAS). Pemilihan metode preparasi dan atomisasi menjadi faktor
yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan menjamin keakuratan hasil analisis.

Metode preparasi yang paling cocok diterapkan adalah dekomposisi dengan asam kuat (wet
decomposition). Metode preparasi ini memanfaatkan penggunaan asam kuat seperti H2SO4, HCl,
HNO3, maupun HClO4 untuk mengoksidasi komponen organic dan membebaskan logam dari
matriks sampel. Pemanasan pada suhu yang relatif rendah (sekitar 150-300 0C, tergantung jenis
asam yang digunakan) sangat diperlukan untuk mempercepat proses preparasi. Metode
dekomposisi asam ini sangat cocok diterapkan pada matriks sampel berupa beras mengingat
komoditas ini didominasi oleh komponen organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan senyawa
organik lainnya. Metode pelarutan biasa (distillation) tidak bisa diterapkan karena tidak mampu
menghilangkan komponen organik dan membebaskan logam. Dekomposisi kering bisa juga
digunakan mengingat logam kadmium tidak mudah menguap, akan tetapi metode ini
membutuhkan pemanasan yang lebih tinggi (400-500 0C) sehingga aspek keamanan menjadi
pertimbangan utama. Metode microwave juga bisa diterapkan, akan tetapi metode ini memerlukan
instrumentasi yang lebih rumit (microwave dengan desain khusus serta pompa vakum) sehingga
aka nada tambahan biaya untuk analisis dan maintenance.

Metode atomisasi yang paling cocok diterapkan adalah atomisasi dengan flame. Metode
atomisasi ini merupakan metode atomisasi yang paling mendasar dan umum digunakan pada AAS.
Bahan bakar dan oksidan yang biasa digunakan berturut-turut adalah asetilena dan oksigen karena
menghasilkan suhu dan laju pembakaran yang tinggi (3.050-3.150 0C, 1.100-2.480 cm/s). Metode
grafit furnace juga dapat digunakan, akan tetapi metode ini membutuhkan instalasi khusus dan
biaya tambahan. Selain itu, limit deteksi pada metode flame masih lebih rendah dibandingkan
kadar kadmium maksimal menurut SNI sehingga metode flame sudah lebih dari cukup untuk bisa
digunakan. Metode hidrida tidak bisa digunakan karena kadmium bukan logam yang mudah
menguap dan membentuk hidrida.

Anda mungkin juga menyukai