3 JUNI 201
MUHAMMADIYAH SIDOARJO
1. Latar Belakang
2. LANDASAN TEORI
1. Tidak ada jaminan bahwa sistem pakar memuat 100% kepakaran yang di
perluka.
2. Pengembangan sistem pakar tergantung ada tidaknya pakar di bidangnya
sehingga pengembangannya dapat terkendala.
3. Biaya untuk mendesain, mengimplementasikan dan memeliharanya dapat
sangat mahal tergantung seberapa lengkap kemampuannya.
Menurut Arhami (2005), sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu :
Menurut Turban (1995), komponen utama pada struktur sistem pakar adalah :
Basis pengetahuan merupakan inti dari suatu sistem pakar, yaitu berupa
representasi pengetahuan dari pakar. Basis pengetahuan tersusun atas fakta dan
kaidah.
Mesin inferensi berperan sebagai otak dari sistem pakar. Mesin inferensi
berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi, berdasarkan
pada basis pengetahuan yang tersedia. Didalammesin inferensi terjadi proses
untuk memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model, dan fakta yang di simpan
dalam basis pengetahuan dalam rangkamencapai solusi atau kesimpulan. Dalam
prosesnya, mesin inferensi menggunakan strategi penalaran dan strategi
pengendalian. Strategi penalaran terdiri dari strategi pasti (Exact Reasoning) dan
strategi penalaran tak pasti (Inexact Reasoning). Exact Reasoning akan dilakukan
jika semua data yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan tersedia, sedangkan
Inexact Reasoning dilakukan pada keadaan sebaliknya. Strategi pengendalian
berfungsi sebagai panduan arah dalam melakukan proses penalaran.
Knowlegde
Aksi yang
Interface Engine Enginer
direkomendasikan
Workplace PerbaikanPengetahuan
Pakar
Terdapat tiga metode yang sering di gunakan, yaitu forward chaining, backward
chaining, dan gabungan dari kedua tehnik pengendalian tersebut.
1. Forward Chaining
Pengertian
Chain (rantai) : perkalian inferensi yang menghubung-kan suatu
permasalahan dengan solusinya.
Forward chaining :
Suatu rantai yang dicari atau dilewati / dilintasi dari suatu permasalahan
untuk memperoleh solusi. Penalaran dari fakta menuju konklusi yang terdapat
dari fakta.
5. Bekerja maju untuk menemukan apa yang mengikuti solusi dari fakta-
fakta.
6. Memfasilitasi pencarian luasnya-pertama.
7. Pendahulunya menentukan pencarian.
8. Memfasilitasi penjelasan.
2. Backward Chaining
Backward chaining adalah kebalikan dari fordward chaining. pada metode
ini berawal dari hipotesa dan kemudian di runut fakta-faktnya juga kaidah
FACT 1
RULE 1 HYPOTESIS 1 DECISION 1
FACT 2
FACT 3
RULE 2 HYPOTESIS 2 DECISION 2
FACT 4
Proses
Fasilitas
Akuisisi
Penjelas Pengetahuan
Pakar
1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
0