1. Gandum
Dalam hal ini Anda dapat mengkonsumsi gandum yang berbentuk sereal dengan segelas susu
setiap pagi. Setiap ½ gelas gandum setara dengan 10 gr dari kebutuhan serat yang digunakan
untuk menurunkan tingkat estrogen dalam tubuh. Para ahli berpendapat bahwa tingkat estrogen
yang tinggi dalam tubuh akan semakin merangsang pertumbuhan kanker payudara.
4. Yoghurt
Pada suatu penelitian yang menggunakan yoghurt sebagai medium, diungkapkan ternyata yoghurt
dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara, terutama dalam jumlah yang cukup
banyak.
6. Jus Jeruk
Masih dalam proses penelitian yang dilakukan di Universitas Western Ontario,Canada, pada hewan
percobaan, disebutkan bahwa jus jeruk bisa memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara
sampai 50%.
Anderson Cancer Center menyimpulkan bahwa wanita yang mencukur bulu ketiak nya ternyata 10
kali lebih rentan terhadap kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang membiarkan bulu
ketiaknya tumbuh apa adanya.
Dr. Therese Bevers dari M.D. Anderson mengungkapkan,dengan mencukur bulu ketiak, di ketiak
akan timbul banyak luka tak kasat mata serta pori-pori di daerah ketiak akan membesar. Ini
memungkinkan toxin dan zat kimia dari berbagai produk seperti deodorant, bedak, dan krim akan
dengan mudah memasuki kulit. Deodorant anti perspirant menambah mudah toxin masuk ke
dalam kulit, karena anti perspirant mencegah pengeluaran keringat yang bisa membantu
melunturkan toxin yang masuk. Toxin yang masuk itu dapat tertimbun pada payudara, dan
akibatnya adalah timbulnya kanker.
Bevers menjelaskan bahwa bulu ketiak memang berguna untuk melindungi ketiak dari zat racun
yang hendak masuk dari luar tubuh,karena di ketiak terdapat kelenjar limfa yang memudahkan
transportasi racun terutama ke payudara dan bagian tubuh lainnya. Kemungkinan transportasi
toxin ke bagian tubuh lain juga ada, sehingga memang ketidakadaan bulu ketiak juga
memudahkantumbuhnya kanker dibagian tubuh lain seperti paru-paru, jantung, dan otak,
terutama apabila di payudaranya sudah tumbuh kanker. Untuk wanita yangkurang menjaga
kebersihannya, ketiadaan bulu ketiak juga memungkinkan bakteri dan kuman tertimbun di pori-
pori dan memudahkan timbulnya bisul atau abses.
Kesimpulan adanya hubungan antara kanker dan mencukur bulu ketiak ini diperoleh dari
pendataan terhadap wanita di Amerika Serikat dan Eropa selama 10 tahun terakhir. American
Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2002 saja akan timbul 175.000 kasus baru
kanker payudara ganas di Amerika Serikat, dan akan terjadi 43.000 kematian karena kanker
payudara. Lebih lanjut, Bevers mengemukakan bahwa setiap rambut yang tumbuh pada tubuh
kita memang dapat menjaga organ tubuh vital yang ada di dekatnya, dan adalah ironis bahwa
banyak wanita yang membuang bulu ketiaknya hanya karena alasan mode padahal di dekat ketiak
terdapat organ yang sangat penting yaitu payudara.
Pria terbukti jauh lebih aman terhadap bahaya ini karena kebanyakan pria tidak mencukur bulu
ketiaknya. Ketika ditanya apakah menghilangkan bulu ketiak dengan cara lain seperti waxes dan
mencabutnya juga meningkatkan kerentanan yang sama terhadap kanker, Bevers menjawab
memang membuang bulu ketiak dengan mencukurnya adalah paling berbahaya karena
kemungkinan timbulnya luka-luka minor lebih besar, namun cara lain justru memperbesar pori-
pori jauh lebih besar daripada mencukur sehingga secara garis besar seluruhnya sama bahayanya.
Bevers menyarankan agar wanita tidak perlu mencukur bulu ketiaknya karena bahayanya sangat
besar dibandingkan dengan manfaatnya.
"Budaya menghilangkan bulu ketiak itu ditumbuhkan karena alasan bisnis semata, padahal dilihat
dari sudut pandang medis sangat merugikan bagi yang melakukannya", kata Bevers.
Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal yang buruk dan tak bermanfaat, tetapi sungguh sulit
untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri.(DHAMMAPADA, syair 163)
Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia
akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk
menghancurkan dirinya sendiri. (DHAMMAPADA, syair 164