Anda di halaman 1dari 3

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Bank Indonsia dalam mengembangkan syariah menganut strategi market driven, fair
treatment dan memberlakukan tahapan yang berkesinambungan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Tahapan terseut dimulai dari tahap pertama meletakkan landasa yang kuat bagi pertumbuhan
industri perbankan syariah (2002-2004). Tahapan berikutnya memasuki fase untuk memperkuat
struktur industri perbankan syariah (2006-2009). Tahap ketiga perbankan syariah diarahkan untuk
dapat memenuhi standart keuangan dan mutu pelayananinternasional (2010-2012). Pada tahap
keempat dibentuknya integrasi lembaga keuangan syariah (2013-2015). Pada tahun 2015 diharapkan
berbankan syariah di indonesia telah memiliki pangsa pasar yang signifikan yang ikut ambil bagian
dalam mengembangkan perekonomian nasional yang dapatb menyejahterakan masyarakat. Bank
indonesia telah merumuskan Sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah,
sebagai strategi komprhensif pengembangan pasar sebagai upaya pengembangan perbankan syariah
di indonesia.

Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan perbankan syariah
adalah

1. Kerangka dan perangkat pengaturan perbankan syariah belum lengkap


2. Cakupa pasar masih terbatas
3. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai produk dan jasa perbankan syariah
4. Institusi pendukung yang belum lengkap dan efektif
5. Efesiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal
6. Porsi skim pembiayaan bagi hasil dalam transaksi bank syariah masih perlu ditingkatkan
7. Kemampuan untuk memenuhi standart keuangan syariah internasional

Muhammad mengidentifikasi adanya problemma secara eksternal problem bank syariah terkait
dengan

1. Faktor ekonomi : perkembangan ekonomi yang terjadi secara keeluruhan akan


mempengaruhi strategi dasar bank termasuk bank syariah. Bank syariah harus menjalankan
strategi yang berbeda ketka kondisi ekonmi sedang naik turun.
2. Faktor sosial : nilai, sikap pergerakan keagamaan yang mempengaruhi kecenderungan
orietasi dan prefensi masyarakat. Bank syariah harus ters menerus melakukan evaluasi
terhadap semua produknya.
3. Faktor politik : penentuan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi bank.
4. Faktor hukum : Bank syariah harus tunduk pada hukum nasional terutama pada saat
disahkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
5. Faktor teknologi : bank syariah harus mampu meningkatkan produk dan prosesnya melalui
teknologi baru.
6. Faktor lingkungan : perbankan syariah harus peduli terhadap isu lingkungan yang
berkembang agar proyek investasi yang dibiayai tidak merusak lingkungan.

Sedangkan masalah mikro erat kaitannya dengan pendekatan yang digunakan bank syariah selama
ini seperti :
1. Pendekatan akomodatif dan asimilatif : semua produk bank syariah harus mampu
mencerminkan nilai-nilai syariah dalam semua aplikasi produknya dan perlu melakukan
evaluasi terus menerus untuk meningkatkan produknya agar mampu sejalan dengan prinsip
syariah
2. Antara moneter dan riil : bank syariah harus hati-hati dalam menciptakan produk keuangan
karena produk keuangan yangvterlepas dari sektor riil akan mengakibatkan derivasi yang
bisa menyebabkan timbulnya bubble economics.
3. Penetapan harga : untuk produk jual beli bank syariah dapat enentukan tingkat keuntungan
yang sama dengan bank konvensional.
4. Kurangnya deposito : terjadi karena bank syariah menggunakan prinsip mudharabah dimana
deposan ikut menanggung profit and loss sharing
5. Likuidasi berlebihan : terjadi karena kecenderungan bank syariah mempertahankan risiko
lebih tinggi antara uang tunai dengansimpanan dibandingkan bank berassas bunga.
6. Problem biaya yang profitabilitas : persoalan yang sering muncul adalah pengeluaran
manajerial dalam melakukan supervisi atau pengelolaan secara langsung operasional suatu
proyek. Oleh karena itu diperlukan perolehan keuntngan yang lebih tinggi untk menutupi
biaya yang keluar dan untuk mengkompensasi kerugian yang timbul dimasa sulit.
7. Pendanaan pinjaman : bank syariah membatasi dana yang akan dipinjamkan selain itu bank
syariah juga memperhitungkan keuntungan yang diperoleh dari pinjaman konsumtif.
8. Masalah sekuritas : keterbatasan instrumen sekuritas syariah menyebabkan bank syariah
mengalami kesulitan mengelola likuiditas dan investasi jangka panjangnya di pasar uang dan
pasar modal.
9. Sumber daya manusia : kurangnya tenaga kerja yang menguasai dengan baik ilmu perbankan
murni dan syariah sekaligus

KEBIJAKAN PENGELOLAAN REKSADANA

Pengelolaan reksadana diatur secara langsung oleh Bapepam karena menyangkut dana
masyarakat investor sehingga perlu perlindunganyang memadai. Oleh karena itu Bappepam
mengeluarkan pedoman pengelolaan reksadana termasuk pelarangan dan pembatasan yang dapat
dan tidak dapat dilakukan oleh manajer investasi. Pembatasan dan pelarangan reksadana tersebut
antara lain :

1. Menerima atau memberikan pinjaman secara langsung


2. Membeli saham atau unit penyertaan reksadana lainnya
3. Membeli efek luar negeri
4. Membeli efek yang diterbitkan oleh suatu emiten melebihi 5% dari jumlah modal yang
disetor emiten
5. Memberi efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan melebihi 10% dari nilai NAB
reksadana pada saat pembelian. Termasuk didalamnya surat berharga yang dikeluarkan oleh
bank. Tetapi tidak termasuk sertifikat Bank Indonesia Syariah.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR UANG DI INDONESIA


Pasar uang merupakan salah satu institusi yang memiliki peranan penting bagi bank sentral
terutama dalam mengimplementasikan kebijakan moneter. Kebijakan moneter diambil melalui
operasi pasar terbuka baik melalui target kuantitas atau suku bunga. Bagi bank sentral yang
menggunakan suku bunga , pengendalian suku bunga sangat penting sebagai sinyal arah kebijakan
moneter. Sinyal tersebut akan berfungsi bila pasar uang berada dalam kndisi ideal (efisien). Pasar
uang yang efisien ditandai dengan pemilikan likuiditas yang optimum stabil. Bank indonesia telah
mengambil beberapa kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan sistem keuangan yang sehat,
meningkatkan ketersedian informasi bagi pelaku pasar serta meningkatkan efektifitas kebijakan
moneter Instrumen Konvensional yang diterbitkan antara lain :

1. Penggunaan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai peranti Operasi pasar terbuka dan
sekaligus piranti pasar uang dengan tujuan utama sebagai piranti kebijakan moneter
khususnya untuk kobtraksi moneter sebagai pengganti peranti pasar uang dan salah satu
alternatif bagi perbankan untuk menempatkan kelebihan likuiditas yang dimiliki
2. Pengembangan Psat Informasi Pasar Uang (PIPU) yang merupakan sistem automasi yang
tidak hanya terbatas pada pasar uang rupiah dan valuta asing. Tetapi juga informasi lainnya
yang terkait dengan pasar keuangan bag anggota, pelanggan dan Bank Indonesia
3. Penggunaan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) untuk memberikan pilihan kepada pelaku
pasar uang dalam menempatkan dana yang tidak terpakai
4. Penetapan Jakarta Offered Rate (JIBOR) sebagai referensi yang dapat diakses pada PIPU.
JIBOR merupakan hasil rata-rata tertimbang suku bunga dari 18 bank yang dipilih
berdasarkan keaktifan mereka dipasar uang.
5. Penyelesaian transaksi secara otomatis tanpa menggunakan kertas. Tahun 1999 diterapkan
sistem pembayaran transaksi secra online antar Bank dan Bank Indonesia dan diperkenalkan
pula Bank Indonesia Real Time Gross Settelment System.

Anda mungkin juga menyukai