Anda di halaman 1dari 5

A.

Peranan Statistika

Statistika dan proses pembelajaran statistika menjadi strategis karena didasari oleh pusat
perhatian:  Pertama, statistika merupakan suatu ilmu yang sangat penting, bukan saja sebagai
ilmu yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi tetapi juga
sebagai ilmu terapan. Sebagai ilmu terapan, pemahaman dan penerapan terhadap literatur dalam
bidang sosial seperti pendidikan, psikologi, sosiologi, ekonomi, dan manajemen memerlukan
pengetahuan tentang metoda statistika. Hampir semua penemuan teori-teori baru diungkapkan
dalam bentuk statistika atau argumen yang melibatkan konsep-konsep statistika.  Kedua,
kedudukan statistik dalam paradigma penelitian kuantitatif. Paradigma kuantitatif yang juga
disebut paradigma tradisional, positivistis,  empiris, atau deducto-hypothetico-verificatif
memandang bahwa status ilmiah suatu penelitian tergantung pada kemampuan peneliti dalam
mengambil jarak dengan objek yang ditelitinya. Dalam paradigma kuantitatif ini, aneka bias
pribadi harus dikontrol dan peneliti harus selalu bersifat objektif, bebas dari nilai-nilai serta
mendasarkan diri pada fakta dan evidensi. Dalam membuat laporan, peneliti menggunakan
bahasa formal berdasarkan aneka definisi dan istilah yang sudah lazim. Seluruh proses penelitian
dilaksanakan dengan pendekatan deduktif berupa pengujian hipotesis yang dirumuskan sebelum
penelitian dimulai dengan tujuan membuat generalisasi, membuat prediksi, eksplanasi atau
penjelasan dan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena tertentu. Paradigma kuantitatif
melahirkan penelitian kuantitatif, yakni penyelidikan tentang masalah kemasyarakatan atau
kemanusiaan yang didasarkan pada pengujian suatu teori yang tersusun atas variabel-variabel,
dikuantifikasi dengan bilangan-bilangan, dan dianalisis dengan prosedur-prosedur statistik.
Tujuannya adalah menentukan apakah generalisasi-generalisasi prediktif dari teori terhadap
populasi tertentu yang diselidiki teruji kebenarannya.    Peranan atau kedudukan statistika dalam
penelitian kuantitatif secara rinci terlihat dalam langkah-langkah dari metode ilmiah, yaitu
sebagai berikut:

1) Merumuskan atau memformulasikan masalah;

2) Melakukan kajian/studi literatur berkenaan dengan masalah;

3) Membuat atau memformulasikan hipotesis penelitian;


4) Mengumpulkan dan mengolah data untuk menguji hipotesis;

5) Menarik atau membuat kesimpulan.

Berdasarkan sistematika metode ilmiah di atas menunjukkan bahwa langkah pertama suatu
metode ilmiah itu adanya permasalahan. Langkah kedua ialah pengkajian tentang literatur, yaitu
pendapat-pendapat, teori-teori, konsep-konsep, hasil penelitian yang relevan dengan
permasalahan. Literatur yang dikaji itu harus representatif, artinya harus memuat berbagai
pandangan; baik yang serupa maupun pandangan yang tidak serupa. Bahkan perbedaan atau
pertentangan suatu teori dan hasil penelitian harus juga diperlihatkan. Dalam upaya memajukan
ilmu pengetahuan, bila suatu masalah sudah  diteliti atau masalahnya sudah dipecahkan 
sebaiknya masalah itu tidak diteliti lagi, sebab akan terjadi duplikasi; membuangbuang waktu,
tenaga, dan biaya, dan akhirnya tidak ada pengembangan ilmu pengetahuan. Walaupun
demikian, penelitian ulang dengan masalah yang sama atau serupa diperbolehkan untuk
dilakukan bila metode atau prosedur yang dilakukan berbeda, misalnya dari segi instrumen,
metode penelitian dan teori yang dijadikan rujukan. Langkah ketiga yang harus ada pada metode
ilmiah itu ialah adanya hipotesis sebagai kesimpulan sementara yang dibangun berdasarkan teori
dan kerangka berpikir.   Langkah keempat dari metode ilmiah itu adanya pengumpulan dan
pengolahan data. Data itu dapat berupa hasil belajar, kemampuan, pendapat, sikap, atau
perbuatan (tingkah laku) yang telah dikuantifikasi dalam bentuk angka. Pada langkah ini
penggunaan statistika tidak dapat dihindari lagi. Teknik-teknik statistika akan membantu peneliti
menjelaskan dan menganalisis data yang ia peroleh. Instrumen (tes, skala,  dan wawancara) yang
diperlukan, bila belum ada, harus dibuat terlebih dahulu oleh peneliti. Agar memenuhi
persyaratan kualitas instrumen, yaitu dari segi validitas dan reliabilitasnya, instrumen tersebut
harus diperiksa ketepatan isinya kemudian diujicobakan. Kualitas instrumen dari segi validitas
dan reliabilitasnya tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip korelasi dari statistika.
Selanjutnya responden atau sampel yang diminta menjawab tes, skala/angket atau wawancara
untuk menguji kebenaran hipotesis jelas tidak mungkin seluruh populasi, misalnya rakyat
Indonesia. Sehingga perlu dipilih sebagian saja dari populasi yaitu responden/sampel yang betul-
betul representatif atau mewakili populasi yang akan diteliti. Dalam hal ini kita memerlukan
teknik-teknik statistik untuk memilih sampel yang representatif melalui proses randomisasi yang
benar dan tepat sesuai karakteristik populasi penelitian. Langkah kelima (terakhir) dari metode
ilmiah itu ialah adanya kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh melalui metode ilmiah sifatnya
lebih umum berupa generalisasi atau prediksi berdasarkan data sampel representatif yang
menggambarkan karakteristik populasi. Dari penjelasan tentang paradigma penelitian kuantitatif
dan metode ilmiah di atas, menunjukan bahwa statistika merupakan alat atau pisau analisis yang
handal untuk menjelaskan masalah-masalah kuantitatif dalam penelitian sosial. Dengan kata lain
statistika atau analisis statistika merupakan teknik analisis yang khas pada penelitian kuantitatif.

 B. Pengertian dan jenis Statistika

1. Pengertian Statistika Kata statistik berasal dari bahasa Yunani ”status” atau dalam bahasa
Inggris ”state” yang artinya negara. Arti negara dapat dimaknai secara lebih luas antara lain
sebagai keadaan atau data tentang bidang-bidang kehidupan dalam suatu negara. Bidang-bidang
kehidupan tersebut berbagai macam ragamnya, misalnya keadaan pendidikan, kesehatan,
ekonomi, industri, hukum, pertanian, militer, dan lain-lain. Data atau keadaan bidang kehidupan
tersebut terbagi lagi kedalam sub-sub yang lebih kecil dan spesifik, misalnya untuk bidang
pendidikan, kita dapat melihat data atau keadaan tentang jenjang pendidikan, angka partisipasi
pendidikan, guru, ragam mata pelajaran, Dinas-dinas Pendidikan di seluruh provinsi. Bahkan
sub-sub tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi data atau keadaan yang lebih spesifik lagi,
misalnya tentang guru dapat dilihat data atau keadaan tentang jumlah guru, jenjang pendidikan
guru, golongan,  kompetensi guru, kurikulum dan jenis mata pelajaran, masa kerja dan sistem
penggajian guru. Kata statistik sering dikacaukan dengan kata statistika. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, statistik diartikan untuk menunjukkan keadaan sesuatu, misalnya: statistik
penduduk, statistik kriminal, statistik pendidikan, dan statistik pertanian. Dengan demikian pada
hakekatnya, statistik itu terdiri dari fakta dan deskripsi, misalnya Jakarta  adalah ibu kota Negara
RI adalah sebuah fakta, sedangkan jumlah pengamen anak jalanan di Jakarta tergolong banyak
adalah gambaran atau deskripsi.   Fakta atau gambaran yang disampaikan melalui statistik itu
haruslah bersifat informatif, komunikatif, berguna, atau praktis. Oleh karena itu tampilan 
informasi tersebut harus dikemas dan disarikan dalam gambaran-gambaran atau ringkasan data
yang sederhana. Sebagai contoh, bila kita ingin mengetahui rata-rata kecelakaan lalulintas di
jalan tol pada bulan Januari di kota Jakarta, pengamatannya itu harus dilakukan pada setiap bulan
Januari dari berbagai tahun. Statistikawan (ahli statistika) setelah melakukan berbagai
analisanya, menyajikan gambaran itu dalam bentuk yang informatif, hemat, dan berguna,
misalnya signifikansi rata-rata kecelakaan per tahun dalam selang beberapa tahun. Cara atau
prosedur untuk mengumpulkan data, mengolah, menyajikan dan menguji hipotesis berdasarkan
data hasil pengamatan juga harus dinyatakan sehingga orang lain dapat mengerti dan dapat
mengecek hal yang sama untuk membandingkan hasilnya.   Dengan uraian yang terakhir itu,
diperoleh rumusan tentang statistika. Menurut para statistikawan, statistika adalah ilmu atau
metode (cara), aturan untuk mengumpulkan data, mengolah, menyajikan,
menganalisis/interpretasi data, dan menarik kesimpulan berdasarkan data.

2. Jenis Statistika Dalam berbagai buku dan jurnal dapat dijumpai ragam atau macam statistika
sesuai dengan bidang penggunaannya, seperti statistika ekonomi, statistika psikologi, statistika
pertanian dan lain-lain. Secara garis besarnya jenis-jenis statistika dapat digolongkan sebagai
berikut:

 a. Berdasarkan orientasi pembahasan, statistika dapat dibedakan atas: statistika


matematika dan statistika terapan. Statistika matematika (Mathematical statistics) adalah
statistika teoretik lebih berorientasi kepada pemahaman model dan penurunan konsep dan
rumus-rumus statistika secara matematis-teoretis, misalnya model dan penurunan rumus-
rumus dalam analisis regresi, statistik uji-t, kemiringan, ketajaman, ekspektasi,  galat,
estimasi, dan lain-lain. Sedangkan statistika terapan (Applied statistics) lebih berorientasi
kepada pemahaman konsep dan teknik-teknik statistika serta penggunaan atau terapannya
dalam berbagai bidang, misalnya statistika sosial.

 b. Berdasarkan fase atau tujuan analisisnya, statistika dapat dibedakan atas statistika
deskriptif dan statistika inferensial. Pertama ialah fase yang hanya berkenaan dengan
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, dan penyajian sebagian atau seluruh data
(pengamatan) tanpa pengambilan kesimpulan. Fase ini disebut fase statistika deskriptif.
Dengan demikian, fase atau teknik statistika deskriptif itu memungkinkan data kuantitatif
yang lebih besar itu dinyatakan dalam bentuk yang lebih sederhana. Misalnya, rata-rata
yang mewakili sekumpulan bilangan adalah lebih sederhana daripada setiap bilangan itu
digambarkan satu per satu. Tugas mencari rata-rata dari sekumpulan bilangan itu
termasuk ke dalam fase statistika deskriptif. Fase kedua adalah fase statistika yang
berkenaan dengan pengambilan kesimpulan mengenai keseluruhan data berdasarkan data
yang banyaknya lebih sedikit. Fase ini disebut fase statistika inferensi atau induktif.
Dengan demikian, fase atau teknik statistika inferensi ini memungkinkan atau
memudahkan peneliti mengambil kesimpulan atau membuat generalisasi, prediksi dari
data yang sedikit (sampel) untuk data yang lebih banyak (populasi).

 c. Dilihat dari asumsi mengenai distribusi populasi data yang dianalisis, statistika dapat
dibedakan menjadi statistika parametrik dan statistika non-parametrik. statistika
parametrik adalah statistika yang didasarkan model distribusi normal sedangkan statistika
non-parametrik adalah statistika dengan teknik-teknik yang tidak didasarkan pada model
distribusi normal atau bebas distribusi.

 d. Berdasarkan jumlah variabel terikat (independent variable), statistika dapat dibedakan
atas statistika univariat dan statistika multivariat. Teknik analisis statistika yang
melibatkan hanya satu variabel terikat atau satu varibel tolok ukur (criterion) termasuk ke
dalam statistika univariat, sedangkan teknik statistika yang melibatkan lebih dari satu
variabel terikat atau lebih dari satu varibel tolok ukur (criterion) termasuk ke dalam
statistika multivariat. Buku ini lebih kepada pembahasan statistika univariat. 

Anda mungkin juga menyukai