Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSTITUSI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Dr. THEODORUS PANGALILA, S.Fils., M.Pd


MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :

MICHAEL DIRGA IPANG


19210106
SEMESTER II

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan
kuasa dan berktanya lah sehingga saya bisa menyusun makala ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai ”Konstitusi
Indonesia”

Makalah ini dibuat dengan berbagai pendapat dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Tondano, 31 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

A. Pengertian Konstitusi.....................................................................................................6

B. Istilah Konstitusi............................................................................................................8

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi..........................................................................................10

D. Tujuan Konstitusi.........................................................................................................11

E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara..........................................................................13

F. Perubahan Konstitusi di Negara  Indonesia.................................................................14

G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia...................................................................16

H. Klasifikasi Konstitusi...................................................................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................................20

A. Kesimpulan..................................................................................................................20

B. Saran.............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD
1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai
upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju
apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar
(konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan
sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu
keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya
komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen
UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang
melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan
suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan
kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan
wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai
apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan
lebih baik dan sempurna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konstitusi ?
2. Apa saja istilah konstitusi ?
3. Apa saja sifat dan fungsi konstitusi ?
4. Apa tujuan konstitusi ?
5. Bagaimana pentingnya konstitusi dalam negara ?
6. Bagaimana perubahan konstitusi di Indonesia ?
7. Bagaimana sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia ?
8. Bagaimana klasifikasi konstitusi ?
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.


Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan
suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk
membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada
yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak
tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”
berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan
dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan
kerja sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-
prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan
hubungan diantara keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:


Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya
hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis
atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. Sebagai
hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang
tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :
a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan
Negara
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar
dan bearjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara.Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan
sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar.
Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-
pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat
garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum
dibawahnya.
Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti
piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-
peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar,
hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller.
Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang
Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping
memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak
tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian,
yaitu:
 Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.
 Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum
dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan
sebagai suatu kaidah hukum.
 Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu
naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan
berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-
pokok penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum. 
B. Istilah Konstitusi

Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem


ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
dan ada yang tidak tertulis.

Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara
terjadi perbedaan pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih
luas dari undang-undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian
antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat
dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur
hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan
berlaku dalam suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya
yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah
dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk
suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata
cara penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara
bagian.

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi

Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan
jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit /
kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah


sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-
wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan
oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi
negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan untuk
memerintah itu tidak disalahgunakan. 

Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi. Sesuai


dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan
sebagai:
1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut,
konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan
menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu,
konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang
digariskan oleh pendiri negara     ( the founding fathers ). Konstitusi
memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan negara menuju tujuannya.

D. Tujuan Konstitusi

Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-


wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya
tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang
berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan
terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah


dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap
hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,


menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi
utama dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum
bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu :
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa
sendiri;
3. Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para
penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.
E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara

Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak


mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan
lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S.
Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi
atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus
tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.

Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht


van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan
barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang digariskan oleh the
founding father, serta memberi arahan kepada generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi
merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.

Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G.


Pringgodigdo, baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup
menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum
dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah konstitusi
atau Undang-Undang Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama,
dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan
memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang
memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau lembaga. Mungkin bisa
dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau lembaga
diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya
konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat
oleh badan yang mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui
sah untuk memberikan kekuatan hukum pada konstitusi.

F. Perubahan Konstitusi di Negara  Indonesia

Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan


caraperubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
 Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR
harus hadir;
 Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota
yang hadir.
 Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:
 Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;
 Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya
adalh 2/3 dari sejumlah anggota MPR;
 Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan
bentuk konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong
sulit, juga karena dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat
kesulitan perubahan-perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak
secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya
sebelum perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama
atau kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar
1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan
masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 - 17 Agustus
1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950
- 5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 - 18 Agustus
2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000 - 9
Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001 -
10 Agustus 2002);
8. Undang-undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).
G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia

Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945


sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam
bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.Soekarno dan
Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang
wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari
Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan
Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada
tanggal 29 April 1945.

BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi


Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh
perumusnya antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto
Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-lain.

UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia


di kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan
sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil
dari rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia perumus pada
tanggal 22 Juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni
1945.
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).
Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia
sempurna menjadi sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim diperlukan
oleh setiap Negara telah ada, yaitu adanya :
1. Rakyat .
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu
sejak zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab
hokum pada 624 – 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei
1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya
menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan
berkepanjangan khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara.diakhir
siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia
sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi
untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima
dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno
membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo
dengan tugas menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD
atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI pada
hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah
menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan
yaitu dalam UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan
konstitusi RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama
Indonesia dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 –
Sekarang.

H. Klasifikasi Konstitusi

Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat
dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh
para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup
seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa untuk mengembangkan
konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.
2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses
yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen,
Referendum dan konvensi.
b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2) Ciri-ciri konstitusi yang kaku
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan
undang-undang yang lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan
persyaratan yang berat.
c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
1) Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat
kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan
perundang-undang yang lain.
2) Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.
d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
1) Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian
kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara
bagian.
2) Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur
dalam konstitusi.
e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system
pemerintahan parlementer.
Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan
presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah
presidensial begitu pula sebaliknya
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi
3. Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu
tertulis (undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga
dengan konvensi.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis
bagi seluruh warga Negara.
5. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang
dibentuk dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini pasti terdapat beberapa kekurangan.Baik


dalam penyusunan materi yang dibahas,kurang lengkapnya pembahasan,ataupun
kurangnya referensi untuk pembuatan makalah ini. Maka dari itu, saran dari
pembaca sangat kami butuhkan supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya
bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo


Pustaka Mandiri.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kusnardi, Moh. et.ai., 2000. Ilmu Negara. Jakarta:Gaya Media Pratama.

Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT  Raja Grafindo


Persada.

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education):


Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Anda mungkin juga menyukai