Anda di halaman 1dari 4

Rumah Toraja

Nama : Falah Akmal Alghifari NPM : 22318459


Kelas : 2TB05 Mata Kuliah : Tipologi Bangunan

I. Denah

Legenda:
A.Tangdo.      
B.Paluang.      
 C.Sali.        
D.Sambung.
1. Ariri Posi
2. Kundai
3. Tulak Somba
4.Lentong Garopang
5. Eran (Tangga)
6. Dapo’ (Dapur)
7. Ba’de Sade (Pintu khusus
mengeluarkan mayat)
8. Jenasah disemayamkan
9. Tempat tidur
II. Tampak
III. Analisis
Rumah adat orang Toraja sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan atau beberapa kasta.
Diantaranya yang pertama adalah orang bangsawan tinggi atau Tana Bulaan, yang mempunyai
derajat yang paling tinggi. Kemudian yang kedua adalah Tana Bassi yang merupakan bangasawa
rendah. Yang ketiga adalah warga atau orang biasa yang merdeka yaitu Tana Karurung. Dan yang
terakhir adalah budak atau Tana Kua Kua. Adat Toraja banyak menganut pencampuran adat dari
mesir dan juga dari cina. Mengadopsi dari mesir orang Toraja menggambil sisi dimana ketika ada
warga yang meninggal tidak langsung dikubur melaikan harus disimpan dulu didalam rumah sampai
waktu tertentu. Waktu itu biasanya tergantung dari berapa lama harta orang tersebut yang terkumpul
agar bisa dimakamkan. Pemakaman orang Toraja pun banyak mengadopsi dari mesir yaitu tidak
dikubur didalam tanah, melaikan di dalam batu, bedannya dengan orang mesir adalah orang mesir
dikubur didalam piramida sedangkan orang Toraja dikubur didalam batu. Namun orang Toraja yang
dapat dikubur didalam batu pun tidak sembarangan orang hanya orang-orang bergelar bangsawan.
setelah dikubur pun mereka akan dibuatkan patung menyerupai diri mereka dan akan diukirkan
pahatan pada tiap pintu batu. Juga keluarga akan menyembelih kerbau, dan nantinya tanduk kerbau
akan ditempatkan didepan rumah sebagai pertanda seberapa tingginya kasta sang penghuni. 
Tongkonan merupakan rumah adat yang berbentuk rumah panggung dari kayu. Kolong di
bagian bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Bentuk atap rumah tongkonan
melengkung dan dilapisi ijuk hitam. Ada yang mengatakan bentuknya seperti perahu telungkup atau
tanduk kerbau. Sejarah asal muasal mengapa bentuk dari rumah adat Toraja berbentuk seperti
sekarang ini. Jadi rumah adat Toraja sebenarnya berasal dari sebuah perahu yang dirubah dan
dijadikan sebuah rumah. Itu sebabnya bentuk dari atap rumah adat Toraja berbentuk seperti sebuah
perahu. Sebab mengapa rumah adat Toraja berbentuk seperti perahu adalah karena pada zaman dahulu
saat nenek moyang warga Toraja akan bermigrasi menggunakan perahu, namun karena dalam
perjalanan perahu yang digunakan untuk bermigrasi untuk mencari daratan baru itu kandas ditengah
jalan, sehingga dibuatlah rumah dari perahu tersebut. Itu sebabnya rumah adat Toraja yang kita lihat
sekarang berbentuk seperti sebuah perahu. Budaya ini mengadopsi dari budaya cina secara arsitektur,
yaitu membangun rumah dari sebuah perahu.
Rumah adat yang pertama yaitu untuk rumah bangsawan atau Tana bulaan, mereka biasanya
menempatkan tanduk kerbau terbaik didepan rumah mereka biasanya 12 sampai 24 tanduk kerbau.
Semakin banyak semakin tinggi kasta atau semakin kaya sang memilik rumah. Kemudian untuk
bangsawan rendah atau Tana Bassi biasanya mereka menaruh 6 sampai 8 tanduk kerbau terbaik
didepan rumah mereka. Kemudian untuk warga atau orang biasa yaitu Tana Karurung biasanya
mereka menaruh 3 sampai 4 tanduk kerbau didepan rumah mereka. Sedangkan untuk Tana Kua
Kua atau budak tidak diperbolehkan menaruh tanduk kerbau didepan rumah mereka.
Tominaah adalah tahapan yang harus dilalui sebelum seseorang membangun rumah. Jadi
orang Toraja pergi kehutan untuk mencari pohon yang sesuai kemudian mereka potong, laku mereka
diamkan didalam lumpur atau air yang mengalir selama satu satun bahkan lebih fungsinya untuk
menghindari kayu dari rayap. Setelah direndam selama satu tahun kayu diangkat lalu dipotong-potong
lantas dijemur selama satu sampai dua bulan. Ketahanan kayu yang sudah melewati tahapan-tahapan
ini bisa bertahan hingga 70 tahun lamanya. Untuk kolom atau penopang pada rumah adat Toraja,
biasanya rumah mereka langsung bertopang pada dinding dan tidak menggunakan kolom atau tiang
sebagai penyangganya. Kemudian rumah mereka dibuat tinggi dan tidak rata dengan tanah dengan
alasan karena ditempat asal adat Toraja masih banyak terdapat hewan buas sehingga untuk
menghindari itu dibuatlah rumah panggung atau rumah yang tinggi, dan dibawahnya biasanya
dijadikan sebagai tempat hewan-hewan ternak dipelihara seperti kerbau, babi, ayam dll.
Tata ruang dari rumah Toraja bergelar bangsawan adalah sumbung, yang terdiri dari kamar
ayah dan ibu yang sekaligus dijadikan kamar mayat atau kamar penyimpanan mayat sebelum akhirnya
mayat ditaruh didalam batu. Biasanya apabila yang meninggal adalah sang istri maka suami akan tidur
disamping sang istri begipula sebaliknya. Sumbung itu sendiri memiliki ketinggian yang berbeda dari
ruangan lainnya. Kemudian ada yang namanya salih, dimana biasanya dijadikan sebagai tempat tidur
dari anak laki-laki pada malam hari dan merupakan dapur sekaligus tempat makan pada pagi dan
siang harinya. Salih memiliki ketinggian yang berbeda dari sumbung yang merupakan kamar tidur
ayah dan ibu. Kemudian ada kamar tidur untuk anak perempuan yang namanya paluang, ketinggian
dari kamar tidur ini sama dengan sumbung namun berbeda dengan salih yang lebih rendah. Jadi
secara keseluruhan ruangan dalam rumah adat Toraja yang bangsawan terdiri dari 3 ruangan. Untuk
kamar mandi dari orang Toraja tidak terletak didalam rumah mereka, melaikan terletak diluar rumah.
Untuk pintu dan jendela adat Toraja memiliki ukuran yang kecil dikarenakan letak tempat tinggal
orang Toraja yang berada di dataran tinggi menyebabkan udara mereka menjadi sejuk bahkan dingin,
mengakibatkan mereka membangun rumah dengan bukaan yang tidak terlalu besar.
motif-motif pada rumah toraja E. Detail dan Filosofi Kemudian rumah adat Toraja identik
dengan ukiran-ukiran pada tiap sisi dinding rumahnya. Namun dalam adat Toraja hanya rumah
bangsawan tertinggilah yang boleh mengukir dinding rumahnya.
Arti dari ukiran yang ada pada rumah adat Toraja bermacam-macam, diantaranya ukiran
kerbau yang biasanya terdapat pada dinding luar rumah adat toraja, mengartikan kerbau sebagai
hewan yang sakral juga sebagai alat ukur dari kekayaan seseorang. Kemudian ukiran kedua yaitu
ayam, lambang dari pemimpin yang adil, rajin bekerja seperti ayam, sifat melindungi yang diambil
dari seekor ayam, ayam jantan melindungi sang betina, ayam betina melindungi anak-anaknya.
Kemudian yang ketiga ada bunga mawar yang dilambangkan seperti kuku kuda, maknanya kita harus
kuat dalam menahan beban kehidupan ini. Kemudian ada juga yang ukiran yang berbentuk seperti
melingkar seperti bambu, ini artinya apabila kita bersatu seperti bambu kita akan kuat dan tidak
mudah dipatahkan.
cat yang dibuat oleh bahan alami Ada beberapa warna yang menjadi ciri khas dari adat Toraja
diantaranya, warna putih karena sebagai lambang keikhlasan, kemudian warna kuning melambangkan
emas asa tau harapan lambang dari kejayaan.

Anda mungkin juga menyukai