Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

TITRASI ASAM DAN BASA

DISUSUN OLEH :

Nama : Nurhayna Muzakkie


No BP : 1920092
Kelas : AK 1C
Dosen Pembimbing : Drs. Hazil Anwar, M.Si
Melysa Putri, M.Si

POLITEKNIK ATI PADANG


2020
Titrasi Asam Basa

I. Tujuan
1. Melatih keterampilan memipet, menitrasi, dan menggunakan indikator
phenolftalien
2. Menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat
3. Menentukan konsentrasi molar dan persen massa asam asetat dalam larutan
4. Belajar menggunakan hukum stokiometri pada titrasi asam basa

II. Teori Dasar


Pengertian Titrasi

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal


sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat,
dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya
sedikit, disebut standar primer (Day, 1998).
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titran, volume dan  konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
tersebut  (Umi L Baroroh :2004 ).
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen
dari titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan
karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif
asam basanya, maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting. Titrasi merupakan
suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan
asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant
(zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui
kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan
larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa
(titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik
ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH
larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang
adalah kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir
yang dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus
dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu
harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir
teoritis. (Sukardjo, 1984).

Pengertian Titrasi Asam Basa


Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah
senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan
organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama
senyawa organik tidak larut dalam  air. Namun demikian umumnya senyawa organik
dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan
dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan
baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa
kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan
indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri,
spektrofotometer, konduktometer. (Rivai,H.1990:308-310).
Sebelum mencapai titik ekuivalen                                 Setelah mencapai titik
ekuivalen

Titrasi Asam Basa Menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah
larutan tersebut yang volumenya terukur dapat kita ukur dengan suatu larutan lain
yang telah diketahui kadarnya (larutan standar) dan juga secara bertahap.

Perubahan pH Pada Titrasi Asam Basa


Pada saat larutan basa sedang ditetesi dengan larutan asam, pH larutan pun
akan turun, dan sebaliknya jika larutan asam sedang ditetesi dengan larutan basa,
maka pH pun larutan akan naik.

Jika suatu pH larutan asam basa telah diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan
basa atau asam tersebut yang sudah diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik
yang bisa disebut kurva titrasi.

Macam-macam titrasi asam basa


1. Titrasi Asam Kuat Dengan Basa Kuat
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu
sebagai berikut :

Kurva Titrasi Asam Kuat Dengan Basa Kuat


Pertama kita lihat pH larutan naik sedikit demi sedikit.
Perubahan pH drastis akan terjadi pada titik ekivalen. pH titik
ekivalennya = 7 (netral).
Indikator yang dapat digunakan yaitu : metil merah, bromtimol biru, atau
fenolftalein.
Namun, yang lebih sering digunakan yaitu fenolftalein karena pada perubahan
warna fenolftalein yang lebih mudah diamati.

2. Titrasi Asam Lemah Dengan Basa Kuat

Kurva Titrasi Asam Lemah Dengan Basa Kuat

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai
berikut :
Dapat dilihat titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9.
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen akan lebih kecil, tetapi hanya
sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10.
Indikator yang dapat digunakan : fenolftalein.
Metil merah tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalennya.

3. Kurva Titrasi Basa Lemah Dengan Asam Kuat


Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai
berikut:
Dapat kita lihat titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6.
Pada lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
Indikator yang dapat digunakan : metil merah.
Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya akan terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalen.

Larutan Standar Primer Dan Standar Sekunder


Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Zat
terlarut (solute) adalah zat yang larut dalam zat pelarut. Zat terlarut mempunyai
jumlah yang lebih sedikit dalam campuran.

Zat pelarut, umumnya berwujud cair zat pelarut atau (solven) adalah zat
yang melarutkan komponen zat terlarut. Zat pelarut memiliki jumlah yang lebih
banyak dalam campuran. Zat pelarut yang paling banyak digunakan adalah air.
Oleh karena itu, air disebut juga pelarut universal. Perbedaan zat pelarut dan zat
pelarut sebenarnya sangat relatif suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solven
(Anshori,1999).
Larutan standar primer yaitu larutan dimana dapat diketahui kadarnya dan
stabil pada proses penimangan, pelarutan, dan penyimpanan. Dapat dikatakan
bahwa Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menimbang.
Adapun syarat – syarat larutan baku primer :
1. Mempunyai kemurnian yang tinggi
2. Rumus molekulnya pasti
3. Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
4. Berat ekivalen yang tinggi (Agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan)
5. Larutan stabil didalam penyimpanan

Larutan standar sekunder yaitu larutan dimana konsentralisinya ditentukan


dengan jalan pembekuan dengan larutan atau secara langsung tidak dapat diketahu
kadarnya dan kestabilannya didalam proses penimbangan, pelarutan dan
penyimpanan.
Adapun syarat – syarat larutan baku sekunder :
1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2. Berat ekivalennya tinggi
3. Larutan relatif stabil didalam penyimpanan

III. Alat Dan Bahan

A. Alat
1. Gelas ukur
2. Erlemeyer
3. Cororng
4. Batang pengaduk
5. Pipet gondok 10 ml
6. Labu ukur 100ml
7. Standar dan klem
8. Buret
9. Bola hisap
10. Botol semprot
11. Gelas piala 500 ml
B. Bahan
1. Larutan encer NaOH encer, NaOH 6 M
2. Kristal asam oksalat
3. Indikator PP
4. Sampel cuka

IV. Prosedur Pratikum

A. Pembuatan larutan standar NaOH

Anda mungkin juga menyukai