Anda di halaman 1dari 7

HEMATOLOGI 1

DISUSUN OLEH :
OVAN ASTRIANTO

SEMESTER II
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
POLITEKKES GENESIS MEDICARE
2019/2020

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN


DERAJAT BERATNYA PENYAKIT DBD PADA PASIEN ANAK DI RSU.
ANUTAPURA PERIODE JANUARI 2014-MARET 2015
LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dapat
menginfeksi serta menimbulkan kematian bagi anak. Klasifikasi derajat beratnya penyakit DBD
menjadi acuan yang dalam melakukan tatalaksana. Penurunan jumlah leukosit serta peningkatan
jumlah hematokrit dapat menjadi penanda derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue

PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue.
Sampai saat ini, penyebarannya paling banyak di dunia. 1 Pada tahun 2013, Incidence Rate DBD
di Sulawesi Tengah tertinggi adalah di Kota Palu (223,76) per 100.000 penduduk, disusul dengan
Kabupaten Morowali (83,50) per 100.000 penduduk kemudian Kabupaten Toli-Toli (78,53) per
100.000 penduduk. Umumnya menyerang pada kelompok umur 4-10 tahun. Namun kini,
paparan pada kelompok umur yang lebih tua semakin meningkat. 2,3 Penyakit demam berdarah
dengue memiliki manifestasi klinis demam tinggi selama 2-7 hari, nyeri otot, nyeri sendi dan
ruam kulit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan uji tourniquet positif. 4 Jumlah trombosit ≤100
x /L, hematokrit meningkat sebesar 20% dari nilai normal serta perubahan jumlah leukosit. 5
Peningkatan kadar hematokrit melebihi 20% batas normal akibat terjadinya kebocoran plasma. 1
Jumlah leukosit pada penderita DBD dapat mengalami perubahan mulai dari leukopenia ringan
hingga leukositosis sedang. Pada 50% kasus DBD ringan dapat ditemukan lekopenia pada
demam antara hari ke-1 sampai hari ke-3. 6 Beberapa tahapan derajat beratnya penyakit DBD,
yaitu derajat I dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif);
derajat II terapdat perdarahan spontan di kulit; derajat III yang ditandai nadi cepat dan lemah
serta penurunan tekanan nadi (Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui kemungkinan
pergeseran manifestasi laboratorium DBD khususnya pada jumlah leukosit dan hematokrit. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dan hematokrit
dengan derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue pada pasien anak di Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu.
HASIL
Distribusi karakteristik subjek berdasarkan usia, didapatkan persentase pasien yang dengan usia
kurang dari 1 tahun 5%, anak berusia 1 tahun 7%, anak berusia 2 tahun 10%, anak berusia 3
tahun 7%, anak berusia 4 tahun 9%, anak berusia 5 tahun 6%, anak berusia 6 tahun 5%, anak
berusia 7 tahun 3%, anak berusia 8 tahun 7%, anak berusia 9 tahun 4%, anak berusia 10 tahun
5%, anak berusia 11 tahun 4%, anak berusia 12 tahun 5%, anak berusia 13 tahun % dan
persentase anak berusia 14 tahun 1%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa usia terbanyak
penderita DBD berada pada usia 2 tahun. Analisis data univariat yang diperoleh berdasarkan data
rekam medik berupa perbandingan dari jumlah leukosit pada pasien demam berdarah dengue
anak.
Berdasarkan dari tersebut, diperoleh bahwa nilai rata-rata leukosit pada pasien anak yang
menderita demam berdarah dengue dengan jumlah 10x109/L berjumlah 18 pasien. Dari gambar
dapat diketahui bahwa pasien terbanyak menderita DBD memiliki jumlah leukosit normal yaitu
4-10x109/L. Nilai rata-rata jumlah hematokrit pada pasien demam berdarah dengue anak dengan
jenis kelamin perempuan . Jumlah Hematokrit Perempuan Berdasarkan data penelitian, diperoleh
bahwa nilai rata- rata jumlah hematokrit perempuan dengan jumlah hematokrit dibawah normal
(47%) berjumlah 4 pasien.dapat diketahui bahwa pasien memiliki jumlah hematokrit terbanyak
pada jumlah hematokrit 35-47%. Ketetapan nilai normal jumlah hematokrit di Rumah Sakit
Umum Anutapura pada pasien perempuan sendiri yaitu 35-47%. Kemudian, nilai rata-rata
jumlah hematokrit pada pasien demam berdarah dengue berjenis kelamin laki-laki dapat dilihat
pada gambar 3. Berdasarkan data penelitian, diperoleh bahwa nilai rata- rata jumlah hematokrit
laki-laki dengan jumlah hematokrit dibawah normal (52%).
di Rumah Sakit Umum Anutapura pada pasien laki-laki sendiri yaitu 42-52%. Analisis data
bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dan
hematokrit terhadap derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue pada pasien anak di
RSU. Anutapura. Sebelum menentukan uji statistik yang akan digunakan, dilakukan uji
normalitas terlebih dahulu, dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji
KolmorgorovSmirnov. Kemudian uji statisik yang digunakan berdasarkan hasil dari uji
normalitas yaitu uji korelasi Spearman. Dari hasil perhitungan uji terebut, didapatkan hasil yang
tertera pada Tabel berikut. Tabel 1. Hubungan antara Jumlah Leukosit dan Hematokrit dengan
Derajat Beratnya Penyakit DBD pada Pasien Anak di RSU. Anutapura Periode Januari 2014-
Maret 2015 Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai p pada hubungan jumlah leukosit dan derajat
berat DBD adalah 0,775 yang artinya tidak terdapat korelasi antara jumlah leukosit dengan
derajat beratnya penyakit DBD pasien anak di RSU. Anutapura Periode Januari 2014-Maret
2015. Nilai koefisien korelasi (r) Spearman pada analisis data pada penelitian adalah sebesar
0,032 yang berarti korelasinya lemah. Arah korelasi yang didapatkan adalah positif yang
memiliki makna semakin tinggi jumlah leukosit seorang penderita DBD maka semakin tinggi
pula derajat beratnya penyakit. Sedangkan pada perhitungan untuk jumlah hematokrit dan derajat
berat DBD didapatkan nilai p adalah 0,052 yang artinya tidak terdapat hubungan antara jumlah
hematokrit dengan derajat beratnya penyakit DBD pada pasien anak di RSU. Anutapura Periode
Januari 2014- Maret 2015. Nilai koefisien relasi (r) Spearman pada analisis data penelitian ini
adalah 0,214 yang berarti korelasinya lemah. Arah korelasi yang didapatkan adalah positif yang
memiliki makna...
semakin tinggi jumlah hematokrit seorang penderita DBD maka semakin tinggi pula derajat
beratnya penyakitnya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, untuk hubungan jumlah leukosit dengan derajat beratnya
DBD pada pasien Anak didapatkan nilai p sebesar 0,775 yang artinya tidak terdapat korelasi
antara jumlah leukosit dengan derajat beratnya penyakit DBD pasien anak di RSU. Anutapura
Periode Januari 2014-Maret 2015 nilai koefisien korelasi (r) adalah sebesar 0,032 yang berarti
korelasinya lemah. Namun, penurunan leukosit tetap terjadi pada penderita DBD tersebut. Pada
penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis sedang. Leukopenia dapat
terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50% kasus DBD ringan. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh adanya degenerasi sel Polimorfonuklear (PMN) yang matur dan pembentukan
sel PMN muda. Pada saat demam, mulai terjadi pengurangan jumlah leukosit dan netrofil disertai
limfositosis relatif. Leukopenia mencapai puncaknya sesaat sebelum demam turun dan normal
kembali pada 2-3 hari setelah defervescence (demam turun). 9,10 Pada saat virus masuk kedalam
tubuh, maka sistem imun dalam hal ini monosit dan makrofag berfungsi dalam proses
fagositosis. Hal ini dapat terjadi karena adanya opsonisasi antigen oleh antibodi. 8 Proses ini
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag. Sitokin tersebut
diantaranya ialah TNF-α, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang menyebabkan terjadinya disfungsi
sel endotel pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya kebocoran plasma. Selain itu kompleks
antigen antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen (C3 dan C5) yang menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh komplek virus
antibodi mengakibatkan peningkatan permeabilitas plasma dinding pembuluh darah dan
perembesan plasma hal ini yang berperan terjadinya syok. 9 Pada perhitungan untuk jumlah
hematokrit dan derajat berat DBD didapatkan nilai p adalah 0,052 yang artinya tidak terdapat
hubungan antara jumlah hematokrit dengan derajat Hubungan antara Jumlah Leukosit dan
Hematokrit ...
beratnya penyakit DBD pada pasien anak di RSU. Anutapura Periode Januari 2014- Maret 2015.
Nilai koefisien relasi (r) Spearman pada analisis data penelitian ini adalah 0,214 yang berarti
korelasinya lemah. Arah korelasi yang didapatkan adalah positif yang memiliki makna semakin
tinggi jumlah hematokrit seorang penderita DBD maka semakin tinggi pula derajat beratnya
penyakitnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2008), yang
menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar hematokrit diawal dengan
derajat beratnya penyakit DBD. Kadar hematokrit awal tidak berhubungan dengan derajat klinis
DBD hal ini dikarenakan faktor awal yang lebih mendominasi pada patogenesis sehingga kadar
hematokrit tidak bisa menjadi prediktor dalam penegakkan derajat klinis DBD meskipun ketika
terjadi SSD kemudian dilakukan pengukuran kadar hematokrit puncak, hal ini berhubungan,
akan tetapi cakupan penelitian tersebut memerlukan penelitian lebih lanjut.11 Peningkatan nilai
hematokrit pada penderita DBD menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi
merupakan indikator yang peka akan terjadinya kebocoran plasma, sehingga pada pasien DBD
perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Hemokonsentrasi dengan peningkatan
hematokrit ≥20% menunjukkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. 12
Nilai hematokrit biasanya mulai mengalami peningkatan pada hari ke-3, hal ini diakibatkan
karena kebocoran plasma ke ruang ekstravakuler. Kebocoran plasma akan mengakibatkan
terjadinya syok hipovolemik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan
antara jumlah leukosit dan hematokrit dengan derajat beratnya penyakit DBD pada pasien anak
di RSU. Anutapura pada periode Januari 2014- Maret 2015. Disarankan bagi Rumah Sakit untuk
turut mengawasi tatalaksana demam berdarah dengue pada pasien anak serta menerapkan
klasifikasi baru untuk derajat beratnya penyakit DBD.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 2009. Dengue hemorrhagic fever, Diagnosis: treatment,
prevention and control. 2nd ed. Geneva : WHO.
2. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah. Palu : Surdatin.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Tendean, M. 2009. Demam Berdarah Masalah Dengue di Indonesia. Jakarta: FK Ukrida.
Jakarta.
5. Chandra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator, 2 (2), pp. 110-119.
6. Guglani, L & Kabra, SK. 2005. T cell immunopathogenesis of dengue Virus Infection.
Dengue Bulletin, Vol. 29, pp. 58-69.
7. Profil Kesehatan Rumah Sakit Umum Anutapura. 2015. Profil Kesehatan Rumah Sakit Umum
Anutapura. Palu: Rekam Medik.
8. Nusa, KC., Mantik, MFJ., Rampengan, N. 2015. Hubungan Ratio Neutrofil dan Limfosit pada
Penderita Penyakit Infeksi Virus Dengue. Jurnal e-Clinic; 3 (1), pp. 210-216.
9. Suhendro., Nainggolan, L., Chen, K., Pohan, HT,.. Demam berdarah dengue. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid 3. 4th ed. Jakarta Pusat: Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006..
10. Risniati, Y., Tarigan, LH., Tjitra, E. 2011. Leukopenia Sebagai Prediktor Terjadinya Sindrom
Syok Dengue Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue di RSPI. Prof. dr. Sulianti Saroso.
Media Litbang Kesehatan. 21(3) pp. 96-100.
11. Hadinegoro, SRH., Soegijanto, S., Wuryadi, S., Suroso, T. 2006. Tatalaksana demam
berdarah dengue di Indonesia. 4th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
12. Jaya, I. 2008. Hubungan Kadar Hematokrit Awal dengan Derajat Klinis DBD. KTI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.pp.1-46.
13. Hapsari, MM., Kusumawati, NRD., Sareharto, TP. 2010. Update demam berdarah dengue
pada anak. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro SMF Kesehatan Anak RSUP Dr.Karyadi.

Anda mungkin juga menyukai