Anda di halaman 1dari 7

NAMA :DITA RISKA EVRIANTI ARDIMAN

NIM:70400119034

A. Perubahan Fisiologis pada masa nifas


Perubahan – perubahan yang terjadi yaitu :
1. Involusi TFU Berat Diameter Keadaan
Uterus Bekas Cervix
Melekat
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembik
plasenta lahir

1 minggu Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat


pusat dilalui 2
symphisis jari
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat
dimasuki 1
jari
6 minggu Sebesar hamil 50 gr 2,5 cm
2 minggu
Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
Macam-macam Lochia :
1) Lochia Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban , sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari post partum.
2) Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari 3-7 post partum.

1
3) Lochia Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada
hari ke 7-14 post partum.
4) Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochiastasis: Lochia tidak lancar keluarnya. (Mochtar, 1998 :
116)
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, Perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Setelah kelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan
progesterone menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI
dimulai.

2
ASI yang alkan pertama muncul pada awal nifas adalah
ASI kolostrum yang sudah terbentuk dalam tubuh ibu pada usia
kehamilan + 12 minggu.
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan
hormone prolaktin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada
hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.
2. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang
bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah
sel darah merah dan haemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulansi dini.
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II
persalinan. Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai
48 jam post partum, ini umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan
stroke volume akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi

3
terlihat selama waktu ini. Cardiac output akan kembali ke keadaan
semula seperti sebelum hamil dalam 2 – 3 minggu.
4. Sistem Gastrointestinal / Pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas,
dikarenakan kurangnya makanan berserat selama proses persalinana
dan adanya rasa takut dari ibu karena perineum sakit, terutama jika
terdapat luka perineum. Namaun kebanyakan kasus sembuh secara
spontan, dengan adanya ambulasi dini dan dengan mengonsumsi
makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil
per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi dalam 3 hari
post partum.
Kerapkali dibutuhkan 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan,
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong
jika sebelum melahirkan diberikan enema.
5. sistem Hematologi
a. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
b. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih
sebanyak 15.000 selama persalinan dan tetap tinggi dalam
beberapa postpartum. Jumlah sel darah putih normal rata – rata
pada wanita hamil kira – kira 12000/mm 3. Selama 10 – 12 hari
setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000 – 25000/mm 3.
Sel darah putih, bersama dengan peningkatan normal pada kadar
sedimen eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi
infeksi akut pada waktu ini.

4
c. Factor pembekuan, yakni suatu aktivasi factor pembekuan darah
terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak
adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya
tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.

6. Sistem Endokrin
a. Hormon placenta
Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post
partum.
b. Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang
tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH
dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( minggu
ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di
pengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini
bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
progesteron.
d. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
e. Sistem Muskuloskeletal

5
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam post partum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi.
Tulang – tulang sendi dan ikatan – ikatan sendi saat kehamilan
secara gradual kembali ke posisi normal selama 3 bulan. Otot –
otot prut dan dasar panggul secara gradual juga kembali seperti
semula melalui pelatihan pasca melahirkan.
f. Sistem integument
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
B. Involusi dan Subinvolusi masa nifas
a. Involusi
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ
setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan
uterus setelah melahirkan. Involusi uteri adalah mengecilnya kembali
rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.
1) Ischemia pada myometrium disebut juga local ischemia yaitu
kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya
karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut di
atas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke
uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
2) Autolysis adalah penghancuran jaringan otot uterus yang tumbuh
karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar
menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan
semula.
3) Aktifitas otot-otot adalah adanya retraksi dan kontraksi dari otot-
otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh

6
darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus
menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam
uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan otot tersebut menjadi
lebih kecil.
b. Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran
yang reproduktif. Subinvolusi dapat terjadi pada:
1) Subinvolusi uterus
2) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
3) Subinvolusi tempat plasenta
4) Subinvolusi ligament
5) Subinvolusi serviks
6) Subinvolusi lochea
7) Subinvolusi vulva dan vagina
DAFTAR PUSTAKA:
Masiroh, S. (2013). Keperawatan Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta :
Imperium
Walyani, E dan Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta : Pustakabarupress
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2016/09/makalah-fisiologi-
nifas.html
http://qonitafatma18.blogspot.co.id/2015/04/fisiologi-nifas-mata-kuliah-
biologi.html

Anda mungkin juga menyukai