Anda di halaman 1dari 22

ILMU DASAR KEPERAWATAN 2

BIOAKUSTIK
DOSEN PENGAMPU : Ns. ANDIKA SULISTIAWAN.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
CIKA OKTAVIA G1B119001
MAOLIA JUNIANA G1B119004
MUTIARA PRASANI G1B119006
ELZA HILMY F G1B119004
EVA DAYA NABABAN G1B119025
ANGGRAINI GITA RAHAYU G1B119027
SYAFRIL MANURUNG G1B119052
YAYU ANGGRIANI G1B119053
ADEK PUTRI G1B119054
MUTIA SALSA BILLA G1B119059
INDAH AGUSTIANI G1B119085

ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Bioakustik blok
Ilmu Dasar Keperawatan II.

Penyusunan Makalah bioakustik ini merupakan salah satu metode


pembelajaran pada mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moral dan materil. Ucapan terimakasih
tersebut ditujukan kepada:

1. Bapak Ns. Andika Sulistiawan, M.Kep selaku dosen pengampu Ilmu


Dasar Keperawatan II.
2. Rekan-rekan kelompok 1 Ilmu Dasar Keperawatan II.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua
pihak untuk perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membaca dan bagi pengembangan Ilmu Keperawatan.

Jambi, 22 April 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i


Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................3
Bab II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
2.1 Pengertian Bioakustik .........................................................................4
2.2 Pengertian bunyi dan jenis-jenis bunyi................................................4
2.3 Gelombang Bunyi................................................................................5
2.3.1 Definisi ..........................................................................................5
2.3.2 Sifat ..............................................................................................5
2.3.3 Kecepatan ....................................................................................6
2.4 Sumber Bunyi......................................................................................7
2.5 Intensitas Bunyi...................................................................................8
2.6 Azas Doppler ......................................................................................8
2.7 Pengertian bising ................................................................................9
2.8 Jenis-jenis kebisingan .........................................................................9
2.9 Skala intensitas kebisingan .................................................................10
2.10 Pengertian Vibrasi............................................................................. 11
2.11Anatomi dan fisiologi alat pendengaran ............................................12
2.12 Proses pendengaran ..........................................................................12
2.13 Jenis-jenis gangguan pendengaran ...................................................13
2.14 Konsep Ultrasonik dalam dunia kesehatan .......................................15
Bab III PENUTUP...........................................................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................17
3.2 Saran ..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas,zat cair atau zat padat yang
merambat ke depan dengan kecepatan tertentu dapat menimbulkan gekombang
bunyi. Gelombang bunyi inilah merupakan vibrasi getaran dari molekul zat dan
saling beradu satu sama lain namun zat tersebut terkoordinasi menghasilkan
gelombang. Gelombang bunyi ini juga dapat menjalar secara transversal dan
longitudinal.
Bising dapat diartikan sebagai bunyi yang berasal dari bunyi atau suara
buatan manusia,serta untuk menilai bising sangatlah efektif
Bunyi berhubungan dengan indera pendengaran yaitu fisiologi telinga. Telinga
berfungsi untuk mengubah energi getaran dari gelombang menjadi sinyal listrik
yang dibawa ke otak melalui syaraf.
Dalam kesehatan terdapat pemanfaatan bioakustik,salah satu contoh
pemanfaatannya yaitu gelombang ultrasonik yang digunakan untuk mencitrakan
organ internal dan otot,ukuran,struktur dan berguna untuk memeriksa organ.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang diatas:

1. Apa pengertian bioakustik?


2. Apa pengertian bunyi?
3. Apa saja yang termasuk jenis-jenis bunyi?
4. Apa pengertian dari gelombang bunyi?
5. Bagaimana sifat dan kecepatan gelombang bunyi?
6. Apa saja sumber bunyi?
7. Bagaimana intensitas bunyi?
8. Apa itu azaz doppler?

1
9. Apa pengertian dari bising?
10. Apa saja jenis-jenis kebisingan?
11. Bagaimana skala intensitas kebisingan?
12. Apa pengertian dari vibrasi?
13. Bagaimana anatomi dan fisiologi alat pendengaran?
14. Bagaimana proses pendengaran?
15. Apa saja jenis-jenis gangguan pendengaran?
16. Bagaimana konsep ultrasoniik dalam dunia kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mempelajari terkait materi bioakustik,mahasiswa dapat memahami
dan mengerti tentang bioakustik dan mampu menerapkan kedalam keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian bioakustik
2. Untuk mengetahui pengertian bunyi
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk jenis-jenis bunyi
4. Untuk mengetahui pengertian dari gelombang bunyi
5. Untuk mengetahui sifat dan kecepatan gelombang bunyi
6. Untuk mengetahui sumber bunyi
7. Untuk mengetahui intensitas bunyi
8. Untuk mengetahui itu azaz doppler
9. Untuk mengetahui pengertian dari bising
10. Untuk mengetahui jenis-jenis kebisingan
11. Untuk mengetahui skala intensitas kebisingan
12. Untuk mengetahui pengertian dari vibrasi
13. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat pendengaran
14. Untuk mengetahui proses pendengaran
15. Untuk mengetahui jenis-jenis gangguan pendengaran
16. Untuk mengetahui konsep ultrasoniik dalam dunia kesehatan

2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bioakustik dalam
keperawatan.
1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca
Sebagai sumber bacaan bagi pembaca untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai bioakustik dalam keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioakustik


Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi.
Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk
hidup,termasuk manusia.
Bioakustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara yang
diproduksi oleh binatang, manusia maupun benda lainnya

2.2 Pengertian bunyi dan jenis-jenis bunyi


a. Pengertian Bunyi
Bunyi merupakan getaran yang menimbulkan gelombang
longitudinal yang merambat melalui medium perambatannya (zat cair, zat
padat, dan udara) sehingga dapat didengar.
b. Klasifikasi Jenis-Jenis Bunyi
Adapun macam-macam jenis bunyi berdasarkan frekuensinya,
yaitu:
1. Bunyi Ultrasonik
Bunyi ultrasonik adalah bunyi yang memiliki frekuensi di atas
20.000 Hz. Bunyi ini tidak bisa didengar manusia dan hanya bisa
didengar oleh hewan tertentu seperti kelelawar dan lumba-lumba. Jenis
bunyi ini sering dimanfaatkan manusia untuk berbagai hal, seperti
pengukuran kedalaman laut dan pemeriksaan USG pada bidang
kesehatan.
2. Bunyi Audiosonik
Bunyi Audiosonik adalah bunyi yang memiliki frekuensi antara 20-
20.000 Hz. Bunyi Audiosonik merupakan bunyi yang bisa di dengar
manusia dan makhluk hidup lainnya.

4
3. Bunyi Infrasonik
Bunyi infrasonik adalah bunyi yang memiliki frekuensi di bawah
20 Hz. Bunyi ini tidak bisa didengar manusia, hewan yang memiliki
kemampuan mendengar bunyi ini diantaranya anjing, laba-laba, dan
jangkrik.

2.3 Gelombang Bunyi


2.3.1 Definisi
Bunyi merupakan getaran yang menimbulkan gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium perambatannya (zat cair, zat padat, dan
udara) sehingga dapat didengar. (Fisika, 2006 : 41).
Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-
molekul zat dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut
terkoordinasi menghasikan gelombang serta mentransmisikan energi tanpa
disertai perpindahan partikel. (Fisika Kedokteran, 1996 : 65)
2.3.2 Sifat
Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan, dan diserap
benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh manusia (dinding) maka
bagian dari gelombang akan dipantulkan dan bagian lain akan diteruskan ke
dalam tubuh. Penyerapan energi bunyi ini akan mengakibatkan
berkurangnya amplitudo gelombang bunyi.
Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan dalam
rumus:

A = A-αx
Keterangan :

A   = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal X cm

Ao = amplitudo bunyi mula-mula

α    = koefisien adsorpsi jaringan (cm-1)

5
x    = tebal jaringan (cm)

Dengan mempergunakan rumus tersebut dapat menghitung nilai


adsopsi jaringan terhadap gelombang bunyi.

Berikut tabel koefisien adsorpsi jaringan dan nilai paruh ketebalan


jaringan.

Bahan Frekuensi Α (cm-1) Nilai paruh ketebalan


jaringan (cm)
Otot 1 0,13 2,7
Lemak 0,8 0,05 6,9
Otak 1 0,11 1,2
Tulang 0,6 0,4 6,95
Air 1 2,5 x 10-4 14 103

2.3.3 Kecepatan
Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada zat
padat, zat cair dan gas yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu.
Gelombang bunyi ini menjalar secara longitudinal, lain dengan cahaya yang
menjalar secara transversal.
Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka
akan terjadi suatu peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada tekanan
atmosfer, peningkatan tekanan ini disebut kompresi sedangkan penurunan
tekanan disebut rarefaksi (peregangan).
Bunyi mempunyai hubungan antara frekuensi vibrasi (f) bunyi,
panjang gelombang (γ) dan kecepatan (v), secara sistematis hubungan itu
dapat dinyatakan dalam rumus.

f=v∙λ
Keterangan :

f  = frekuensi

v = kecepatan

λ = panjang gelombang

6
Kecepatan bunyi berbeda-beda dalam melewati berbagai medium.
Berikut tabel perbedaannya.

Temperatu Material Masa Jenis Kecepatan Z ( = )


r Kg/m3 (v) Kg/m2s
cm/s
o
20  C Udara 1,29 331 430
0o C CO2 1,98 258 430
0o C H2 8,99 x 10-2 1.270 430
20o C Alkohol 791 1.210 430
20o C Air 1.000 1.480 430
20o C Besi 7.900 5.130 430
37o C Darah 1.056 1.570 430
20o C Otak 1.020 1.530 1,56 x 106
20o C Otot 1.040 1.580 1,64 x 106
20o C Lemak 920 1.450 1,33 x 106
20o C Tulang 1.900 4.040 7,68 x 106

Gelombang bunyi dibawa oleh zat padat, cair,  dan gas. Pada
umumnya, makin keras zat, makin cepat gelombang bunyi merambat. Hal ini
masuk akal, karena kekerasan zat menyatakan secara tidak langsung bahwa
partikel-partikel tergandeng secara kuat sehingga lebih responsif terhadap
gerak partikel lainnya.

2.4 Sumber Bunyi


Bunyi adalah energi yang dihasilkan dari suatu getaran yang merambat
melaui zat perantara. Bunyi dapat didefinisikan sebagai gelombang
longitudinal yang dapat berjalan melalui zat padat, cair dan gas karena
membentuk pola rapatan dan renggangan. Pola renggangan dibentuk oleh
partikel zat perantara serta ditimbulkan dari sumber bunyi yang mengalami
getaran.
Sebagian besar suara adalah gabungan dari banyak sinyal, tetapi suara
murni dapat dijelaskan secara teoritis dengan kecepatan osilasi atau frekunsi
yang di ukur dalam satuan Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi
dengan pengukuran dalam desibel (db).

7
2.5 Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi ialah daya bunyi yang dipindahkan setiap satuan luas.
Karena energi setian satuan waktu kita ketahui sebagai pengertian daya, maka
intensitas dapat ditentukan dengan persamaan
P
I=
A
Dengan: P= daya bunyi (watt)

A= Luas bidang (m²)

I= Intensitas bunyi (watt/m²)

Energi bunyi dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan sama


besar, sehingga luas yang di jangkau sama dengan luas permukaan bola.
Intensitas bunyi yang terdengar di suatu tempat berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya dan sebanding dengan dayanya.
Intensitas ambang pendengaran (Io) merupakan intensitas bunyi paling
rendah yang masih terdengar oleh telinga manusia. Sedangkan intensitas
ambang perasaan adalah intensitas bunyi yang masih terdengar oelh telinga
manusia tanpa menyebabkan sakit telinga.

2.6 Azas Doppler


Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi
yang didengar akibat perubahan gerak antara pendengar dan sumber bunyi.
Pada tahun 1800, Christian Johann Doppler mengemukakan Efek Doppler ini
berlaku secara umun pada gelombang.
Efek Doppler ini dipergunakan untuk mengukur bergeraknya zat cair
di dalam tubuh misalnya darah. Berkas ultrasonik/bunyi ultra yang mengenai
darah (darah bergerak menjauhi bunyi) darah akan memantulkan bunyi ekho
dan diterima oleh detektor.

8
2.7 Pengertian bising
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No 48. tahun
1996).
Menurut Suma’mur (2009), bunyi atau suara didengar sebagai
rangsangan pada sel saraf pendengaran dalam telinga oleh gelombang
longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan
gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya,
dan mana kala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena
mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan, maka
bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan.
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada
yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dangan gaguan pendengaran seperti
komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa
kerja, kelelahan dan stres.

2.8 Jenis-jenis kebisingan


Menurut Buchari (2007), kebisingan dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a. Kebisingan yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang luas,
misalnya mesin-mesin, dapur pijar, dan lain-lain.
b. Kebisingan yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit,
misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten/ interuted noise) adalah
kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian melemah secara
perlahan-lahan, misalnya lalu-lintas, suara kapal terbang di lapangan
udara.

9
d. Kebisingan impulsive. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan
suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya
mengejutkan pendengarnya.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas:

a. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu


keras, misalnya mendengkur.
b. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini
akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja, karena
teriakan isyarat atau tanda bahaya tenggelam dari bising dari sumber
lain.
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise), adalah bunyi yang
melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak/menurunkan fungsi
pendengaran.

2.9 Skala intensitas kebisingan


Intensitas kebisingan (bunyi) adalah arus energi per satuan luas yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB), dengan membandingkannya dengan
kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi
1000 Hz yang tepat dapat di dengar oleh manusia normal.
Desibel adalah satu per sepuluh bel, sebuah satuan yang dinamakan untuk
menghormati Alexander Graham Bell. Satuan bel terlalu besar untuk
digunakan dalam kebanyakan keperluan, maka digunakan satuan desibel yang
disingkat dB. Tabel 1 menunjukkan skala intensitas kebisingan yang
dikelompokkan berdasarkan sumber kebisingan.
Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya
Skala Intensitas (dB) Sumber Kebisingan

Kerusakan alat 120 Batas dengar tertinggi


pendengaran

Menyebabkan tuli 100 - 110 Halilintar, meriam, mesin

10
uap
Sangat hiruk 80 - 90 Hiruk pikuk jalan raya,
perusahaan sangat gaduh,
peluit polisi

Kuat 60 - 70 Kantor bising, jalanan


pada umumnya, radio,
perusahaan
Sedang 40 - 50 Rumah gaduh, kantor
pada
umumnya, percakapan
kuat, radio perlahan
Tenang 20 - 30 Rumah tenang, kantor
perorangan, Auditorium,
percakapan
Sangat tenang 10 - 20 Suara daun berbisik
(batas pendengaran
terendah)
Sumber : Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), 2005

2.10 Pengertian Vibrasi


Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear(atas-bawah), maju-
mundur, kanan-kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap
suatu titik. Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan
antar bagian mesin atau putaran mesin. Sumber pemaparan biasanya berasal
dari peralatan kerja, mesin kendaraan (forklift), mesin gergaji, mesin bor,
gerinda dan lain-lain. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan dan mesin
yang bergetar dapat memapari tubuh tenaga kerja. Getaran ini akan menjalar
pada bagian tubuh yang terpapar, sehingga bagian tubuh yang terpapar
getaran dapat ikut bergetar. Menurut T Matoba (1982) lamanya waktu
pemajanan perhari dapat meningkatkan keparahan gejala yang diderita
pekerja akibat terpapar getaran.

2.11 Anatomi dan fisiologi alat pendengaran


Telinga dibagi 3 bagian, yaitu:

a. Telinga luar (auris eksterna)

11
1. Aurikulum (daun telinga) : dibentuk oleh tulang rawan dan oto serta
ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulan rawan berbentuk
corong yang melekat erat dengan menangkap gelombang suara dan
meneruskannya ke MAE
2. Meatus akustikus eksternus ( liang telinga) : meneruskan gelombang
suara ke membrane timpani
3. Membran timpani : untuk proses resonansi

b. Telinga tengah (auris media)


1. Kavum timpani : tempat tulang-tulang pendengaran berada
2. Tuba Eustachius : saluran yang menghubungkan antara telinga tengah
dengan telinga dalam
3. Antrum & sel-sel mastoid

c. Telinga dalam (auris interna atau labirin)


1. Koklea (organ auditivus) : untuk keseimbanganmerupakan tabung
berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya. mirip kerucut
dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di
sebutmediolus
2. Labirin vestibuler (organ vestibuler /status) : untuk keseimbangan

2.12 Proses pendengaran


Suara yang didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal
akustik yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf
pendengaran ke otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ
pendengaran manusia yakni telinga.
Telinga terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga bagian luar, telinga
bagian tengah dan telinga bagian dalam. Setiap bagian telinga bekerja dengan
tugas khusus untuk mendeteksi dan menginterpretasikan bunyi. Telinga
bagian luar fungsi utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan

12
suara menuju meatus akustikus eksterna. Telinga bagian tengah terdiri dari 3
buah tulang (ossicle) yang akan mengamplifikasikan tekanan 20 kali dari
gelombang suara untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea.
Pada telinga bagian dalam terdapat koklea, membran basilaris
membentuk dasar duktus koklear. Membran basilaris ini sangat penting
karena di dalamnya terdapat organ korti yang merupakan organ perasa
pendengaran. Organ corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh
panjangnya, mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara. Sel
rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut permukaannya mengalami
perubahan bentuk secara mekanik akibat gerakan cairan di telinga dalam.
Resonansi frekuensi tinggi dari membran basilaris terjadi dekat basis, tempat
gelombang suara memasuki koklea melalui jendela oval dan resonansi
frekuensi rendah terjadi dekat apeks. Sel rambut dalam yang mengubah gaya
mekanik suara (getaran cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran
(potensial aksi yang menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebri).

2.13.................................................................................................................
Jenis-jenis gangguan pendengaran
a. Gangguan Pendengaran Konduktif
Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah
terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran
konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan
atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel.
Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif
bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung
pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut.  Gangguan
pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau
implan telinga tengah.
b. Gangguan Pendengaran Sensori neural
Gangguan pendengaran sensori neural disebabkan oleh hilangnya
atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya

13
bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensori neural, yang disebut
juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.
Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi
dengan alat bantu dengar atau implant telinga tengah. Sedangkan implant
rumah siput sering kali merupakan solusi atas gangguan pendengaran
berat atau parah.
Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensori neural
hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian.
Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada
bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk
memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik
gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani
kejadian seperti ini.

c. Gangguan Pendengaran Campuran


Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari
gangguan pendengaran sensori neural dan konduktif. Gangguan ini
disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar
atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat
bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah .

d. Gangguan Pendengaran Saraf


Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf
pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf.
Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen.
Alat bantu dengar dan implant rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini
Karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi keotak.
Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat
menjadi pilihan pengobatan.

2.14 Konsep Ultrasonik dalam dunia kesehatan

14
Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi
untuk bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 kiloHertz.
Hanya beberapa hewan, seperti lumba-lumba menggunakannya
untukkomunikasi,sedangkan kelelawar menggunakan gelombang ultrasonik
untuk navigasi. Dalam hal ini, gelombang ultrasonik merupakan gelombang
ultra (diatas) frekuensi gelombang suara(sonik). Gelombang ultrasonik dapat
merambat dalam medium padat, cair dan gas.
Reflektivitas dari gelombang ultrasonik ini di permukaan cairan hampir
sama dengan permukaan padat, tapi pada tekstil dan busa, maka jenis
gelombang ini akan diserap. Frekuensi yang diasosiasikan dengan gelombang
ultrasonik pada aplikasi elektronik dihasilkan oleh getaran elastis dari sebuah
kristal kuarsa yang diinduksikan oleh resonans dengan suatu medan listrik
bolak-balik yang dipakaikan (efek piezoelektrik). Kadang gelombang
ultrasonik menjadi tidak periodik yang disebut derau (noise), dimana dapat
dinyatakan sebagai superposisi gelombanggelombang periodik, tetapi
banyaknya komponen adalah sangat besar. Kelebihan gelombang ultrasonik
yang tidak dapat didengar, bersifat langsung dan mudah difokuskan. Jarak
suatu benda yang memanfaatkan delay gelombang pantul dan gelombang
datang seperti pada sistem radar dan deteksi gerakan oleh sensor pada robot
atau hewan.
Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembangan
teknologi untuk meningkatkanefisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan.
Salah satu contoh pengaplikasian duniaIT di dunia kesehatan adalah
penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakanaplikasi komputer,
salah satunya adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam
dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu
gelombang suara yang memiliki frekuensi yangtinggi(250 kHz – 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layarmonitor. Pada awalnya
penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombangultrasonik
kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an,prinsip
kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.

15
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat


dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan
gelombang yang merambat melalui medium padat, cair, dan udara. Berkaitan
dengan efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat gelombang bunyi
ultra maka gelombang ultrasonik dipergunakan sebagai diagnosis dan
pengobatan.

Bioakustik dalam keperawatan banyak manfaatnya baik untuk diagnosis suatu


penyakit maupun dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit akibat
kerja yang mana dapat merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan
pendengaran dan bila pemaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan
ketulian. Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap
sumbernya, perjalanannya dan penerimanya. Langkah terakhir adalah
penggunaan alat pelindung pendengaran.

3.2 Saran
a. Bagi Penulis dan Pembaca
Pentingnya penerapan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari
sehingga diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mengenai
Konsep Bioakustik dalam kehidupan sehari-hari maupun bidang keperawatan
khususnya bagi penulis maupun pembaca
b. Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber literatur dalam
proses pembelajaran bagi para mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jambi.

17
DAFTAR PUSTAKA

academia.edu
www.scribd.com

Dr.J.F.Gabriel 1988 Fisika Kedokteran.Denpasar : Penerbit Buku Kedokteran


EGC
Giancoli,Douglas C.2001.Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick.1991.Fisika Jilid 1 Terjemahan.Jakarta : Penerbit Erlangga
Tipler,P.A.1998.Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid 1 (terjemahan). Jakarta :
Penerbit Erlangga
http://eprints.ums.ac.id/18503/2/BAB_II.pdf

Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus


dalam Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC,
Jakarta

http://www.scribd.com/doc/38455457/ANATOMI-FISIOLOGI-TELINGA

http://atem.weblog.com/2008/12/Ultrasonografy-1.html

http://navy102.wordpress.com/2008/10/07/usg-ultra-sonography/

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2008/5/18/kel2.html

Sloane, Athel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta. EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50465/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=09301A0F447F49120018F590FA588262?sequence=4

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwj8odfIyvnoAhXKV
30KHV7UAQUQFjAAegQIAhAB&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id
%2Fbitstream%2F123456789%2F50465%2F4%2FChapter
%2520II.pdf&usg=AOvVaw3SxAhn0TSUCif3rXo9tjbi
Diana Puspita. Alamsekitar IPA Terpadu Jakarta.PT Lancer Citra Pustaka

Anda mungkin juga menyukai