Anda di halaman 1dari 10

Nama : Andi Uci Sucitra

Nim : 20600117059

Kelas : Dig17ital B

Latihan I

1. Proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran mikro, sesuai dengan

namanya ”micro”, yaitu disederhanakan. Penyederhanaan tersebut meliputi

dalam segala aspek atau unsur pembelajaran. Mengapa proses latihan melalui

pembelajaran mikro itu disederhanakan ... ?. Secara konkrit dalam aspek apa

saja bentuk penyederhanaan tersebut ... ?.

Jawab:

Penyederhanaan unsur pembelajaran dalam pembelajaran mikro, bertujuan

untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih mengasah

Keterampilan-keterampilan tertentu saja sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya

Ahmad mahasiswa calon guru MI, pada semester VII sudah berulang-ulang berlatih

melalui pembelajaran mikro. Yang dilatihkan setiap keterampilan dasar

mengajar, satu persatu sehingga dapat dikontrol secara cermat dan akurat.

Dengan demikian pihak-pihak yang terkait akan memperoleh gambaran

menyeluruh tingkat kemampuan Ahmad sebagai seorang calon guru dalam

penampilan mengajarnya.

Penyederhanaan proses pembelajaran meliputi seluruh komponen pembelajaran

yaitu a) tujuan, b) isi/materi, c) Metode dan media, d) evaluasi.


2. Untuk memudahkan Anda dalam memahami terhadap bentuk penyederhanaan

dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran mikro, coba Anda bandingkan

dan analisis jika proses latihan tersebut terhadap semua unsur pembelajarannya

dilakukan dalam kondisi kelas biasa (tidak disederhanakan).

Jawab:

Penyederhanaan dalam pelaksanaan pembelajaran mikro, adalah

penyederhanaan dalam setiap aspek pembelajaran tersebut. Misalnya ketika

Anda akan melatihkan keterampilan dasar mengajar, maka tidak semua

keterampilan dilatihkan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini tidak mungkin

mengingat waktu yang dipakai relatif singkat hanya berkisar antara 10 s.d 15

menit saja. Oleh karena itu mungkin yang pertama dilatihkan difokuskan pada

satu jenis keterampilan saja seperti keterampilan ”membuka” pembelajaran,

latihan berikutnya baru jenis keterampilan yang lain.

Lebih jelasnya perbandingan antara bentuk mengajar yang sebenarnya

dengan pembelajaran mikro, dapat dilihat dari perbandingan beberapa unsur

pembelajaran seperti berikut :

1) kelas sebenarnya

1 Waktu pembelajaran 35 s.d 40 menit

2 Jumlah siswa 30 s.d 35

3 Materi pembelajaran luas

4 Keterampilan mengajar terintegrasi


2) kelas micro

1. Waktu pembelajaran 10 s.d 15 menit

2. Jumlah siswa 5 s.d 10 orang

3. Materi pembelajaran dibatasi

4. Keterampilan mengajar terisolasi

Persamaannya, pembelajaran biasa dan pembelajaran mikro adalah

mengajar yang sebenarnya (real teaching), dan bukan pura-pura mengajar.

3. Untuk mengerjakan tugas atau latihan tersebut di atas, Anda harus mempelajari

kembali karaktersitik pembelajaran mikro, kemudian bandingkan bentuk

penyederhanaan dari setiap unsur pembelajaran antara pembelajaran biasa

dengan pembelajaran mikro.

Jawab:

Bentuk “penyederhanaan” dalam pembelajaran mikro tersebut, adalah

merupakan ciri khas atau karakteristik utama dari pembelajaran mikro.

Sesuai dengan sebutannya “micro” yaitu situasi dan kondisi pembelajaran yang

disederhanakan atau dirancang dalam bentuk “kecil”. Sebagai suatu pendekatan

pembelajaran, penyederhanaan melalui pembelajaran mikro ini dianggap cukup

penting, sebab seperti telah dibahas dalam alasan penyederhanaan di atas, kalau
bagian-bagian atau keterampilan dalam bentuk kecil telah dikuasai, maka akan

mempermudah penguasaan terhadap hal yang lebih luas dan komplek.

Untuk lebih jelasnya bentuk penyederhanaan dalam pembelajaran mikro

dibandingkan dengan pembelajaran biasa, dapat dilihat dalam bentuk bagan

sebagai berikut:

Dari bagan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran mikro berbeda dari segi

ukuran dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Ukuran pembelajaran mikro

nampak lebih kecil, yaitu untuk mengilustrasikan bahwa dalam pembelajaran

mikro bentuk pembelajarannya lebih disederhanakan. Akan tetapi walaupun

bentuk pembelajaran mikro bersifat


disederhanakan “micro”, tetap sebagai

bentuk pembelajaran yang sebenarnya


(real teaching), hanya saja praktek

mengajar melalui micro teaching tersebut tidak dilakukan di kelas yang

sebenarnya (not real class room teaching).

Latiha II
1. Buat kelompok belajar bersama untuk latihan terbatas pembelajaran mikro dengan anggota
antara 10 s.d 12 orang, kemudian secara bergiliran tampil melaksanakan praktek mengajar
dengan memfokuskan pada penerapan prinsip untuk membangkitkan perhatian dan motivasi,
dilanjutkan dengan penerapan prinsip memberikan balikan dan penguatan, serta penerapan
prinsip tantangan dalam pembelajaran.
2. Setelah selesai tampil kemudian lakukan diskusi untuk membahas sejauh mana setiap peserta
telah dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut secara efektif dan efisien, kemudian
kemukakan saran solusi untuk meningkatkan kemampuan menerapkan setiap prinsip tersebut
dalam pembelajaran.

Jawab: Dalam hal ini, dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang sedang bertebaran maka
dari itu untuk saat ini tidak bisa melakukan kelompok belajar bersama.

Penguatan sebelum melakukan praktik,kita harus menerapkan dan mengetahui prinsip-


prinsip pembelajaran mikro
a. Prinsip pembelajaran mikro adalah ketentuan, aturan, dalil, hukum yang menjadi acuan
atau ketentuan dalam menerapkan pembelajaran mikro agar dapat dilaksanakan secara
baik dan membawa hasil yang maksimal.
b. Prinsip pembelajaran pada garis besarnya ketentuan yang berlaku umum dalam
pembelajaran, a) prinsip umum, yakni aturan atau b) prinsip khusus yakni aturan atau
ketentuan yang khusus sesuai dengan karakteristik masing-masing model pembelajaran.
terdiri dari dua yaitu:
c. Prinsip pembelajaran umum antara lain: 1) Prinsip Perhatian dan Motivasi, 2) Aktivitas,
3) Balikan dan Penguatan, 4) Tantantangan, 5) Perbedaan Indivdiual.
d. Prinsip pembelajaran mikro antara lain: 1) Fokus pada penampilan, 2) Spesifik dan
konkrit, 3) Umpan balik, 4) Keseimbangan, 5) Ketuntasan, 6) Maju

Latihan III
1. Guru yang efektif antara lain yaitu yang mampu memerankan dirinya sebagai

pemberi inspirasi bagi siswa. Apa upya yang akan Anda lakukan dalam kegiatan

pembelajaran untuk merangsang anak belajar. Bagaimana upaya untuk

mengatasi kemungkinan terjadinya siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran

Jawab :

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa dengan lingkungan

belajar. Termasuk kedalam lingkungan belajar antara lain yaitu hubungan

antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lain, hubungan antara siswa

dengan kurikulum, media, sumber belajar, dan lain sebagainya. Oleh karena

itu karakteristk guru yang efektif, selain unsur-unsur yang telah dijelaskan

di atas, juga adalah yang mampu mendayagunakan lingkungan belajar agar

saling berinteraksi, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan untuk mewujudkan


perubahan perilaku pada siswa.

2. Menurut Anda apa yang harus dilakukan oleh organisasi profesi guru, dan

oleh guru itu sendiri dalam upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan komitemen serta
antusiasme guru terhadap profesinya

Jawab:

Pasal 40 ayat 2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan

beberapa batasan perilaku utama yang harus dimiliki oleh guru yaitu:

1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis, dan dialogis


2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan, dan

3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

3. . Untuk menjawab tugas/latihan tersebut, Anda harus mempelajari kembali

pembahasan guru yang efektif, kemudian diskusikan dengan teman-teman,

dan untuk mendapat pengalaman yang lebih konkrit coba diskusikan dengan

lembaga organisasi profesi guru untuk mengetahui jenis-jenis pembinaan yang

dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Jawab:

1. Berpartisipasi dengan siswa membentuk pengetahuannya; yang perlu

digaris bawah adalah ”berpartisipasi” artinya bukan menyampaikan, atau

memberikan pengetahuan, akan tetapi guru memainkan peran sebagai

fasilitator untuk mendorong siswa menemukan pengetahuan

2. Membuat makna; terkait dengan unsur pertama, mengajar bukan

menyampaikan agar dikuasainya sejumlah ilmu pengetahuan atau

kemampuan. Tetapi yang lebih penting adalah sejauh mana siswa menangkap

”makna” dari pengetahuan yang telah didapatkannya. Makna tersebut

terutama kaitannya dengan kemampuan menghubungkan dengan realitas

sehari-hari.
3. Memberi kejelasan; sesuatu hal yang sifatnya masih samar-samar biasanya

akan membingungkan. Bahkan sesuatu yang masih membingungkan tidak

bisa dijadikan dijadikian suatu rujukan yang valid. Oleh karena itu kaitan

dengan guru yang efektif, tentu saja adalah guru yang mampu memberikan

kejelasan, atau menjadikan sesuatu menjadi jelas bagi siswa.

4. Bersikap kritis; yaitu suatu sikap yang tidak mudah percaya dengan sesuatu

yang nampak, akan tetapi selalu bertanya, mencari dan menelusuri atas

sesuai dibalik yang nampak. Dan ini hanya akan dilakukan oleh yang biasa

mengembangkan sikap kritis. Sikap kritis yang ditunjukkan oleh guru, akan

berdampak positif juga pada kebiasaan berpikir siswa.

5. Melakukan justifikasi; yaitu masih terkait dengan pembahasan berpikir

kritis dan memberi kejelasan, yakni melalui upaya-upaya seperti itu akan

melahirkan ”keyakinan atau pembelanaran”, dan itulah yang dimaksud

dengan justifikasi yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk membuat sesuatu

menjadi benar dan memiliki keyakinan.

Sehubungan dengan belajar yang efektif adalah yang mampu mengembangkan

kemampuan berpikir, maka mengajar yang efektif tentu saja mengajar yang

dapat menjawab atau merealisasikan kemampuan berpikir bagi siswa. Dalam

hubungan ini, La Costa (1985) mengklasifikasikan mengajar berpikir kedalam

tiga jenis, yaitu:


1. Teaching of thinking; yaitu mengajar yang diorientasikan pada pembentukan mental siswa,
seperti: keterampilan berpikir kritis, kreatif, pengembangan

rasa ingin tahu dan lain sebagainya.

2. Teaching for thinking; yaitu suatu usaha penciptaan lingkungan belajar yang

kondusif dan optimal untuk memungkinkan siswa dapat mengembangkan

berpikirnya dengan kritis, kreatif, dan terpenuhinya rasa ingin tahu siswa.

3. Teaching about thinking; yaitu upaya guru untuk membantu siswa agar

menyadari terhadap proses dan hasil belajarnya (berpikirnya). Siswa

harus dibiasakan untuk menilai diri sendiri (self evaluation), mengetahui

kelebihan dan kekurangan, serta berupaya untuk lebih mengembangkan

kemampuannya

Anda mungkin juga menyukai