PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya
PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular utama, yang agak jarang
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko,
seperti faktor pejamu (host) yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK,
semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja
1
2
meningkat menjadi 8,4 juta kematian per tahun pada tahun 2030. Penyebab PPOK
lainnya adalah paparan polusi udara di dalam ruangan seperti penggunaan bahan
bakar biomassa untuk memasak dan memanaskan. Hampir 3 miliar orang di dunia
memanaskan dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, dalam hal ini polusi
udara dalam ruangan dapat meyebabkan PPOK (WHO, 2015). Di tahun 2012
lebih dari 3 juta orang meninggal disebabkan karena PPOK, yaitu sebesar 6% dari
semua kematian di seluruh dunia. Lebih dari 90% kematian akibat PPOK terjadi
yaitu; 27 % (Susenas 1995); 31,5 % (SKRT 2001); 34,4% (Susenas 2004); 34,7%
akut ditandai dengan batuk atau sesak bertambah, sputum bertambah dan sputum
berubah warna (PDPI, 2003). Penyebab utama PPOK eksaserbasi akut adalah
adanya infeksi saluran pernafasan (baik virus maupun bakteri) (GOLD, 2015).
Eksaserbasi pada pasien PPOK harus dapat dicegah dan ditangani secara
maksimal karena dapat menurunkan fungsi faal paru dan kualitas hidup pasien
Antibiotik pada PPOK hanya diberikan jika ditemukan adanya infeksi (PDPI,
2003). Menurut GOLD 2015, antibiotik hanya diberikan pada pasien yang (1)
dan salah satu dari gejala utama; (3) pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik
(GOLD, 2015). Saat ini antibiotik merupakan kelompok obat terbanyak yang
2003). Penggunaan antibiotik tanpa regimen dosis yang benar akan menimbulkan
samping obat, efektivitas obat menjadi rendah dan biaya pelayanan kesehatan
menjadi tinggi, serta akan merugikan penderita (Katzung dkk, 2011). Berbagai
studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat
resistensi bakteri terhadap antibiotik selain itu juga dapat meningkatkan biaya
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan antibiotik pada pasien PPOK rawat inap di Rumah Sakit
metode Gyssens?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
outcome penggunaan antibiotik pasien PPOK rawat inap di Rumah Sakit PKU
E. Tinjauan Pustaka
a. Definisi PPOK
Dua kondisi utama dari PPOK adalah : (a) bronkitis kronik, sekresi mukus yang
kronis atau berulang secara berlebihan dengan batuk hampir setiap hari minimal 3
kerusakan dinding, tanpa fibrosis (Dipiro et al., 2015). PPOK disebabkan oleh
dengan kondisi sebelumnya, dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti
ditandai dengan batuk atau bertambahnya sesak, bertambahnya sputum dan terjadi
perubahan warna pada sputum (PDPI, 2003). Penyebab utama PPOK eksaserbasi
akut adalah adanya infeksi saluran pernafasan (baik virus maupun bakteri)
(GOLD, 2015).
b. Epidemiologi PPOK
ketiga dan lebih dari 11 juta orang telah didiagnosis dengan PPOK (American
Lung association, 2015). Menurut data penelitian dari Regional COPD Working
sebesar 6,3%, dengan yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura dan
5,6% atau 4,8juta kasus untuk PPOK derajat sedang sampai berat (Regional
c. Etiologi PPOK
Sebagian besar penyebab PPOK adalah merokok (asap rokok), karena hampir
Penyebab utama eksaserbasi antara lain adalah bakteri dan virus, populasi
udara, cuaca dingin dan putus obat. Sebanyak 50% pasien memiliki jumlah
bakteri patogen yang banyak pada saluran napas bawah selama eksaserbasi
(Babar, 2003).
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat irreversible dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos merupakan penyebabutama obstruksi jalan
berbagai bagian paru. Sel inflamasi yang teraktifkan ini akan melepaskan berbagai
memperlama inflamasi neutrofilik. Disamping inflamasi, ada dua proses lain yang
cukup penting dalam patogenesis PPOK, yaitu ketidak seimbangan proteinase dan
disebabkan oleh paparan partikel dan gas berbahaya yang terhirup. Asap rokok
dapat memicu inflamasi dan secara langsung merusak paru-paru (Ikawati, 2007).
memasak.
Indonesia.
Selama masa anak-anak dan masa kehamilan ada beberapa faktor lain yang
memiliki efek pada paru-paru seperti berat badan lahir rendah, infeksi saluran
pernapasan dan lain lain. Ini menyebabkan peningkatan faktor resiko dari PPOK
(GOLD, 2015).
9
f. Klasifikasi PPOK
1) Tingkat 0 (beresiko), yaitu pasien yang memiliki satu atau lebih gejala (batuk
kronis, produksi sputum dan dispnea); pasien yang memiliki uji spirometri
2) Tingkat I (ringan), yaitu pasien yang umumnya (tapi tidak selalu) memiliki
gejala batuk kronis dan produksi sputum; dan pasien yang memiliki nilai
4) Tingkat III (berat), yaitu pasien yang mengalami eksaserbasi berulang dan
FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1< 50%. Pada tingkat ini pasien sudah mulai
penyakit.
5) Tingkat IV (sangat berat), yaitu pasien yang memiliki nilai FEV1/FVC < 70%,
FEV1< 30% atau < 50% plus kegagalan respirasi kronis. Pasien bisa
mengalami kegagalan pernafasan atau gagal jantung kanan. Pada tingkat ini
10
(GOLD, 2005)
dilakukan uji dengan spirometri. Test sebaiknya dilakukan pada saat pasien dalam
kondisi stabil dan bebas infeksi. Pasien tidak boleh menggunakan bronkodilator
aksi pendek dalam waktu 6 jam sebelum test atau beta-agonis aksi panjang 12 jam
sebelum test atau teofilin lepas lambat 24 jam sebelum test dilakukan. FEV1 harus
diukur sebelum pemberian bronkodilator. FEV1 diukur lagi 30-45 menit setelah
Untuk penilaian dari derajat limitasi saluran napas dibagi menjadi 4, yaitu :
(GOLD, 2015)
gejala pernapasan pasien dari hari ke hari dan bervariasi, sehingga mengharuskan
11
dari pembatasan aliran udara. Rawat inap untuk PPOK eksaserbasi dikaitkan
Menurut PDPI 2003, eksaserbasi akut ditandai dengan 3 gejala yaittu sesak
sputum (PDPI, 2003). Sedangkan menurut Joshi dkk. dalam jurnalnya yang
eksaserbasi akut ditandai dengan batuk yang keras, panjang dan berulang,
saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan
batuk, peningkatan mengi atau frekuensi pernapasan > 20% baseline atau
(PDPI, 2003)
Penyebab utama eksaserbasi akut adalah adanya infeksi pada saluran napas
sputum menunjukkan bakteri paling banyak yang ditemukan pada pasien PPOK
ringannya infeksi, namun pada umumnya antibiotik diberikan selama 5-10 hari
h. Terapi PPOK
Berhenti merokok adalah terapi yang paling baik dan paling disarankan untuk
pasien PPOK. Upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan adalah memberikan
konseling atau dengan memberikan terapi pengganti nikotin pada pasien yang
ringan) atau di Rumah Sakit (untuk eksaserbasi sedang dan berat). Untuk
Indikasi dilakukannya rawat inap adalah adanya eksasebasi sedang dan berat; atau
terdapat komplikasi seperti infeksi saluran napas berat, gagal napas akut, gagal
Beberapa pilihan terapi untuk eksaserbasi akut yang dapat diberikan di rumah
1) Oksigen.
3) Bronkodilator.
agonis dengan atau tanpa short acting antikolinergik (GOLD, 2015; PDPI,
2003).
4) Kortikosteroid.
menurunkan resiko kambuh awal, kegagalan terapi dan lamanya rawat inap.
5) Antibiotik.
komorbiditas dan nutrisi yang cukup. Tenaga kesehatan juga perlu memonitor
perokok aktif. Pasien rawat inap karena eksaserbasi PPOK dapt meningkatkan
2. Antibiotik
a. Definisi Antibiotik
harus mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain faktor pasien, bakteri dan
b. Klasifikasi Antibiotik
sebagai :
tertentu saja.
(Ganiswara, 1995)
bakteri secara reversibel dengan cara mengikat dan mengganggu sub unit
Golongan ini dapat mengikat sub unit ribosom 30S dan mengubah sintesis
Sebagian besar eksaserbasi akut pada PPOK disebabkan oleh infeksi, baik
virus maupun bakteri. Sebuah studi meta analisis dari 9 studi klinik menunjukkan
bahwa pasien yang menerima antibiotik mendapatkan perbaikan fungsi paru (peak
expiratory flow rate) lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menerima
(Ikawati, 2007). Pemberian antibiotik pada pasien PPOK dengan eksaserbasi akut
berikut : (1) peningkatan dyspnea (sesak napas); (2) meningkatan volume sputum;
18
terdapat pada eksaserbasi akut PPOK yang lebih kompleks, seperti pneumococci
bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Dipiro et al., 2015). Tabel II.
Tabel II. Pilihan terapi antibiotik pasien PPOK eksaserbasi (PDPI, 2011)
Antibiotik Oral Alternatif antibiotik oral Antibiotik parenteral
Group A Pasien dengan satu gejala -laktam/inh -
kardinal sebaiknya tidak laktamase (ko-amoksiklav)
mendapatkan terapi antibiotik
Makrolid (azitromisin,
Jika diindikasikan, maka dapat klaritomisin, roksitromisin)
diberikan :
-laktam (penisilin, ampisilin, Sefalosporin generasi 2 atau
amoksisilin) 3
Trimetoprim/sulfametoksazole
Group B - -laktamase Fluorokuinolon - -
(ko-amoksiklav) (gemifloksasin, laktamase (ko-
levofloksasin, amoksiklav,
moksifloksasin) ampisilin/sulbaktam)
Sefalosporin generasi 2
atau 3
Fluorokuinolon
(levofloksasin,
maksifloksasin)
Group C Pada pasien dengan resiko Fluorokuinolon
infeksi pseudomonas dapat (siprofloksasin,
diberikan fluorokuinolon levofloksasin dosis
(siprofloksasin, levofloksasin -laktam
dengan dosis tinggi) yang memiliki aktivitas
pada P. aeruginosa
atau terapi awal; (2) sebagai terapi definitif; dan (3) sebagai terapi profilaksis atau
obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat. Penggunaan antibiotik secara
2003).
standar. Sumber data yang dapat digunakan adalah rekam medis pasien dan dari
diperoleh data jenis antibiotik yang diberikan, dosis, lama penggunaan dan jumlah
alir Gyssens digunakan sebagai alat untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik
baik untuk terapi empiris maupun definitif. Ada beberapa kategori penggunaan
Kategori VI, yakni data yang tidak lengkap, sehingga tidak dapat dinilai.
antibiotik dimulai dari kotak yang paling atas, yaitu dengan melihat apakah data
Mulai
Tidak
Data lengkap VI Stop
Ya
Tidak
AB diindikasikan V Stop
Ya
Alternatif lebih Ya
IVa
efktif
Tidak
Alternatif lebih Ya
IVb
tidak toksik
Tidak
Alternatif lebih Ya
IVc
murah
Tidak
Spektrum Ya
alternatif lebih IVd
sempit
Tidak
Pemberian terlalu Tidak Pemberian terlalu Tidak Dosis Tidak
IIa
lama singkat tepat
Ya Ya Ya
IIIa IIIb Interval Tidak
IIb
tepat
Ya
Rute Tidak
IIc
tepat
Ya
Waktu Tidak
I
tepat
Ya
Tidak termasuk I-IV
F. Landasan Teori
Pasien PPOK yang mengalami eksaserbasi dan dirawat inap di rumah sakit
PPOK disebabkan oleh infeksi baik bakteri maupun virus. Menurut Dipiro et al.
(2015) terapi antibiotik untuk PPOK eksaserbasi diberikan pada pasien yang
sedikitnya mengalami dua dari tiga gejala kardinal; yakni peningkatan sesak
et al., 2015). Menurut PDPI tahun 2003 antibiotik pada pasien PPOK hanya boleh
Antibiotik yang rasional adalah antibiotik yang tepat indikasi, dosis, rute,
pengawasan. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional atau tidak sesuai dengan
antibiotik, selain itu juga dapat meningkatkan efek samping, serta dapat
Salah satu metode untuk melihat kualitas penggunaan antibiotik adalah metode
sebagai alat untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik baik empiris maupun
G. Kerangka Konsep
H. Keterangan Empiris
Penggunaan antibiotik sebagai salah satu terapi untuk penyakit karena infeksi
pasien, agar outcome terapi yang diperoleh dapat tercapai secara optimal. Terkait
antibiotik yang rasional serta mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan
akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional salah satunya adalah resistensi
penggunaan antibiotik serta outcome klinik pada pasien PPOK rawat inap di RS