MAKALAH
Disusun Oleh
Kelompok 3
3B D4 AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang Pajak Penghasilan
PPh Pasal 26, makalah ini kami buat untuk memenuhi keperluan atau tugas pada
mata kuliah Perpajakan Lanjutan. Adapun materi yang dibahas dalam makalah ini
yaitu Untuk mengetahui dan memahami Pajak Penghasilan Pasal 26.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan kami mohon
agar dapat dimaklumi. Dalam menyelesaikan makalah ini tidak luput dari bantuan
pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing serta memberi dorongan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas makalah ini dan juga kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun diri kami dan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB IV PENUTUP........................................................................................14
4.1 Kesimpulan...............................................................................................14
4.2 Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya.
Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
4
Pemahaman Wajib Pajak Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
merupakan tingkat pengetahuan dan kemampuan Wajib Pajak untuk menangkap
arti dari berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 baik secara
konten maupun administrasinya. Pemahaman Wajib Pajak atas Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menjadi jalan penyelarasan pandangan Wajib
Pajak atas kebijakan tersebut dan pada tingkat lanjut dapat meningkatkan
kontribusi dalam pertisipasi UMKM dalam perpajakan. Pengetahuan Wajib Pajak
terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 akan memberikan gambaran
rasional bagi Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban pajaknya.
Sedangkan kemampuan Wajib dalam mengintepretasikan isi Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 Pajak diharapkan dapat mendorong Wajib Pajak secara
teknis dalam memenuhi kewajiban pajaknya baik dalam menyelenggarakan
administrasinya, perhitungannya, pembayarannya, maupun pelaporannya
5
BAB III
PEMBAHASAN
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud pada
pasal 2 ayat (1) adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap.
b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)
dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
6
2. Objek PPh Pasal 26
Penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 adalah imbalan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan di Indonesia.
Jenis objek PPh pasal 26 adalah:
a. Dividen
b. Bunga termasuk prenium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang.
c. Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan.
e. Hadiah dan penghargaan.
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
g. Keuntungan sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia.
3) Penyelenggara Kegiatan
Penyelenggara kegiatan bisa berbentuk badan, orang pribadi atau kepanitiaan
yang melakukan suatu event atau kegiatan. Contoh penyelenggara kegiatan adalah
orang pribadi atau badan yang mengorganisir suatu acara seperti pertunjukkan,
perlombaan, seminar dan lain-lain.
Pengertian BUT bisa kita temukan dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-undang Pajak
Penghasilan, yaitu bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang
dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor
perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel dan lain-lain.
8
5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia.
Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT yang ada di Indonesia juga
merupakan pemotong PPh pasal 23. ContohnyaRepresentative Office (RO) dari
perusahaan-perusahaan asing.
Jadi, Wajib Pajak luar negeri seperti ini mendapatkan penghasilan dari Indonesia
tanpa perlu melakukan kegiatan usaha di Indonesia melalui BUT. Misalnya warga
negara Singapura yang memiliki saham PT Indosat yang menerima penghasilan
berupa dividen dari PT Indosat. Di sisi lain, pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap Wajib Pajak BUT adalah hampir sama dengan Wajib Pajak dalam negeri
melalui sistem self assesment pelaporan SPT Tahunan.
Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun melalui pialang (broker), sebesar 50% dari jumlah
premi yang dibayar. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di Luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar.
Atas premi yang dibayar oleh perusahaan Reasuransi yangberkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransidi Luar negeri baik secara langsung maupun
melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.
3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan
saham perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan
10
pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia;
PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x 20%
Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25% dari harga jual.
Contoh
1. Stanley adalah warga negara asing yang berada di Indonesia kurang dari 183
hari, dia berstatus menikah dan mempunyai 3 orang anak, Stanley
mendapatkan gaji dari PT “XXX” pada bulan januari sebesar US$1.500. Kurs
pada saat itu US$1 sama dengan Rp13.100. Berapa jumlah pajak yang harus
dipotong?
11
Jawab : Penghasilan bruto gaji sebulan = US$1.500 x Rp13.100 =
Rp19.650.000. PPh Pasal 26 terutang = 20% x Rp19.650.000 =
Rp3.930.000
Contoh
A. Messi atlet dari Nigeria mengikuti perlombaan lari marathon di Indonesia
pada mei 2007, dan berhasil merebut hadiah sebesar US$30,000. Kurs untuk
US$1 = Rp9.000 Jadi PPh Pasal 26 yang dipotong penyelenggara kegiatan di
Indonesia adalah 20% x US$30,000 x Rp9.000 = Rp54.000.000
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas
penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak
untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai
atau berakhir tahun pajak.
4.2 Saran
kami harapkan bagi pihak yang berwenang dalam pemungutan pajak agar, pajak
yang didapat dari pemungutan wajib pajak tersebut harus bisa dipertanggung
jawabkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai pajak tersebut selalu di bebankan
bagi masyarakat. Semua warga Negara ikut serta dalam wajib pajak.
14
DAFTAR PUSTAKA
Siti resmi. 2011. Perpajakan teori dan kasus. Jakarta: salemba empat.
https://ilmukita62.blogspot.com/2016/06/pengertian-subjek-objek-pajak.html
https://www.finansialku.com/pph-pasal-26/
15