SAP DPD Jiwa
SAP DPD Jiwa
TERAPI OKUPASI
DISUSUN OLEH :
BAKTI YOGA PRATAMA
EFITA EKO EFA R.D
DINDA LASTE A
ATIKAH DINI LESTARI
DIMAS BAGUS ROSALDHY
B. Proses Pelaksanaan
No. Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan 2. Memperhatikan dan
pembelajaran mendengarkan
3. Menyebutkan materi 3. Keluarga memahami
yang diberikan tujuan dengan baik.
4. Menanyakan terkait 4. Keluarga menjawab
materi apakah keluarga pertanyaan
dan pasien sudah 5. Keluarga berpartisipasi
mengetahui dalam diskusi awal.
sebelumnya
5. Menanyakan kesiapan
keluarga dan pasien
2. Kerja Melakukan pendidikan 1. Pasien dan keluarga
(20 menit) kesehatan dengan mendengarkan dan
cearamah, tanya jawab memperhatikan dengan
tentang baik.
1. Menjelaskan 2. Pasien dan keluarga
definisi Halusinasi mengajukan pertanyaan
2. Menjelaskan
Terapi Okupasi
3. Penutup Evaluasi 1. Memberikan jawaban
(5 menit) 1. Menanyakan pada sesuai dengan
klien tentang materi pertanyaan.
yang telah diberikan. 2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan 3. Menjawab salam
materi tentang Terapi
Okupasi
3. Mengucapkan salam
C. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab.
D. Media
Media : Power point, leaflet.
E. Pengorganisasian
1) Penanggung Jawab : Dinda Laste A
Tugas : - Mengkoordinir acara
2) Moderator : Efita Eko Efa R.D
Tugas : a) Membuka acara
b) Menyampaikan tujuan
c) Kontrak waktu pelaksanaan
d) Memimpin jalannya kegiatan
3) Presenter : Dinda Laste A
Tugas : a) Memberikan penyuluhan
4) Observer : Amelia Wahyuningsih
Tugas : a) Mengamati jalannya kegiatan
b) Menyimpulkan hasil kegiatan
5) Fasilitator : Bakti Yoga Pratama
Atikah Dini Lestari
Dimas Bagus R
F. Setting Tempat:
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Waktu untuk mulai acara
b. Persiapan media
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada keluarga dan pasien
2. Evaluasi Proses
Bagaimana berlangsungnya proses pembelajaran, ada hambatan atau
tidak ada hambatan
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan:
1. Apa itu Halusinasi?
2. Apa manfaat terapi okupasi?
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidungan. Klien
merasakan stimulasi yang sebetulnya tidak ada (Damayanti, 2008).
2. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis.
Penjelasan secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau
suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering
terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna.
Biasanya suara tersebut ditunjukan pada penderita bertengkar
dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optic)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organic).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan
kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran
yang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu
dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada
penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi
gastorik lebih jarang dari halusinasi pengecapan gustatorik
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalagunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
bahwa factor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah dang bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatan,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata.
6. Penatalaksanaan halusinasi
a. Penatalaksaan medis
Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah
dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, (Stuart, Laraia,
2005) yaitu:
1) Psikofarmokologi, obat yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupak gejala psikosis pada klien
skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang
umum digunakan adalah fenotiazin asetofenazin (tindal),
klorpromazin (thorazine), flufenazine (prolixine, permitil),
mesoridazin (serentil), perfenazin (trilafon), proklorperazin
(compazine), promazin (sparine), tioridazin (mellaril),
trifluoperazin (stelazine), trifluopromazin (vesprin), 60-120 mg,
tioksanten klorprotiksen (taractan), tioksen (navane) 75-600 mg,
butirofenom haloperidol (Haldol) 1-100 mg, dibenzodiazepin
klozapin (clorazil) 300-900 mg, dibenzokasazepin loksapin
(loxitane) 20-150 mg, dihidroindolon molindone (moban) 15-225
mg.
2) Terapi kejang listrik / Electro compulsive therapy (ECT) ECT
adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melawan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik diberika
pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika
oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik
(Maramis, 2005).
b. Penatalaksaan keperawatan
1) Mengajarkan SP kepada pasien halusinasi.
a) Menghardik
b) Patuh minum obat
c) Bercakap-cakap
d) Melakukan kegiatan
Penelitian I Wayan Candra dkk (2013) meneliti terapi
okupasi aktivitas menggambar terhadap perubahan halusinasi pada
pasien skizofrenia hasil penelitian menunjukan p=0,000. Hasil
tersebut menemukan adanya pengaruh terapi okupasi aktivitas
menggambar terhadap perubahan halusinasi pada pasien
skizofrenia. Aktivitas menanam yang dilakukan bertujuan untuk
meminimalisasi interaksi pasien dengan dunianya yang tidak nyata,
mengeluarkan pikiran, perasaan, atau emosi yang selama ini
mempengaruhi perilaku yang tidak disadarinya, memberi motivasi
dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan
perhatian pasien dari halusinasi yang dialami sehingga pikiran
pasien tidak terfokus dengan halusinasinya khusus nya pada pasien
halusinasi pendengaran (Yosep, 2009).
Apabila paasien mampu melakukan aktivitas dengan baik
pada saat pelaksanaan terapi. Keadaan demikian mempengaruhi
pasien lain tetap focus dan menikmati aktivias yang diberikan
untuk mengikuti teman sekelompoknya sehingga halusinasi dapat
dialihkan. Hal ini sesuai dengan Herman (2011) Aktivitas dalam
okupasi terapi hanya media, tidak untuk menyembuhkan. Peranan
terapi tersebut sebagai penghubung antara batin klien dengan dunia
luar, berhubungan dengan tujuan pekerjaan dan dapat meningkatan
kemampuan klien bersosialisasi dalam kelompok terapi.