Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

RESUME

“KONSEP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI”

Oleh:

Dilla Yulia Putri (193110132)

1A

Dosen Pembimbing:

Efitra,S.Kep,M.Kep

D3 KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2020
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. Pengertian Infeksi
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan /tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi
pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infections (HAIs) ”
apabila memenuhi batasan/ kriteria sebagai berikut:
a. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
setelah dirawat 3 x 24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan
tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi
penyakit yang telah dideritanya (Depkes, 2003)
c. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang
paling berisiko terjadinya HAIs, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas
kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien
(Husain, 2008)
d. HAIs adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke
rumah sakit atau akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit(Vincent,
2003).
e. HAIs adalah suatu infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berasal dari
alatalat medis, prosedur medis atau pemberian terapi (Breathnach (2005)

2. Penyebab Infeksi
Mikroorganisme penyebab infeksi terdiri dari bakteri, jamur, virus dan parasit yang
akan dijelaskan berikut ini
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
d. Parasit

Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):


a. Conventional pathogens
Penyebab penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap
kuman tersebut, misalnya Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella,
shigella, virus influenza, virus hepatitis.

b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap
kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril,
misalnyapseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c. Opportunistic pathogens
Penyebab penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh
sangat menurun, misalnya mycobacteria, nocardia, pneumocytis.

3. Diagnosis Infeksi Nosokomial fasilitas pelayanan kesehatan


a. Mengevaluasi gejala dan tanda infeksi
b. Memeriksa luka dan tempat masuk kateter untuk melihat adanya warna
kemerahan, pembengkakan, adanya nanah atau abses.
c. Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap untuk mengetahui apakah ada
penyakit tersamar(underliying disease)
d. Pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan darah lengkap, urinalisis,
biakan kuman dari luka, darah, dahak, urine atau cairan tubuh untuk menemukan
organisme penyebabnya.
e. Pemeriksaan sinar-X dada jika diduga terjadi pneumonia
f. Melakukan pemeriksaan ulang atas semua tata laksana dan tindakan yag sudah
dilakukan.

4. Tipe Infeksi
a. Kolonisasi
b. Infeksi local
c. Infeksi sistemik
d. Bakterimia
e. Septikemia
f. Infeksi akut
g. Infeksi kronik

5. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Layanan Kesehatan “ Healthcare


associaterd infections (HAIs)
Semua penderita rawat inap di rumah sakit berisiko untuk mendapatkan infeksi dari
pengobatan atau tindakan operatif yang diterimanya.
a. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama
rumah sakit mencakup:
1. Ventilator associated pneumonia (VAP)
2. Infeksi aliran darah (IAD)
3. Infeksi saluran kemih (ISK)
4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
b. Faktor Risiko HAIs:
1. Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.
2. Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita dengan
penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat imunosupresan.
3. Gangguan/Interupsi barier anatomis:
a) Kateter urine: meningkatkan infeksi saluran kemih (ISK)
b) Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO)
“Surgical Site Infection” (SSI)
c) Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator
associated Pneumonia” (VAP)
d) Kanula vena dan arteri: Plebitis
e) Luka bakar dan trauma
4. Implantasi benda asing
a) Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung
b) “cerebrospinal fluid shunts”
c) “valvular / vascular prostheses”
5. Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten
terhadap berbagai antimikroba.
6. Rantai Infeksi (Chain of infection)
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Reservoir adalah wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia.
c. Tempat keluar (Port of exit) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran
cerna, saluran kemih serta transplasenta.
d. Cara penularan (Mode of transmision) adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
e. Portal masuk (Port of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu
yang rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan
kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.
f. Penjamu Rentan (host susceptibility) adalah seseorang dengan kekebalan
tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi.

7. Cara penularan infeksi (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010)


a. Penularan secara kontak
b. Penularan melalui common vehicle.
c. Penularan melalui udara dan inhalasi
d. Penularan dengan perantara vector
e. Penularan melalui makanan dan minuman

8. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi


a) Cleaning dan Sanitasi
Cleaning dan sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah
menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
Pemberian bahan antiseptis merupakan contoh pemberian senyawa kimia yang
bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
b) Desinfeksi dan Sterilisasi
Desinfeksi adalah proses pemberian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
Desinfeksi diberikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif
saja, tidak mampu membunuh spora.
Sterilisasi adalah proses menghancurkan semua jenis kehidupan mikroorganisme
sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan cara pemberian udara
panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu panas kering dan panas lembab
(tata laksana sterilisasi dan desinfeksi dibahas tersendiri).
Prinsip Pencegahan infeksi
1) Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
2) Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi.
Tujuannya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme,
baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan
dapat digunakan dengan aman.
3) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis,
sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda -
benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh
4) Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati.
5) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa endospora
bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan
desinfektan kimia.
6) Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah, dan
bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar
mikro organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit
atau menangani benda tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun
atau deterjen dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara
seksama).
7) Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrument.

9. Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi


Tindakan ini dapat mengurangi risiko terkenanya infeksi yang disebarkan. Tindakan ini
dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Mencuci tangan,mencuci tangan merupakan tindakan yang dapat menghindari diri kita
dari infeksi dengan menggunakan antiseptic atau sebagainya dengan 6 langkah benar
mencuci tangan.
b. Gunakan sarung tangan, sarung tangan digunakan ketika akan menyentuh darah,cairan
tubuh, sekresi, ekskresi, dan peralatan yang terkontaminasi. Sarung tangan diganti
sebelum dan sesudah tindakan pada klien yang sama setelah kontak dengan bahan yang
mungkin mengandung mikroorganisme konsentrasi tinggi. Sarung tangan dilepaskan
secara benar setelah digunakan, sebelum menyentuh alat sudah disterilkan dan sebelum
ke klien lain dan cuci tangan segera untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme
ke klien lain atau lingkungan.
c. Gunakan masker dan pelindung mata, sebagai tindakan untuk melindungi mata, hidung,
dan mulut selama prosedur dan aktifitas perawatan dari percikan udara pernafasan,
darah, cairan tubuh baik sekresi maupun ekskresi.
d. Gunakan schott, untuk melindungi kulit dan mencegah kotoran pada baju selama
tindakan perawatan, dari percikan darah, cairan tubuh baik sekresi atau maupun
ekskresi. Schott dilepaskan sesegera mungkin dengan cara yang benar kemudian cuci
tangan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke klien lain atau lingkungan.
e. Perawatan peralatan klien, dilakukan terhadap peralatan yang telah terpakai klien yang
kotor terkena darah, cairan tubuh baik ekskresi maupun sekresi untuk mencegah
paparan kulit dan membran mukosa, kontaminasi pada baju, dan berpindahnya
mikroorganisme ke klien lain atau lingkungan. Pastikan alat yang telah digunakan tidak
digunakan kembali pada klien lain sampai disterilkan kembali secara tepat.
f. Pengendalian lingkungan, dengan jalan mengikuti prosedur rumah sakit untuk
pelayanan rutin meliputi cleaning, desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan tempat tidur, dan permukaan lain yang sering disentuh.
g. Penanganan alat tenun atau linen, baik ketika memegang, memindahkan, dan
memberlakukan linen terpakai yang kotor terkena darah, cairan tubuh baik ekskresi
maupun sekresi untuk mencegah paparan dan kontaminasi pada baju dan menghindari
mikroorganisme ke klien lain atau lingkungan.
h. Mencegah petugas kesehatan dari patogen darah, khususnya untuk mencegah
kecelakaan kerja ketika menggunakan jarum, pisau, dan instrumen tajam lain; ketika
memegang instrumen tajam setelah tindakan; ketika membersihkan instrumen; dan
ketika membuang jarum yang telah terpakai. Jangan pernah menutup jarum yang
terpakai dengan kedua tangan atau tehnik lain yang melibatkan ujung jarum menghadap
ke bagian tubuh. Jangan melepas jarum yang telah digunakan dari spuit dengan tangan,
jangan menekuk atau memanipulasi dengan tangan. Tempatkan jarum dan alat tajam
yang lain yang sudah terpakai pada tempat khusus yang telah disediakan.
i. Penempatan klien, dapat menggunakan ruang privat untuk klien yang dapat mencemari
lingkungan atau orang yang tidak mampu menjaga kebersihan dan lingkungan dengan
tepat.
j. Imunisasi Beberapa penyakit infeksi dapat dikendalikan melalui vaksinasi (misalnya
polio dan difteri). Penyakit cacar (smallpox), telah diberantas total dengan imunisasi.
Imunisasi dapat diperoleh secara pasif dengan pemberian sediaan imunoglobulin
(antibodi), atau secara aktif melalui vaksinasi.
10. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama: ( yang harus dipahami, dipatuhi
dan diterapkan agar tidak terinfeksi). Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC
merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi
dalam kewaspadaan standar, yaitu:
a) Kebersihan tangan
b) Alat pelindung diri (APD)
c) Dekontaminasi peralatan pasien
d) Pengelolaan limbah
e) Penatalaksanaan linen
f) Perlindungan kesehatan petugas
g) Penempatan pasien
h) Hygiene respirasi / etika batuk dan bersin,
i) Praktik menyuntik yang aman dan,
j) Praktik lumbal yang aman.

Soal

1. Infeksi yang diperoleh dirumah sakit yang dialami seorang pasien yang masuk rumah
sakit karena alasan yang bukan infeksi disebut....
a. Contagious
b. Mikroba
c. Nosokomial
d. Koloni
e. Reservoir
2. Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi adalah?
a. Lingkungan yang kotor
b. Sterilisasi alat
c. Terapi yang diterima
d. Tempat yang bersih
e. Alat yang digunakan

3. Untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat prtumbuhan


mikroorganisme yang dibutuhkan adalah?
a. Kontaminasi
b. Aseptik
c. Sterilisasi
d. Disenfeksi
e. Antiseptik
4. Infeksi terjadi didalam maupun diluar rumah sakit melalui?
a. Alat makan
b. Tempat tidur
c. Hp
d. Hewan
e. Petugas kesehatan

5. Dengan berita virus yang tersebar didunia yaitu virus covid-19 dan sudah masuk ke
indonesia dan sudah merenggut banyak jiwa. Cara yang paling utama yang dapat kita
lakukan untuk melindungi diri kita adalah....
a. Vaksin
b. APD
c. Membiasakan mencuci tangan
d. Alat medis
e. Sarung tangan
DAFTAR PUSTAKA

Suyanto.2016.Patologi.Jakarta Selatan:Pusdik SDM Kesehatan

Padoli.2016.Mikrobiologi Dan Parasitologi Keperawatan.Jakarta Selatan:Pusdik SDM


Kesehatan

Tutiany,Dkk. 2016.Manajemen Keselamatan Pasien.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai