Anda di halaman 1dari 14

MODUL AJAR III

MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN


Penyusun:
Prof. Dr. Ir. Victor Sampebulu, M. Eng.
Pratiwi Mushar, ST., MT.
Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT.
Ir. H.Dahri Kuddu, MT.
Imriyanti, ST., MT.
Ir. H. Samsuddin, MT.

Mata Kuliah : Bahan Bangunan


Kode Mata Kuliah / SKS : 104D5102
Semester : I
Program Studi : Arsitektur
Mata Kuliah Prasyarat : -
Dosen Penanggung Jawab : Imriyanti, ST., MT.

Tim Dosen 1. Prof. Dr. Ir. Victor Sampebulu, M. Eng.


2. Pratiwi Mushar, ST., MT.
: 3. Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT.
4. Ir. H.Dahri Kuddu, MT.
5. Ir. H. Samsuddin, MT.

Mampu menjelaskan Mortar (adukan


Sasaran Belajar/Learning /plesteran) sebagai bahan pengikat antar
: batuan (alami atau buatan) khususnya pada
outcome
konstruksi bangunan
Matakuliah ini membahas tentang jenis-jenis
serta sifat-sifat dari bahan bangunan, baik
bahan bangunan yang termasuk dalam
ketegori bahan bangunan structural
maupun pada bahan bangunan
: Kuliah
Deskripsi Mata
nonstructural atau bahan finishing. Bahan
bangunan struktural adalah bahan bangunan
yang terdapat pada sebuah bangunan pada
bagian bangunan yang bersifat struktural.

1
I. PENDAHULUAN
Sub pokok bahasan ini akan menguraikan sistematika mata kuliah, tahapan
pembelajaran, sasaran belajar yang ingin dicapai

1. Garis Besar Materi Pokok Bahasan III:

Pokok bahasan ketiga ini terkait dengan Mortar (adukan /plesteran) sebagai bahan
pengikat antar batuan (alami atau buatan) khususnya pada konstruksi bangunan.

2. Sasaran Pembelajaran/Learning objective

Mahasiswa Mampu menjelaskan Mortar (adukan /plesteran) sebagai bahan


pengikat antar batuan (alami atau buatan) khususnya pada konstruksi bangunan.

3. Perilaku Awal/Entry behavior:

Mahasiswa mampu mengetahui Mortar (adukan /plesteran) sebagai bahan


pengikat antar batuan (alami atau buatan) khususnya pada konstruksi bangunan.

4. Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi pada pembahasan ini maka
mahasiswa mampu menjelaskan Mortar (adukan /plesteran) sebagai bahan
pengikat antar batuan (alami atau buatan) khususnya pada konstruksi bangunan.

5. Urutan Pembahasan:
Pendahuluan secara berurutan akan meliputi:
- Pengertian mortar (adukan)
- Bahan-bahan pembentuk adukan (semen, Agregat halus (pasir), Air
- Komposisi campuran mortar /adukan

6. Petunjuk Belajar/instructional orientation:

2
Pada materi bahasan ketiga ini sebagai pemahaman pada mata kuliah ini adalah
mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang mortar, bahan dan komposisi dari
campuran mortar.

II. MATERI PEMBELAJARAN

1. Uraian Materi bahasan

PENGERTIAN MORTAR
Istilah lain dari adukan adalah mortar, atau dikenal juga dengan spesi adalah
campuran dari bahan pengikat (semen, kapur), bahan pengisi (pasir) dan air.
Jenis-Jenis Mortar
Tjokrodimuljo (1996:125) membagi mortar berdasarkan jenis bahan ikatnya
menjadi empat jenis, yaitu mortar lempung/lumpur, mortar kapur, mortar semen
dan mortar khusus.
1. Mortar Lumpur
Mortar lumpur diperoleh dari campuran pasir, lumpur/tanah liat dengan air.
Pasir, tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai
kelecakan yang cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk
memperoleh adukan yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang
retak-retak setelah mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan.
Terlalu banyak pasir menyebabkan adukan kurang dapat melekat dengan baik.
Mortar jenis ini digunakan sebagai bahan tembok atau tungku api di pedesaan.
2. Mortar Kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur, semen merah dan air. Kapur
dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering kemudian ditambahkan
air. Air diberikan secukupnya untuk memperoleh adukan dengan kelecakan
yang baik. Selama proses pelekatan kapur mengalami susutan sehingga jumlah
pasir yang umum digunakan adalah tiga kali volume kapur. Kapur yang dapat
digunakan adalah fat lime dan hydraulic lime.
3. Mortar Semen

3
Mortar semen merupakan campuran semen, pasir dan air pada proporsi yang
sesuai. Perbandingan volume semen dan pasir bekisar pada 1 : 2 sampai
dengan 1 : 6 atau lebih tergantung penggunaannya. Mortar semen lebih kuat
dari jenis mortar lain, sehingga mortar semen sering digunakan untuk tembok,
pilar, kolom atau bagian-bagian lain yang menahan beban. Karena mortar ini
rapat air, maka juga sering digunakan untuk bagian luar dan yang berada di
bawah tanah. Dalam adukan beton atau mortar, air dan semen membentuk
pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori
diantara butir-butir agregat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat
dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat saling terikat
dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat
(Tjokrodimuljo 1996:5).
4. Mortar Khusus
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur
dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan
menambahkan asbestos fibres, jutes fibres (serat alami), butir – butir kayu,
serbuk gergaji kayu, serbuk kaca dan lain sebagainya. Mortar khusus
digunakan dengan tujuan dan maksud tertentu, contohnya mortar tahan api
diperoleh dengan penambahan serbuk bata merah dengan alum inous cement,
dengan perbandingan satu aluminous cement dan dua serbuk batu api. Mortar
ini biasanya di pakai untuk tungku api dan sebagainya.

BAHAN-BAHAN PEMBENTUK ADUKAN

1. Semen
Semen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekatan
bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam
yaitu klinker/terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran
batu kapur, pasir 4embra, pasir besi dan lempung), gypsum (sekitar 5%,
sebagai zat pelambat pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur,
pozzolan, abu terbang, dan lain-lain. Jika 4embra ketiga tersebut tidak lebih

4
dari sekitar 3 % umumnya masih memenuhi kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary
Portland Cement). Namun bila kandungan material ketiga lebih tinggi hingga
sekitar 25% maksimum, maka semen tersebut akan berganti tipe menjadi PCC
(Portland Composite Cement)
Semen sendiri memiliki 4 unsur pokok, yaitu :
a) Batu kapur (Cao) sebagai sumber utama, yang terdakadang terkotori oleh
SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
b) Tanah liat yang mengandung senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
c) Pasir kwarsa/batu 5embra (ditambahkan apabila pada tanah liat sedikit
mengandung SiO2)
d) Pasir besi (ditambahkan apabila tanah liat sedikit mengandung (Fe 2O3)

Dalam memproduksi semen terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan:

a) Penggalian/Quarrying
b) Penghancuran
c) Penghancuran Awal
d) Penghalusan dan percampuran bahan baku
e) Pembakaran dan pendinginan klinker
f) Penghalusan akhir

Proses Pembuatan Semen


Secara overall proses pembuatan semen ada 4 tahap
a) Raw material preparation
b) Burning/clinkerization
c) Cement/finish grinding
d) Packing & dispatch

Jenis Jenis Semen


Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha 5embrane semen
berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan
berbagai jenis semen.

5
a) Semen Portland
b) Water proofed cement
c) Semen Putih
d) High Alumina Cement
e) Semen Anti Bakteri
f) Oil Well Cement (OWC)
g) Semen Campur

2. Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran . Butiran pasir umumnya berukuran
antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah 6embran
dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan 6embrane6r umumnya dibentuk
dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir,
karena rongga-rongganya yang besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal
pembentukannya. Pasir juga penting untuk bahan bangunan bila dicampur
Semen.
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi, sungai,
dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Pasir juga merupakan
bahan bangunan yang banyak dipergunakan dari struktur paling bawah hingga
paling atas dalam bangunan. Baik sebagai pasir urug, adukan hingga campuran
beton.
Pada konstruksi bahan bangunan pasir digunakan sebagai agregat halus dalam
campuran beton, bahan spesi perekat pasangan bata maupun keramik, pasir
urug, screed lantai dll.
a) Persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan
adalah sebagai berikut :
Menurut standar nasional 6embrane6 (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28)
disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik
sebagai bahan bangunan sebagai berikut :

6
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam 7embrane7 dengan
indeks kekerasan < 2,2.
2) Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
 jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
 jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandunglumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
 Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan 7embran terlalu banyak,
yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans–
Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.
 Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara
1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
 Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir
terhadap alkali harus 7embrane.
3) Penggunaan pasir sebagai bahan bangunan
Baik sebagai pasir urug, adukan hingga campuran beton. Beberapa
pemakaian pasir dalam bangunan dapat kita jumpai seperti :
 Penggunaan sebagai urugan, misalanya pasir urug bawah pondasi,
pasir urug bawah lantai, pasir urug dibawah pemasangan paving
block dan lain lain.
 Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai
adukan untuk lantai kerja, pemasangan pondasi batu kali,
pemasangan dinding bata, spesi untuk pemasangan keramik lantai
dan keramik dinding, spesi untuk pemasangan batu alam , plesteran
dinding dan lain lain.
 Penggunaan sebagai campuran beton baik untuk beton bertulang
maupun tidak bertulang, 7emb kita jumpai dalam struktur pondasi
beton bertulang, sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring
balok dan lain –lain.

7
Disamping itu masih banyak penggunaan pasir dalam bahan
bangunan yang dipergunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan material cetak seperti pembuatan paving block,
kansteen, batako dan lain lain.

3. AIR
Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam konstruksi bahan
bangunan dengan struktur beton bertulang. Pada konstruksi beton, Air
diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga dapat menjadibahan perekat
antara agregat (pasir), agregat kasar (kerikil) serta bahan campuran beton
lainnya.
Sedangkan pada konstruksi baja, air digunakan sebagai bahan pencuci profil
baja dari kotoran yang timbul akibat penyimpanan maupun pada saat distribusi
baja.
Dalam pembuatan konstruksi beton harus digunakan air yang baik sehingga
dapat tercipta beton yang kuat serta tahan lama. Air yang baik di gunakan pada
campuran bahan bangunan yaitu air yang tidak mengandung unsure-unsur
kimia seperti air yang mengandung kaporit, air bekas cucian baju maupun
cucian piring, dan lain-lain. Dan juga air yang tidak dapat di gunakan yaitu air
yang mengandung pupuk organic maupun anorganik.
Lebih jelasnya Air yang baik untuk campuran beton bertulang sebaiknya harus
memenuhi persyaratan standar nasional Indonesia :
a) Air harus bersih.
b) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter
c) Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lainnya yang bias di
lihat secara visual.
d) Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organic) lebih
dari 15 gram/liter.
e) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter
f) Tidak mengandung klorida (cl) lebih dari 0,5 gram / liter

8
Air yang digunakan sebaiknya dari jenis air tawar, karena air asin/air
mempunyai kadar garam yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan besi
tulangan berkarat dan konstruksi beton tidak mempunyai mempunyai kekuatan
optimal karena pemilihan air yang salah pada saat pelaksanaan.
Adukan tidak 9emb merekat bila tidak ditambahkan air. Air berfungsi untuk
mengikat semen dengan pasir atau batu kerikil. Jika air yang dicampurkan
terlalu banyak maka campuran akan menjadi encer. Demikian juga jika airnya
terlalu sedikit maka campurannya akan menjadi kental. Permasalahan yang
terjadi adalah tukang menuangkan air terlalu banyak ke dalam adukan, baik
untuk plesteran maupun beton. Akibatnya, ketika dinding diplester dengan
adukan maka akan banyak adukan yang terbuang ke bawah karena adukan
tidak 9emb melekat dengan baik ke dinding. Untuk campuran beton,
pemakaian air harus ditentukan dari kualitas/mutu beton yang ingin dicapai.
Kuantitas air harus dihitung dari perbandingan antara berat air dan berat semen
atau dikenal dengan istilah Faktor Air Semen (FAS). Komposisi air dan semen
yang ideal jika FAS berkisar antara 0,4–0,6. Semakin tinggi nilai FAS maka
adukan beton semakin encer. Umumnya untuk mendapatkan kualitas beton
yang tinggi, nilai FAS-nya rendah.
Pemakaian air harus disesuaikan dengan kebutuhan campuran. Idealnya,
campuran beton yang dipakai untuk balok, kolom, atau pondasi, menggunakan
perbandingan 1 takaran semen, 2 takaran pasir, dan 3 takaran kerikil. Dengan
komposisi ini, jumlah air yang dipakai adalah 0,5 dari volume semen. Ini
artinya, nilai FAS-nya masih dalam ambang batas yaitu 0,5 (1 takaran air : 2
takaran semen = 0,5). Jika volume semen 1 takaran ember 9embran maka air
yang dibutuhkan 0,5 takaran ember 9embran.
Dengan demikian sebuah konstruksi bangunan yang kuat diawali dari
pemilihan air yang baik sebagai bahan bangunan.

KOMPOSISI CAMPURAN MORTAR /ADUKAN


1. Adukan semen, kapur, pasir
2. Adukan semen, pasir

9
3. Adukan pozolan atau tras alam, kapur
4. Adukan kapur, tras (alam atau buatan), pasir
Ada beberapa kesalahan dalam pemakaian dan pencampuran semen yang perlu
anda ketahui. Kesalahan ini kerap terjadi pada proyek-proyek bangunan, terutama
bila pengawasnya kurang perhatian, apalagi tanpa pengawasan. Berikut beberapa
kesalahan yang sering terjadi dan bagaimana seharusnya:

Kesalahan Pertama: Takaran semen tidak sesuai dengan peruntukannya.

Bila semen akan digunakan sebagai bahan mortar untuk plesteran, acian, maupun
adukan beton, masing-masing campuran memiliki takaran agar membentuk
campuran yang ideal. Namun yang terjadi di lapangan, seringkali tukang
mencampurkan semen dengan takaran yang tidak sesuai dengan standar
pemakaian. Sebagai contoh, takaran semen untuk plesteran dinding menurut
aturannya adalah 1:8. Yang artinya, 1 takaran semen dicampur dengan 8 takaran
pasir. Namun dengan 10embran penghematan, seringkali tukang mencampurkan
dengan perbandingan 1:10 atau 1:12.

Bagaimana Seharusnya?
Ingat, bila takaran tidak sesuai maka hasil aplikasinya menjadi tidak sempurna,
bahkan 10emb terjadi kerusakan. Karena itu, alangkah baiknya jika takaran semen
harus diperhatikan. Hal ini terutama untuk campuran beton. Jika salah takarannya,
struktur yang terbuat dari beton 10emb retak. Takaran semen yang ideal adalah
sebagai berikut : a. Plesteran dinding = 1:8 b. Plesteran dinding kamar mandi =
1:3
Kesalahan Kedua : Berlebihan memakai air.
Adukan tidak 10emb merekat bila tidak ditambahkan air. Air berfungsi untuk
mengikat semen dengan pasir atau batu kerikil. Jika air yang dicampurkan terlalu
banyak maka campuran akan menjadi encer. Demikian juga jika airnya terlalu
sedikit maka campurannya akan menjadi kental. Permasalahan yang terjadi adalah
tukang menuangkan air terlalu banyak ke dalam adukan, baik untuk plesteran
maupun beton. Akibatnya, ketika dinding diplester dengan adukan maka akan
banyak adukan yang terbuang ke bawah karena adukan tidak 10emb melekat

10
dengan baik ke dinding. Untuk campuran beton, pemakaian air harus ditentukan
dari kualitas/mutu beton yang ingin dicapai. Kuantitas air harus dihitung dari
perbandingan antara berat air dan berat semen atau dikenal dengan istilah Faktor
Air Semen (FAS). Komposisi air dan semen yang ideal jika FAS berkisar antara
0,4–0,6. Semakin tinggi nilai FAS maka adukan beton semakin encer. Umumnya
untuk mendapatkan kualitas beton yang tinggi, nilai FAS-nya rendah.
Bagaimana Seharusnya?
Pemakaian air harus disesuaikan dengan kebutuhan campuran. Idealnya,
campuran beton yang dipakai untuk balok, kolom, atau pondasi, menggunakan
perbandingan 1 takaran semen, 2 takaran pasir, dan 3 takaran kerikil. Dengan
komposisi ini, jumlah air yang dipakai adalah 0,5 dari volume semen. Ini artinya,
nilai FAS-nya masih dalam ambang batas yaitu 0,5 (1 takaran air : 2 takaran
semen = 0,5). Jika volume semen 1 takaran ember 11embran maka air yang
dibutuhkan 0,5 takaran ember 11embran.
Kesalahan Ketiga : Dicampur dengan material yang tidak tepat.
Untuk membuat campuran plesteran dinding dibutuhkan material lain yaitu pasir.
Permasalahan yang terjadi, pasir yang digunakan seringkali tidak “sehat”.
Pasirnya mengandung lumpur, tanah liat, atau garam. Pasir yang tidak sehat
menyebabkan semen tidak 11emb menyatu dengan pasir. Tak hanya
mencampurnya dengan pasir berkualitas buruk, semen terkadang dicampur
dengan batu kapur. Tujuannya untuk mengurangi pemakaian semen. Padahal hal
ini justru 11emb merusak hasil akhir aplikasi semen.
Bagaimana Seharusnya?
Gunakan pasir yang bersih. Pastikan pasirnya tidak mengandung lumpur atau
tanah liat lebih dari 5%. Jika memang pasir yang dipakai mengandung lumpur,
usahakan untuk mencuci pasir tersebut sebelum dipakai.
Kesalahan Keempat : Campurannya tidak 11embrane.
Dalam membuat campuran, semen diaduk terlebih dahulu dengan pasir atau batu
kerikil sebelum dituang air. Permasalahan yang terjadi, sebelum pasir atau batu
kerikil tercampur semen dengan merata, air sudah dituang terlebih dahulu.
Alasannya untuk menghemat waktu. Akibatnya, ketika campuran tersebut

11
diaplikasikan, ada beberapa bagian yang mudah terlepas karena komposisi semen
sebagai perekat tidak merata.
Bagaimana Seharusnya ?
Pastikan campuran antara semen dengan pasir atau batu kerikil tercampur secara
merata terlebih dahulu sebelum dituang air.
Selain dalam memakai dan mencampur, dalam pengaplikasiannya pun semen
harus diperlakukan dengan baik dan benar. Contohnya dalam pengacian.
Campuran acian seringkali diaplikasikan sebelum permukaan plesteran
12embrane12. Akibatnya, campuran acian tidak 12emb menempel sempurna pada
permukaan plesteran. Selain itu, ketika diaplikasikan ke permukaan plesteran,
campuran acian ini banyak yang rontok. Begitu pula dalam penyimpanan. Jangan
menyimpan semen di tempat yang lembap. Akibatnya, uap air meresap ke dalam
semen yang ujung-ujungnya semen 12emb mengeras. Simpanlah semen di dalam
ruangan yang kering. Jangan menaruhnya langsung di permukaan tanah atau
lantai. Berilah alas di bawah tumpukan semen, 12emb menggunakan 12embran,
kayu, atau bata.

2. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi dari pokok bahasan sesi 3, mahasiswa diberi
kesempatan bertanya secara induvidu. Selanjutnya dapat membentuk kelompok
diskusi atau kegiatan brainstorming dengan tetap berada dalam kendali atau
pengawasan fasilitator yang berperan dalam memberi arahan/expert jugments
sebagai narasumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.

3. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang penerapan materi pembahasan dalam Arsitektur..
Fasilitator memberi contoh-contoh kasus. Mahasiswa secara terbuka dapat
bertanya atau menyapaikan tanggapan di kelas.

12
4. Latihan:
Mahasiswa dalam bentuk grup kecil mempresentasikan hasil kajian pustaka dan
literaturnya mengenai Mortar (adukan /plesteran) sebagai bahan pengikat antar
batuan (alami atau buatan) khususnya pada konstruksi bangunan.

5. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk grup kecil mahasiswa mencari literatur dan kajian
pustaka tentang beton sebagai bahan untuk konstruksi bangunan untuk persiapan
materi selanjutnya.

III. PENUTUP

1. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan menguraikan hubungan materi dengan pokok bahasan selanjutnya.

2. Tes Formatif:

Fasilitator mengevaluasi tingkat pemahaman mahasiswa dengan pertanyaan


sederhana yang dijawab secara lisan oleh mahasiswa. Pertanyaannya terkait
dengan:

1) Pengertian mortar (adukan)


2) Bahan-bahan pembentuk adukan (semen, Agregat halus (pasir), Air
3) Komposisi campuran mortar /adukan

3. Umpan Balik:
Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang diketahui dan
diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Heinz Frick, Ilmu Bahan Bangunan jilid I dan II


Heinz Frick1981, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, Yoyakarta Kanisius

13
Jacson N., 1 978, Civil engineering Materials, English Language Book Society and mac
Milan, Hongkong
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 1982, Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI), Bandung, Badan Penelitian dan Pengembangan
DPU
Leaftlet /Brosur bahan bangunan

14

Anda mungkin juga menyukai