Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air


Air adalah zat atau unsur yang paling penting bagi semua bentuk
kehidupanyang diketahui sampai saat ini dibumi, air merupakan zat cair yang
tidak mempunyai rasa, warna dan bau (Etnize, 2010).
Air dapat berupa air tawar (fresh water) dan air asin (air laut) yang
merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses,
perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di
udara) dan jenis air mengukuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan
istilah siklus hidrologi. Air laut merupakan air yang berasal dari laut, memiliki
rasa asin, dan memiliki kadar garam (salinitas) yang tinggi, dimana ata-rata air
laut di lautan dunia memiliki salinitas sebesar 35. Hal ini berarti untuk setiap satu
liter air laut terdapat 35 gram garam yang terlarut di dalamnya. Kandungan
garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut antara lain klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%), dan
sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium,
dan florida, sedangkan air tawar merupakan air dengan kadar garam dibawah 0,5
ppt.
2.2 Karakteristik Air
2.2.1 Karakteristik Air Berdasarkan Parameter Fisik
Karakteristik air berdasarkan parameter fisik terdiri dari:
A. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan,
aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia, dan
biologi badan air.Suhu berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem
perairan.

4
5

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,


evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas
O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya). Peningkatan suhu juga menyebabkan
terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
(Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003).
B. Warna
Warna air sebenarnya terdiri dari warna asli dan warna tampak. Warna asli
atau true color adalah warna yang disebabkan oleh substansi terlarut . Warna pada
air dilaboratorium diukur berdasarkan warna standar yang telah dktehui
konsentrasinya. Intensitas warna ini dapat diukur dengan satuan unit standar yang
dihasilkan oleh dua mg/l platina. Standar yang ditetapkan di Indonesia besarnya
maksimal lima unit
(Sutrisno, 2004).
C.Bau dan Rasa
Bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan penduduk
terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama. Timbulnya
rasa pada air minum berkaitan erat dengan bau pada air minum. Pengukuran rasa
dan bau tergantung pada reaksi individual sehingga hasil yang dilaporkan tidak
mutlak. Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa yang
menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak
diinginkan
(Sutrisno, 2004).

E. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan
cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dihitung dalam satuan mg/l SiO2,
unit kekeruhan nephelometri (UKN). Air akan dikatakan keruh apabila air tersebut
mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi, sehingga
memberikan wana atau rupa yang berlumpur atau kotor (Sutrisno, 2004).
6

2.2.2 Karakteristik Air Berdasarkan Parameter Kimia


A. Derajat keasamaan (pH)
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa suatu larutan. Stadar kualitas air minum dalam pH ini
yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan leih besar dari 9,2 (Sutrisno, 2004).
B. Calcium
Calcium merupakan sebagian dari komponen yang menyebabkan
kesadahan.Efek yang ditimbulkan oleh kesadahan antara lain: timbulnya lapisan
kerak pada ketel-ketel pemanas air, pada perpipaan serta menimbulkan efektifitas
dari kerja sabun, dimana telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Indonesia
sebesar 75 – 200 mg/l . Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah dari
75 mg/l dapat menyebabkan tulang rapuh sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi
dari 200 mg l dapat menyebabkan korosi pada pipa air (Sutrisno, 2004).
C. Zat Organik
Bahan – bahan zat organik yang berada di dalam air erat hubungannya
dengan terjadinya perubahan fisika air,terutama dengan warna,bau, rasa dan
kekeruhan yang tidak diinginkan. Standar kandungan bahan organik dalam air
minum sesuai Departemen Kesehatan Indonesia maksimal yang diperbolehkan
adalah 10 mg.Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan
penyimpangan terhadap standar ini yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air
minum (Sutrisno, 2004).
D. Besi (Fe)
Unsur besi yang berada di dalam air diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang
penting dan berguna unutk metabolisme tubuh, dimana tubuh memerlukan (7-35)
mg/hariyang tidak hanya diperoleh dalam air. Konsentrasi unsur ini dalam air
yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-
bahan yang berwarna putih
(Sutrisno, 2004).
7

E. Tembaga (Cu)
Tembaga merupakan salah satu unsur yang paling berguna unutk
metabolisme. Konsebtrasi 1 mg/l merupakan batas konsentrasi tertinggi tembaga
untuk mencegah rasa yang tidak baik. Konsentrasi standar maksimum yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Indonesia untuk Cu ini sebesar 0,05 mg/l
untuk batas mminimum yang dianjurkan dan sebesar 1,5 mg/l sebagai batas
maksimal yang diperbolehkan. (Sutrisno, 2004).

2.3 Karakteristik Air Minum


Airminumadalahairyangdigunakanuntukkonsumsimanusia.Menurut
departemenkesehatan,syarat-syaratairminumadalahtidakberasa,tidakberbau,
tidakberwarna,tidak mengandungmikroorganismeyangberbahayadantidak
mengandunglogamberat.Airminumadalahairyangmelaluiprosespengolahan
ataupuntanpaprosespengolahanyangmemenuhi syaratkesehatandandapat langsung
diminum.
Airdarisumberalamdapatdiminumolehmanusia tetapi masih terdapat
risikobahwaairinitelahtercemarolehbakteri(misalnyaescherichiacoli)atau zat-
zatberbahaya.
Bakteridapatdibunuhdenganmemasakairhingga100°C.Saatiniterdapatkrisisairmin
umdiberbagainegaraberkembang di dunia akibat jumlah penduduk yang terlalu
banyak dan pencemaran air.
DariTabel 1 dapatdilihatpersyaratanairminummenurutStandar
NasionalIndonesia (SNI), dimana standar ini merupakan revisi yang ketiga
dengan perubahan pada persyaratan mutu air minum dalam kemasan yang
meliputi dua kategori yaitu, air mineral dan air demineral.Maksud dan tujuan
penyusunan standar ini adalah sebagai acuan sehingga air minum dalam kemasan
yang beredar dipasaran dapat terjamin mutu dan kemasannya.
8

Tabel 1 Persyaratan mutu air minum dalam kemasan sesuai syarat mutu SNI 01-
3553-2006
Persyaratan
Nomor Kriteria Uji Satuan
Air Mineral Air Demineral

1. Keadaan
Tidak berbau
1.1 Bau
Normal
1.2 Rasa
UnitPt-Co Maks 5
1.3 Warna
2. Ph - 6,0 – 8,5 5,0 – 7,5
3. Kekeruhan NTU maks. 1,5 maks. 1,5
4. Zat yang terlarut mg/l maks. 500 maks. 10
5. Zat organik (angka KmnO4 ) mg/l maks. 1,0 -
6. Total organik karbon mg/l - maks. 0,5
7. Nitrat (sebagai NO3) mg/l maks. 45 -
8. Nitrit (sebagai NO2 ) mg/l maks. 0,005 -
9. Amonium (NH4) mg/l maks. 0,15 -
10. Sulfat (SO4) mg/l maks. 200 -
11. Klorida (Cl) mg/l maks. 250 -
12. Fluorida ( F ) mg/l maks. 1 -
13. Sianida (CN) mg/l maks. 0,05 -
14. Besi (Fe) mg/l maks. 0,1 -
15. Mangan (Mn) mg/l maks. 0,05 -
16. Klor bebas (Cl2) mg/l maks. 0,1 -
17. Kromium (Cr ) mg/l maks. 0,05 -
18. Barium (Ba) mg/l maks. 0,7 -
19. Boron (B) mg/l maks. 0,3 -
20. Selenium (Se) mg/l maks. 0,01 -
mg/l maks.0,005
21. Cemaran Logam
mg/l maks.0,005 maks 0,5
21.1 Timbal (Pb)
mg/l maks 0,5 maks 0,003
21.2 Tembaga (Cu)
mg/l maks 0,003 maks 0,001
21.3 Kadmium (Cd)
mg/l maks 0,001 maks 0,025
21.4 Raksa (Hg)
mg/l - maks 0,01
21.5 Perak (Ag)
mg/l -
21.6 Kobalt (Co)
Cemaran arsen mg/l maks.0,01 maks.0,01
Cemaran mikroba : Koloni/ml maks.1,0x 102 maks.1,0x102
Angka lempeng total awal di pabrik Koloni/ml
maks.1,0x 105 maks.1,0x105
Angka lempeng total akhir di pasaran APM/10ml
<2 <2
Bakteri bentuk koli -
Negatif/100ml Negatif/100ml
Salmonella Koloni/ml
Nol Nol
Pseudomonas aeruginosa

Sumber:BadanStandarisasiNasional
9

2.4 Proses Pengolahan Air


2.4.1 Koagulasi
Koagulasi merupakanproses penggumpalan partikel koloid dikarenakan
penambahan bahan kimia sehingga partikel-parkikel tersebut bersifat netral dan
membentuk endapan dengan gaya gravitasi. Menurut Ebeling dan Ogden
(2004), koagulasi merupakan proses menurunkan atau menetralkan muatan listrik
pada partikel-partikel tersuspensi. Muatan-muatan listrik yang sama pada
partikel-partikel kecil dalam air menyebabkan partikel-partikel tersebut saling
menolak sehingga membuat partikel-partikel koloid kecil terpisah satu sama
lain dan menjaganya tetap berada dalam suspensi. Proses koagulasi berfungsi
untuk menetralkan atau mengurangi muatan negatif pada partikel sehingga
mengijinkan gaya tarik Van Der Waals untuk mendorong terjadinya agregasi
koloid dan zat-zat tersuspensi halus untuk membentuk microfloc. Untuk
menjamin proses koagulasi yang efisien pada dosis bahan kimia yang minimal
maka koagulant harus dicampur secara cepat dengan air, dengan pengaduk yang
cepat zat pengendap akan terbagi rata didalam air sebelum pengendapan selesai.
Faktor – faktor yang mempengaruhi koagulasi :
1. Pemilihan bahan kimia
Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap
karakteristik air baku yang akan diolah, yaitu :
a. Suhu, dimana suhu yang rendah memeberikan efek yang merugikan
terhadap efisiensi semua proses pengolahan. Semakin rendah temperatur,
maka membutuhkan waktu kontak yang lebih lama karena mempengaruhi
pembentukan flok-flok agar cepat mengendap di bak pengendap.
b. pH , pada kondisi ekstrim baik tinggi maupun rendah, pH dapat
berpengaruh terhadap koagulasi karena sifat kimia koagulan yang
tergantung pada pH. pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan
yang digunakan, namun umumnya pH maksimal adalah 7,5.
c. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi
yang kurang baik, pada kasus demikian mungkin memerlukan
10

penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia


alkali/basa (kapur atau soda abu).
d. Kekeruhan,dimana semakin rendah kekeruhan maka semakin sukar
pembentukkan flok. Semakin sedikit partikel, semakin jarang terjadi
tumbukan antar partikel/flok, oleh karena itu makin sedikit kesempatan
flok berakumulasi.
e. Warna, dimana berindikasi kepada senyawa organik,dimana zat organik
bereaksi dengan koagulan menyebabkan proses koagulasi terganggu
selama zat organik tersebut berada di dalam air baku dan proses koagulasi
semakin sukar tercapai.
2. Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus
ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik
dan
seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini
fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan
kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis
optimum berulang-ulang.

2.4.1.1 Koagulan
Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan untuk mendestabili-
sasipartikel koloid dalam air limbah agar flok dapat terbentuk. Senyawa koagulan
adalah senyawa yang mempunyai kemampuan mendestabilisasi koloid dengan
cara menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid sehingga koloid
dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan ukuran yang lebih
besar sehingga mudah mengendap.
11

Waktu penambahan bahan-bahan kimiawi pengkondisi dan koagulan


terbukti sangat penting dan biasanya sangat menentukan keefektifan performa
unit sedimentasi, filtrasi dan kualitas air akhir. Koagulan berbasis besi cenderung
lebih mahal pada basis dosis ekivalen per kilogramnya. Koagulan-koagulan ini
juga mengambil lebih banyak alkalinitas sehingga cenderung menurunkan pH
air yang diolah lebih besar. Sebagian berpendapat bahwa koagulan berbasis besi
menghasilkan flok dengan bentuk yang membuatnya lebih sulit untuk mengendap.
Koagulan ini sangat korosif dan ketika terjadi tumpahan atau kebocoran akan
meninggalkan noda karat yang berwarna merah darah (Gebbie 2005).

2.4.1.2 PAC (Poly Aluminium Chloride)


PAC adalah polimer alumunium yang merupakan jenis koagulan baru
sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi pengolahan air. Sebagai
unsur dasarnya adalah alumunium dan alumunium ini berhubungan dengan
unsur lain membentuk unit yang berulang dalam suatu ikatan rantai molekul
yang cukup panjang. Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan
kemampuan menjembatani partikel–partikel koloid sehingga koagulasi
berlangsung lebihefisien. PAC memiliki rumus kimia umum AlnCl(3n-
m)(OH)m,dimana yang paling umum dalam pengolahan air adalah
Al12Cl12(OH)24.
PAC memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif
yang tinggi dan memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien
yang tinggi sehingga dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski
dalam dosis yang berlebihan. PAC lebih cepat membentuk flok daripada
koagulan biasa, hal ini dikarenakan PAC memiliki muatan listrik positif yang
tinggi sehingga PAC dapat dengan mudah menetralkan muatan listrik pada
permukaan koloid dan dapat mengatasi serta mengurangi gaya tolak menolak
elektrostatis antar partikel sampai sekecil mungkin yang memungkinkan
partikel – partikel koloid tersebut saling mendekat (gaya tarik menarik kovalen)
dan membentuk gumpalan / massa yang lebih besar (Malhotra, 1994).
12

Pada penggunaanya, PAC tidak keruh bila diguanakan berlebih,


sedangkan koagulan utama (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan ferro
sulfat) biladosis berlebihan akan membuat air keruh, akibat dari flok yang
berlebihan. Maka pengunaan PAC dibidang penjernihan air lebih praktis,
dimana PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa.
Sifat – sifat PAC :
a. Titik beku = -18˚C
b. Boiling point = 178˚C
c. Rumus empiris = (Al2( OH )6-n )m dengan 1<n<5 dan m<10
d. Spesific grafity = 1,19 (20˚C) (Oktania, 2005).
Aplikasi PAC pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Pada pemrosesan air permukaan untuk keperluan air bersih, air minum
dan air untuk proses industri (PDAM, industri kertas, industri textile,
industri baja, industri kayu, dll).
b. Pada pemrosesan limbah cair industri, antara lain : industri pulp dan
kertas, Industri textile, industri gula, industri makanan, dan lain – lain.

2.4.1.3 Batu Kapur (CaCO3)


Batu kapur (gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang
terdapat dialam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda,
abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah aragonit yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu
tertentu dapat berubah menjadi kalsit.Mineral lainnya yang umum ditemukan
berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah
Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
13

Batu kapur berfungsi untuk pengendapan (berperan sebagai koagulan) dan


jua berfungsi untuk menaikkan pH air, tetapi tidak berfungsi untuk membunuh
kuman, virus dan bakteri.

2.4.1.4 Alumminium Sulfat (Al2(SO4)3)


Alum merupakan salah satu koagulan yang paling lama dikenal dan paling
luas digunakan. Alum padat akan langsung larut di dalam air, tetapi larutannya
bersifat korosif terhadap aluminium, besi dan beton sehingga tangki-tangki dari
bahan tersebut membutuhkan lapisan pelindung. Alum juga membentuk koloidal
Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti
detergen dan pestisida. Ketika ditambahkan ke dalam air, alum bereaksi dengan
air menghasilkan ion-ion bermuatan positif. Ion-ion bermuatan +4 tetapi secara
tipikal bermuatan +2 (bivalen). Ion-ion bivalen 30-60 kali lebih efektif dalam
menetralkan muatan-muatan partikel dibanding ion-ion yang bermuatan +1
(monovalen) (Rosiariawari, 2010).
Aluminium sulfat memerlukan alkalinitas (seperti kalsium bikarbonat)
dalam air agar terbentuk flok:
Al2(SO4)3.18 H2O+3Ca(HCO3)22Al(OH)3 + CaSO4 + 18H2O + 6CO2
CaSO4+Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4
Bila alkalinitas alamnya kurang, perlu dilakukan penambahan Ca(OH)2
Al2(SO4)3.18H2O+3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 +18H2O

2.4.2 Filtrasi
Filtrasimerupakanprosespemisahanantarapadatan/koloiddengansuatu
cairan.Penyaringanairolahanyangmengandungpadatandenganukuran
seragamdapatdigunakansaringanmedium tunggal,sedangkanuntukpenyaringan
airyangmengandungpadatandenganukuranyangberbedadapatdigunakantipe
saringan multi medium.

Mediafilteratau saringan digunakankarenamerupakanalatfiltrasi atau


14

penyaringmemisahkancampuransolidaliquidadenganmediaporousatau
materialporouslainnyagunamemisahkansebanyakmungkinpadatantersuspensi
yang paling halus. Penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan
atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai
prosesawal(primarytreatment) dikarenakanjugakarenaairolahanyangakan
disaringberupacairanyangmengandungbutiranhalusatau bahan-bahanyang
larutdanmenghasilkanendapan,makabahan-bahantersebutdapat dipisahkan
daricairanmelaluifiltrasi(Kusnaedi, 1995).
Pemilihan bahan penjernih air yang menggunakan cara penyaringanakan
menentukan baik tidaknya hasil penjernihan air yang akan kitagunakan. Bahan
penyaring adalah suatu material yang digunakanuntuk menyerap berbagai
kotoran, zat kimia, dan polutan lain yangada di dalam air. Bahan penyaring dapat
dibedakan menjadi duajenis, yaitu bahan alami dan bahan buatan.Bahan-bahan
alami yang biasanya digunakan adalahijuk, pasir/pasir silika, arang/carbon
active, kerikil, pasir, zeolit (Gambar 1), dimana masing-masing bahan tersebut
memiliki fungsi masing-masing (Wijaya, 2012), yaitu :
a. Ijuk: berfungsisebagai penyaring kotoran halus pada air
b. Pasir: berfungsi untuk mengendapkan kotoran halus yang
belumtersaring
c. Arang: berfungsi untuk menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air
d. Kerikil:berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran pada air dan
mem- bantu proses aerasi
Selain bahan alami, bahan penyaring ada yang buatan atau hasil
rekayasa, dimana beberapa bahan buatan yang dapat digunakan untuk menyaring
air adalah sebagai berikut:

a. Pasir aktif biasanya berwarna hitam dan digunakan untuk menyaring air
15

sumur bor dan sejenisnya.


b. Resin softener berguna untuk menurunkan kandungan kapur dalam air.
c. Resin kation biasa digunakan untuk industri air minum, baik usaha air
minum isi ulang maupun pabrik air minum dalam kemasan.
d. Pasir zeolit berfungsi untuk penyaringan air dan mampu menambah
oksigen dalam air.
e. Pasir mangan berwarna merah dan digunakan untuk menurunkan kadar
zat besi atau logam berat dalam air.
f. Pasir silika digunakan untuk menyaring lumpur, tanah, dan partikel besar
atau kecil dalam air dan biasa digunakan untuk penyaringan tahap awal.
g. Karbon aktif atau arang aktif adalah jenis karbon yang memiliki luas
permukaan yang besar sehingga dapat menyerap kotoran dalam air dan
dapat menghilangkan klorin bebas dan senyawa organik yang
menyebabkan bau, rasa dan warna dalam air.

Ijuk

Pasir/Pasir silika
Arang/carbon active

Jer Kerikil
Zeolit kasar
Zeolit halus

Gambar 1. Susunan filter

2.4.3 Evaporasi
16

Evaporasi adalah peristiwa menguapnya pelarut dari campuran yang terdiri


atas zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Tujuan dari evaporasi
adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi (Ujang 2010).
Evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaituevaporasi yang
berarti proses penguapan yang terjadi secara alami dan evaporasi yang
dimaknai proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam)
dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan
daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas
dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan
steam. Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu
pemberian panas ke dalam cairan, pembentukan gelembung-gelembung (bubbles)
akibat uap, pemisahan uap dari cairan, dan mengkondensasikan uapnya. Evaporasi
atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat
cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Pada proses evaporasi, biasanyazat cair pekat yang dihasilkan adalah
produk dari proses evaporasi dan uapnya dikondensasi untuk kemudian dibuang.
Tetapi bisa pula sebaliknya, air yang mengandung mineral seringkali di-evaporasi
untuk mendapatkan air yang bebas zat padat terlarut, seperti pada penguapan air
laut.
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan
adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat.
Begitu pula evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya
komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses
evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi
karemna daalam destilasi, uap yang dihasilkan masih memiliki komponen yang
lebih dari satudan dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk
yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Evaporasi merupakan satu unit operasi yang penting dan banyak dipakai
dalam industri kimia dan mineral. Evaporasi merupakan proses pemekatan cairan
17

dengan memberikan panas pada cairan tersebut dengan menggunakan energi yang
intensif yaitu sejumlah uap sebagai sumber panas. Evaporator adalah alat yang
banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan suatu larutan.Terdapat
banyak tipe evaporator yang dapat digunakan dalam industri kimia, salah satunya
yaitu evaporator tabung horizontal (Gambar 2).

Gambar 2 Evaporator tabung horizontal


Sumber: http://www.scribd.com/doc/15812827/Evaporators
Dapat dilihat contoh evaporator tabung horizontal diatas.Evaporator ini
memiliki tabung yang tidak terlalu tinggi, tetapi berbentuk horizontal sehingga
mempunyai ukuran yang lebih lebar dibandingkan dengan evaporator jenis
lainnya.Evaporator tabung horizontal biasanya digunakan untuk kapasitas yang
kecil dan untuk mengevaporasikan larutan yang encer dan larutan ini tidak
berbusa dan tidak meninggalkan deposit padatan pada tabung evaporator.

2.5 Air Laut


18

Air laut adalah larutan yang memiliki kandungan berbagi garam-garaman.


Unsur kimia yang tergabung dalam larutan air laut itu ialah Khlor (Cl) 55%,
Natrium (Na) 31%, kemudian Magnesium (Mg),Kalsium (Ca), Belerang (S), dan
Kalium (K). Selain itu, dalam jumlah kecil terdapat juga Bromium (Br), Karbon
(C), Strontium (Sr), Barium (Ba), Silikon (Si), dan Fluorium (F). Kandungan air
laut juga terdiri dari berbagai gas seperti Oksigen (O2) dan gas asam arang (CO2)
yang merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan vegetasi dan hewan laut.
Bentuk kandungan garam-garaman air laut dikenal dengan sebutan kadar
garam atau salinitas. Kadar garam air laut yang normal ialah 3,5%. Air laut di
daerah tropis pada umumnya memiliki kandungan garam rendah karena curah
hujan yang tinggi.
Beberapa bagian laut mempunyai kandungan kadar garam tinggi, karena
curah hujan yang sangat rendah dan suhu yang tinggi, misalnya laut yang
berdampingan dengan gurun, seperti Laut Merah 4%, Laut Tengah 3,8%, Teluk
Persia 4% dan Laut Mati sebuah danau yang berkadar garam 26%. Sebalikanya
kadar garam air laut rendah, jika laut itu banyak mendapat tambahan air tawar dari
muara sungai dan cairan es, seperti Laut Baltik 1,9%.

2.6 Mekanisme Penguapan Air Laut


Perubahan yang dialami air di bumi hanya terjadi pada sifat, bentuk, dan
persebarannya. Air akan selalu mengalami perputaran dan perubahan bentuk
selama siklus hidrologi berlangsung. Air mengalami gerakan dan perubahan
wujud secara berkelanjutan.Perubahan ini meliputi wujud cair, gas, dan padat.Air
di alam dapat berupa air tanah, air permukaan, dan awan.
Air-air tersebut mengalami perubahan wujud melalui siklus
hidrologi.Adanya terik matahari pada siang hari menyebabkan air di permukaan
Bumi mengalami evaporasi (penguapan) maupun transpirasi menjadi uap air. Uap
air akan naik hingga mengalami pengembunan (kondensasi) membentuk awan.
Akibat pendinginan terus-menerus, butir-butir air di awan bertambah besar hingga
akhirnya jatuh menjadi hujan (presipitasi).
19

Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan
perkolasi) atau mengalir menjadi air permukaan (run off). Baik aliran air bawah
tanah maupun air permukaan keduanya menuju ke tubuh air di permukaan Bumi
(laut, danau, dan waduk).Inilah gambaran mengenai siklus hidrologi.Jadi siklus
hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap
dan senantiasa bergerak.Siklus Hidrologi adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan sirkulasi atau peredaran air secara umum.Siklus hidrologi terjadi
karena proses-proses yang mengikuti gejala-gejala meteorologi dan klimatologi
sebagai berikut:
a. Evaporasi, yaitu proses penguapan dari benda-benda mati yang merupakan
proses perubahan dari wujud air menjadi gas.
b. Transpirasi, yaitu proses penguapan yang dilakukan oleh tumbuh-
tumbuhan melalui permukaan daun.
c. Evapotranspirasi, yaitu proses penggabungan antara evaporasi dan
transpirasi.
d. Kondensasi, yaitu perubahan dari uap air rnenjadi titik-titik air
(pengembunan) akibat terjadinya penurunan salju.
e. Infiltrasi, yaitu proses pembesaran atau pergerakan air ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah.

2.7 Karakterisitik Air Laut


Karaktersitik massa air perairan Indonesia umumnya dipengaruhi oleh
sistemangin muson yang bertiup di wilayah Indonesia dan adanya arus lintas
Indonesia (arlindo) yang membawa massa air Lautan Pasifik Utara dan Selatan
menuju Lautan Hindia. Pengaruh tersebut mengakibat suhu permukaan perairan
Indonesia lebih dingin dengan salinitas yang lebih tinggi sebagai pengaruh
terjadinya upwelling di beberapa daerah selama musim timur dan juga akibat dari
masuknya massa air Lautan Pasifik, sedangkan pada musim barat, suhu
permukaan perairan lebih hangat dengan salinitas yang lebih rendah. Rendahnya
salinitas akibat pengaruh massa air dari Indonesia bagian barat yang banyak
20

bermuara sungai-sungai besar.Dibawah ini merupakan karakteristik air laut secara


umum.
a. Temperatur
Perubahan temperatur air laut disebabkan oleh perpindahan panas dari
massa yang satu ke massa yang lainnya. Kenaikan temperatur permukaan laut
disebabkan oleh: radiasi dari angkasa dan matahari, konduksi panas dari atmosfir,
londensasi uap air, penurunan temperatur permukaan laut disebabkan oleh :
radiasi balik permukaan laut ke atmosfir, konduksi balik panas ke atmosfir,
evaporasi (penguapan) dan matahari mempunyai efek yang paling besar terhadap
perubahan suhu permukaan laut. Variasi perubahan temperatur dipengaruhi juga
oleh posisi geografis wilayah perairan. Para Ahli Oseanografi membagi pola
temperatur dalam arah vertikal menjadi tiga lapisan, yaitu Well-mixed surface
layer (10 - 500 m), Thermocline lapisan transisi (500 - 1000 m), lapisan yang
relatif homogen dan dingin (> 1000 m) dan lapisan Thermocline merupakan
lapisan dimana kecepatan perubahan temperatur cepat sekali.
b. Salinitas
Salinitas yang tersebar di dalam laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan
tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas
yang rendah, sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi maka
salinitas perairannya tinggi pula.Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam
penyebaran salinitas di suatu perairan. Secara vertikal nilai salinitas air laut akan
semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Di perairan laut lepas, angin
sangat menentukan penyebaran salinitas secara vertikal.Pengadukan di dalam
lapisan permukaan memungkinkan salinitas menjadi homogen.
Lautan terdiri dari air sebanyak 96,5%, material terlarut dalam bentuk
molekul dan ion sebanyak 3,5%, material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari
garam Chlor, sedangkan sisanya 11% terdiri dari unsur-unsur lainnya. Salinitas
adalah jumlah total material terlarut (yang dinyatakan dalam gram) yang
terkandung dalam 1 kg air laut. Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di
dunia berkisar antara 33 - 37 per mil , dengan nilai median 34,7 per mil, namun di
21

Laut Merah dapat mencapai 40 per mil. Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar
wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub walaupun pada
kenyataannya sekitar 75% air laut mempunyai salinitas antara 34,5 per mil - 35,0
per mil.

c. Densitas
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume.
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga
oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya nilai densitas (berkisar
antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas
dan tekanan serta berkurangnya temperatur. Perubahan densitas dapat disebabkan
oleh proses vaporasi di permukaan laut dan massa air, dimana pada kedalaman <
100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang sehingga besarnya densitas
relatif homogen.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan
pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin
yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu
dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman
lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas
meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan
menurunnya temperatur.
22

2.8 Mekanisme Penguapan Air Laut Menggunakan Peralatan


Sistem operasi dalam proses desalinasi/pengurangan kadar garam air laut
(Gambar 3) meliputi peristiwa penyerapan energi panas dari sinar matahari yang
menembus kaca evaporator oleh air laut yang ada di dalam evaporator.

Sinar Matahari

Evaporator

Kondensor

Pompa Vakum
Gambar 3 Sistem operasi desalinasi
Sumber: Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Vol.2, hal 1-8
Proses selanjutnya dalam ruang evaporator, energi panas akan
terakumulasi sehinnga suhu dalam ruangan evaporator akan bertambah tinggi.
Kemudian energi panas tersebut akan diserap oleh air laut yang berada di dalam
evaporator sehingga air laut menguap dan selanjutnya uap air ini akan menuju
kondensor, aliran uap air menuju kondenseor disebabkan oleh hisapan vakum.
Ketika terjadi penguapan air, unsur-unsur penyusun air laut dan berbagai unsur
logam, garam, bahan padat dan kandungan-kandungan yang memiliki berat jenis
lebih besar dari berat jenis uap air akan tertinggal sebagai residu.

Anda mungkin juga menyukai