HUKUM MUKHTALAF
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushl Fiqh
Dosen Pembimbing Hauli Haikal, M.Pd.I
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. atas segala limpahan rahmat, nikmat
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hauli Haikal, M.Pd.Iselaku
pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat
dalam proses penyelesaian makalah ini, terima kasih juga kami sampaikan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang ikut mendukung makalah ini sehingga bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Uslh Fiqh dan
berharap agar makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan rekan-
rekan mahasiswa dan para pembaca yang lain. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran rekan-rekan mahasiswa
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
A. Istihsan............................................................................................ 2
B. Qoul Shohabiy................................................................................ 3
C. Maslahah Mursalah......................................................................... 4
D. Syar’un Man Qoblana..................................................................... 5
E. Urf .................................................................................................. 6
F. Istihsab............................................................................................ 7
G. Saddud Dzari’ah.............................................................................10
A. Kesimpulan .................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu Ushul Fiqih kita akan banyak diperkenalkan pada
pembahasan tentang berbagai macam dalil hukum atau metode ijtihad para
ulama dalam mengambil keputusan (istinbat) suatu hukum. Di antara dalil-
dalil hukum tersebut terdapat dalil hukum yang disepakati dan ada yang
diperdebatkan. Dalil hukum yang disepakati adalah Al-Qur’an, As-Sunnah,
Ijma’ dan Qiyas tetapi antara Ijma dan Qiyas ada yang sepakat ada juga yang
tidak, akan tetapi yang tidak sepakat hanya sebagian kecil yang tidak
menyepakati adanya dalil hukum Qiyas. Dan ini telah dijelaskan oleh
makalah- makalah sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam Hukum Mukhtalaf ?
2. Apa pengertian, sumber hukum dan macam-macam dari Istihsan, Qoul
Shohabiy, Maslahah Mursalah, Syar’un Man Qablana, Al-‘Urf, Istishab,
Saddudz Dzari’ah?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ushl Fiqh.
2. Menjelaskan pengertian, sumber hukum dan macam-macam dari
Istihsan, Qoul Shohabiy, Maslahah Mursalah, Syar’un Man Qablana,
Al-‘Urf, Istishab, Saddudz Dzari’ah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISTIHSAN
1. Pengertian Istihsan
Menurut bahasa, istihsan berarti menganggap sesuatu lebih baik
atau mencari kebaikan. Menurut ulama ushul fiqh, Istihsan ialah berpaling
pada sesuatu masalah dari sesuatu hukum yang sama menuju hukum lain
karena ada alasan yang lebih kuat. Imam asy-Syarkhasi dalam kitabnya
“al-Mabsut”, menyimpulkan bahwa istihsan ialah menghindarkan
kesulitan demi kemudahan. Sebab kemudahan merupakan unsur pokok
atau prinsip dalam agama1.
2. Dasar Hukum Istihsan
Firman Allah :
1
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fikih (Jakarta, Pustaka Jaya2011), hlm. 406.
2
3
b. qiyas, semestinya akad itu batal. Sebab sasaran (objek) akad tidak
ada ketika akad itu dilangsungkan.
c. Istihsan Ijma’, yaitu Istihsan yang meninggalkan
penggunaan dalil qiyas karena adanya ijma’ ulama’
yang menetapkan hukum yang berbeda dari tuntutan
qiyas. Contohnya adalah kasus kontrak kerja
pertukaran barang dengan imbalan jasa.
d. Istihsan Dhorurat, yaitu Istihsan yang disebabkan
oleh adanya keadaan dlarurat(terpaksa) dalam suatu
masalah yang mendorong seorang mujtahid untuk
meninggalkan dalil qiyas. Contonya yaitu:
mensucikan kolam atau sumur yang tidak mungkin
dilakukan jika tetap berpegang pada dalil qiyas.
Dalam hubungan ini, pengarang kitab “Kasyful Asrar”
menerangkan : “untuk mensucikan kolam atau
sumur yang terkena najis, tidaklah mungkin dengan
cara menuangkan air kedalamya. Air yang masuk
kedalam kolam akan menjadi najis lantaran
bersentuhan dengan air yang najis. Demikianlah
seterusnya, saling terkait, hingga semuanya menjadi
najis. Oleh karena itu para ulama’ memilih
menggunakan dalil Istihsan dengan meninggalkan
penerapan dalil qiyas, karena ada dlarurat yang tidak
bisa dihindarkan. Pengaruh dlorurat dengan
demikian, mampu menggugurkan khitab (perintah
atau larangan Allah).2
B. QOUL SHOHABIY
1. Pengertian Qoul Shohabiy
2
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fikih (Jakarta, Pustaka Jaya2011), hlm. 403.
4
C. MASLAHAH MURSALAH
1. Pengertian Maslahah Mursalah
Mashalihul mursalah terdiri dari dua kalimat yaitu
maslahat dan mursalah. Maslahat sendiri secara etimologi
didefinisikan sebagai upaya mengambil manfaat dan
menghilangkan mafsadat atau madharat. Dari sini dapat
dipahami, bahwa maslahat memiliki dua terma yaitu
adanya manfaat ( ) إجابيdan menjauhkan madharat4.()سلبي
Terkadang maslahat ini ditinjau dari aspek ijab-nya saja, ini
menjadi qorinah menghilangkan mafsadat. Seperti
pendapat fuqaha bahwasanya “menghilangkan mafsadat
didahulukan dalam menegakkan maslahat”.Adapun
mursalah dipahami sebagai sesuatu yang mutlak غيرمقيد
yaitu maslahat yang secara khusus tidak dijabarkan oleh
nash atau tidak ada perintah maupun larangan. Dengan
3
Ibid., hlm. 405.
4
Al Ghazaly, Al Mustarfa, Op cit, juz: 1, hal.139.
5
5
Abu Hamid Ghazāli, Al-Mustasyfā fī ‘Ilm al-Ushūl( Beirut,Dār al-Kutūb al-
Ilmiyyah, 1993), hlm.71
6
Ahmad Hanafie, Ushul Fiqh, (Jakarta: Widjaya Kusuma, 1993) hlm. 33.
6
E. URF
1. Pengertian Urf
‘Urf menurut bahasa berarti mengetahui. ‘Urf adalah
apa-apa yang saling diketahui oleh manusia dan mereka
mempraktekkannya, baik perkataan maupun perbuatan atau
meninggalkan. Sedangkan menurut para ahli ushulfiqh adalah
sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia dan mereka
menjadikan tradisi.
2. Macam- macam Urf
Pembagian ‘urf ada dua diantaranya:
a. ‘Urf Shahihah yaitu kebiasaan yang bisa dijadikan
landasan hukum.
1. ‘Urf shahih ‘am
Adalah suatu kebiasaan yang telah disepakati
oleh setiap manusiadimanapun dan kapanpun
mereka berada. Seperti sesuatu yang berikan
olehlaki-laki kepada wanita pinangannya berupa
7
F. ISTISHAB
7
Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung:Pustaka Setia, 2010)
8
1. Pengertian Istishab
Istishab secara bahasa berarti “meminta ikut serta
secara kontinyu”. Adapun menurut pengertian istilah
sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian ulama,
istishab berarti: “Menganggap status sesuatu (hukumnya)
tetap seperti keadaan semula tanpa perubahan, sebelum
terbukti ada sesuatu yang mengubahnya
(membatalkannya)”8. Senada dengan pengertian di atas,
istishab berarti “Menetapkan berlakunya hukum yang telah
ada atau meniadakan sesuatu yang memang tiada sampai
ada bukti yang mengubah kedudukannya”. Contoh:
Seseorang yang sebelumnya diketahui masih hidup tetap
dianggap hidup selama belum ada bukti bahwa ia telah
wafat, atau seseorang yang sudah berwudlu masih terus
dihukumi punya wudlu sampai ada bukti yang
membatalkannya.
2. Dasar Hukum Istishab
a. Al-Quran
8
Muhammad Abū Zahrah, Ushūl al-Fiqh, (Beirut: Dār al-Fikr, 1957)
9
G. SADDUD DZARI’AH
1. Pengertian Saddud Dzari’ah
Saad secara bahasa adalah menutup, sedangkan
dzarī’ah adalah jalan yang menghubungkan kepada suatu
tujuan, baik yang mengandung suatu kemafsadahan
maupun mengandung suatu kemaslahatan, berupa
perbuatan ataupun perkataan. Dengan demikian saad
dzarī’ah secara bahasa berarti menutup jalan ke suatu
tujuan. Menurut istilah, Saad al-Dzarī’ah adalah Setiap
sesuatu yang menghubungkan kepada sesuatu yang
dilarang, yang mengandung kemafsadatan dan
kemadhorotan.
2. Dasar Hukum Saddud Dzari’ah
a. Al Quran
A. Kesimpulan
B. Saran
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran rekan-rekan mahasiswa yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini dan kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Al-Ghazāli, Abu Hamid. 1993.Al-Mustasyfā fī ‘Ilm al-Ushūl.
Beirut:Dār al-Kutūb
al- Ilmiyyah
Hanafie, Ahmad. 1993. Ushul Fiqh. Jakarta : Widjaya Kusuma
Muhammad Abu Zahrah.2011. “Ushul Fikih”. Jakarta: Cahaya
Ilmu
Rachmat Syafe’I, Rachmad. 2010. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung:
Pustaka Setia
Zahrah, Muhammad Abu. 2009. Terjemah Ushul Fiqih. Jakarta:
Pustaka Jaya
14