Anda di halaman 1dari 6

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN

BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI


TAHUNAN

Rizky Ferdinan, Eddy Warman


Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
e-mail : rizky_ferdinand20@yahoo.com

Abstrak
Setiap instalasi PLN dan industri tentunya membutuhkan trafo sebagai alat untuk mengubah tegangan
tinggi menjadi tegangan rendah atau sebaliknya. Panjangnya jaringan listrik PLN tentu memerlukan
banyak trafo dan peralatan lainnya dalam mendistribusikan tenaga listrik untuk melayani konsumen.
Oleh karena itu kita harus mengelola dan mengetahui cara pemilihan trafo. Pada jurnal ini dihitung biaya
rugi daya pada dua trafo dengan kapasitas yang sama sebesar 400 kVA untuk memilih trafo yang
memiliki biaya rugi-rugi yang lebih kecil. Walaupun dua buah trafo memiliki kapasitas daya yang sama
besar, besarnya rugi tanpa beban dan rugi berbeban pada dua trafo dapat berbeda. Pada jurnal ini rugi-
rugi daya yang dihitung bergantung pada rugitrafo tanpa bebantrafo dan rugi trafo berbeban. Kedua rugi-
rugi ini dijumlahkan untuk mendapatkan total rugi trafo. Pada trafo 1 rugi daya total sebesar 5325 W dan
trafo 2 sebesar 5440 W. Dari jumlah rugi daya total ini dihitung biaya rugi daya setiap trafo. Untuk total
biaya rugi daya berbeban pada trafo I lebih kecil sebesar Rp. 15.824.186,64 dibandingkan dengan trafo II
sebesar Rp. 16.067.802,24.

Kata Kunci : Trafo Distribusi, Biaya Rugi Daya Trafo.


rugi tembaga. Dengan adanya rugi-rugi tersebut,
1. Pendahuluan penulis akan membandingkan dua buah trafo
yang memiliki rugi-rugi yang berbeda terhadap
PT PLN (Persero) adalah penyedia listrik besar biayanya.
Negara yang ada di Indonesia. Dalam penyaluran
daya listrik, tidak seluruhnya dapat disalurkan 2. Transformator
kepada konsumen, karena akan hilang dalam bentuk
susut energi. Sarana dan Prasarana yang baik sangat Transformator merupakan suatu alat listrik
dibutuhkan dalam perkembangan teknologi yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu
sekarang ini. Saatini, energi listrik sangat tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu
dibutuhkan untuk mendukung gandengan magnetdan berdasarkan prinsip-prinsip
pertumbuhanpembangunan di Indonesia. Adanya induksi-elektromagnet. Transformator terdiri atas
arus listrik bolak-balik yang mengalir pada inti besi sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua
sebuah trafo maka inti besi akan berubah menjadi buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
magnet. Apabila inti besi tersebut dikelilingi oleh kumparan sekunder. Penggunaan transformator
suatu belitan, maka pada kedua ujung belitan yang sederhana dan handal memungkinkan
tersebut akan timbul beda tegangan sehingga dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis
menimbulkan gaya gerak listrik. untuk tiap-tiap keperluan serta merupakan salah
Gaya gerak listrik yang mengalir terus menerus satu sebab penting bahwa arus bolak-balik sangat
pada inti besi akan menimbulkan panas oleh arus banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan
eddy (eddy current). Untuk memperoleh besarnya penyaluran tenaga listrik.
rugi-rugi inti maka trafo akan diuji dengan member Di dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik,
tegangan pada sirkit trafo dalam keadaan terbuka. transformator distribusi dipergunakan untuk
Sedangkan untuk memperoleh besarnya rugi menurunkan tegangan penyulang utama (primary
tembaga, tahanan pada rangkaian dialiri arus beban. feeder) menjadi tegangan rendah (sekunder) yang
Karena rugi ini terjadi pada belitan trafo yang langsung digunakan oleh para pemakai energy
terbuat dari tembaga maka rugi ini sering disebut listrik (konsumen).

-13- copyright @ DTE FT USU


SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 1/Juli 2014

Transformator distribusi dihubungkan menganalisis kerja suatu transformator, adanya


langsung dengan beban melalui jaringan sekunder fluks bocor Φ1 dan Φ2 ditunjukkan sebagai
dan lokasi pemasangannya tersebar dibanyak tempat reaktansi X1 dan X2. Sedangkan rugi tahanan
dengan jarak beberapa ratus meter atau sampai ditunjukkan dengan R1 dan R2. Dengan demikian
beberapa kilometer, tergantung pada kapasitas model rangkaian dapat dilihat pada Gambar 1.
transformator dan besar beban yang dilayani.
Menurut standart NEMA (The Nationa; Gambar 1. Rangkaian ekivalen tranformator
Electrical Manufactures Association), transformator
dengan 3 kVA sampai dengan 500kVA
diklasifikasikan
i. Untuk transformator distribusi 1 θ :rating dari 3
kVA sd 500 kVA
ii. Untuk transformator distribusi 3 θ : rating dari
9 kVA sd 1600 kVA
iii. Untuk transformator –transformator yang
ratingnya lebih besar dari 1600 kVA,
diklarifikasikan sebagai transformator tenaga. Rugi-rugi pada transformator dapat
diklasifikasikan atas rugi-rugi primer, rugi-rugi
Sekarang di Indonesia telah banyak dijumpai sekunder dan rugi-rugi inti (besi). Rugi-rugi primer
transformator distribusi dengan rating lebih besar dan sekunder adalah rugi-rugi daya nyata dalam
dari 500 kVA. I2Rwatt. Rugi-rugi ini akibat resistansi dari masing-
Transformator terdiri atas dua buah kumparan masing belitan, yaitu belitan primer dan sekunder.
(primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua Apabila transformator tidak dibebani, maka rugi-
kumparan ini terpisah secara elektris namun rugi daya pada sekunder adalah nol. Berikut skema
berhubungan secara megnetis melalui jalur yang dari rugi-rugi yang ada pada transformator pada
memiliki reluktansi rendah. Apabila kumparan Gambar 2.
primer dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di
dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan
tersebut membentuk jaringan tertutup maka
mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi
induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di
kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari
kumparan primer atau disebut sebagai induksi Gambar 2. Blok diagram rugi-rugi pada
bersama (mutual induction) yang menyebabkan transformator
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder,
maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian i.Rugi Tembaga (PCu)
sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat Rugi yang disebabkan arus mengalir pada
ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi). kawat tembaga dapat ditulis sebagai berikut :
= − ( ) (1) PCu= I2R(watt) (2)
Dimana : Formula ini merupakan perhitungan untuk
e = gaya gerak listrik (Volt) pendekatan. Karena arus beban berubah-ubah, rugi
N = jumlah lilitan (turn) tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.
Dan perlu diperhatikan pula resistansi disini
= perubahan fluks magnet (weber/sec)
merupakan resistansi AC.
Dalam kondisi ideal, tanpa rugi-rugi,
perbandingan lilitan antara keduanya merupakan ii. Rugi Besi (Pi)
perbandingan tegangan antara kedua sisinya.Namun Rugi inti atau rugi besi pada transformator juga
pada kenyataannya, daya masukkan tidak pernah adalah rugi dalam watt. Rugi inti pada transformator
sama dengan daya keluaran. Terdapat rugi-rugi terdiri atas dua bagian, yaitu rugi hysteresis dan
yang terjadi di inti besi dan lilitan. Rugi-rugi eddy current. Adapun penjelasan tentang kedua
tersebut terjadi akibat histerisis, arus eddy, jenis rugi inti tersebut adalah sebagai berikut :
resistansi belitan dan fluks bocor.Dalam model
rangkaian (rangkaian ekivalen) yang dipakai untuk

-14- copyright @ DTE FT USU


SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 1/Juli 2014

iii. Rugi Hysteresis, yaitu rugi-rugi yang Rb = rugi daya berbeban trafo
disebabkan oleh fluks bolak-balik pada inti besi Smaks = Daya maksimal trafo (KVA)
yang dinyatakan sebagai : Fr = Faktor rugi-rugi
k = Faktor pertumbuhan beban
,
Ph= (watt) (3) ( ) ( ) ( ) .
Dimana : k = [( ) ( ) ][( ) ]
(9)
Kh = Konstanta Dimana :
Bmax = Fluks maksimum (weber) i = tingkat bunga pertahun
r = tingkat pertumbuhan beban pertahun
iv. Rugi Eddy Current, yaitu rugi-rugi yang n = jumlah tahun pengusahaan
disebabkan oleh arus pusar pada inti besi yang Jadi biaya rugi-rugi daya total setiap tahun adalah :
dinyatakan sebagai : Brt (n) = Btb (n) n = jumlah tahun pengusahaan
Jadi biaya rugi-rugi daya total setiap tahun adalah :
Pe= (watt) (4)
Dimana : Brt (n) = Btb (n) + Bb (n)
Kh = Konstanta = ( Bdl + 8760.Btl ).Rtb + ( Bdl.Rf +
Bmax = Fluks maksimum (weber) Fr.8760.Btl).Rdb (Smaks/Sn)2 (10)
Jadi rugi besi (inti) adalah
Pi = Ph + Pe (watt) (5) Faktor rugi-rugi trafo dapat dicari dengan
persamaan
Perhitungan biaya rugi-rugi daya pada Fr = Fb (c) + (1-c) Fb2 (11)
transformator distribusi terdiri dari dua yaitu
perhitungan biaya rugi daya tanpa beban dan biaya
Dimana : Fb = 100%
rugi daya berbeban. Hasil dari kedua biaya ini
merupakan biaya total untuk transformator. Fb = Faktor beban [3]
Rugi-rugi yang terjadi pada inti besi trafo Pr = Daya rata-rata
merupakan rugi-rugi daya tanpa beban. Besarnya Pmax = Daya yang tertinggi saat beban puncak
rugi rugi ini dapat diukur saat trafo tidak dibebani. c = Konstanta untuk sistem distribusi 0.15
Besarnya rugi daya tanpa beban adalah tetap dan dan sistem transmisi 0.3
dapat dihitung dengan persamaan 6.
3. Metode Penelitian
Btb = ( 8760 x Btl ).Rbn (6)
Penelitian ini dilakukan dengan cara
Dimana : pengambilan data pembebanan trafo distribusi pada
Btb = Biaya rugi daya tanpa beban (Rp/tahun) PT. PLN (PERSERO).
8760 = jumlah waktu dalam satu tahun (jam/tahun) Data trafo pada Tabel 1merupakan dua
Btl = Biaya tenaga listrik (Rp/Kw per tahun) trasnformator distribusi yang dibandingkan dan
Rbn = Rugi daya tanpa beban/ rugi beban nol memiliki kapasitas sama yaitu 400 kVA.
(Kw)
Tabel 1. Spesifikasi trafo I dan II
Biaya rugi-rugi daya berbeban besarnya akan Trafo I Trafo II
berubah berdasarkan perubahan beban unit trafo Kapasitas trafo 400 kVA 400kVA
yang ada. Jika beban naik, maka rugi-rugi daya Phasa trafo 3 3
berbeban akan naik juga sehingga biayanya akan Tegangan primer 20 kV 20 kV
naik juga. [1] [2] Dalam perhitungan biayanya harus Tegangan
dimasukkan factor pertumbuhan beban, 400 V 400 V
sekunder
responsibility factor, dan factor rugi-rugi. Biaya Impedansi 4% 4%
rugi-rugi berbeban dapat dihitung dengan Frekuensi 50 Hz 50 Hz
persamaan 8. Hubungan belitan Dyn5 Dyn5
Rugi Besi 925 W 840 W
Bb = ( Fr.8760.Btl ).Rb (Pmaks/Sn)2.k (8) Rugi Tembaga 4400 W 4600 W
Berat Trafo 1600 Kg 1300 Kg
Dimana :
Bb = Biaya rugi daya berbeban tahun ke-n
(Rp/thn)

-15- copyright @ DTE FT USU


SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 1/Juli 2014

4. Perhitungan Total Biaya Rugi Daya Faktor kerugian = Faktor beban (c) + (1-c) (Faktor
Untuk menghitung besarnya rugi daya total beban) 2
pada trasformator diperlukan data pengujian tanpa Dimana :
,
beban (rugi besi) dan pengujian berbeban (rugi Faktor beban = = = 0,73
,
tembaga) yang sudah terdapat pada masing-masing
Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan
trafo distribusi. Nilai rugi-rugi daya aktif dari data
diatas maka :
rugi besi dan rugi tembaga akan dihitung biaya yang
Faktor kerugian = Faktor beban (c) + (1-c) (Faktor
dihasilkan serta menghitung nilai investasi dari
beban) 2
masing-masing transformator.
= 0,73 (0,15) + (1-0,15) (0,73)2
Untuk menghitung besar rugi daya berbeban,
= 0,109 + 0,453
maka diperlukan faktor kerugian, beban maksimum
= 0,56
trafo, serta faktor K. Faktor-faktor diatas dapat
Untuk kenaikan beban trafo terpasang dan
diperoleh dari data pembebanan trafo distribusi
faktor K setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 3.
yang terpasang pada Tabel 2.
Tabel 3. Daya terpasang dan factor K
Tabel 2. Data trafo distribusi terpasang
Tahun Daya Terpasang Faktor K
Alamat M.Yamin
1 232,4 1,02
Kode UPJ/Nama UPJ 12001/ MEDAN KOTA 2 245,95 1,23
Gardu induk Glugur 3 258,22 1,27
Penyulang GU3 4 275,46 1,31
Kode gardu MK211-1 5 291,52 1,37
Tipe gardu Gardu portal 6 308,52 1,41
Pembebanan 58,1 % 7 326,5 1,46
Temperatur 37 °C 8 345,53 1,52
Power factor 0,965 9 365,68 1,56
10 387 1,62
Kurva beban harian dari trafo distribusi untuk
trafo terpasang diatas dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk perhitungan rugi daya tanpa beban dapat
dihitung sebagai berikut.
Untuk trafo I dengan rugi beban nol
(Rbn) = 925 Watt = 0,925 kW
kurva beban harian Btb = ( 8760 x Btl ).Rbn
300 = ( 8760 x Rp. 1030,00 ) 0,925
270
240 = Rp. 8.346.090,00
210 Untuk trafo II dengan rugi beban nol
Daya trafo

180 (Rbn) = 840 Watt = 0,840 kW


150
120 Btb = ( 8760 x Btl ).Rbn
90 daya = ( 8760 x Rp. 1030,00) 0,840
60 = Rp. 7.579.152,00
30
0
Untuk perhitungan rugi daya berbeban dapat
1:00
3:00
5:00
7:00
9:00
11:00
13:00
15:00
17:00
19:00
21:00
23:00

dihitung sebagai berikut.


Untuk trafo I Rugi berbeban (rugi
Gambar 3. Kurva beban harian tembaga = 4400 Watt)
,
Perhitungan untuk tahun pertama :
Daya terpasang = × 400 = 232,40 = Bb = ( Fr . 8760 . Btl ). Rb . (Pmaks/Sn)2.k
224.3 kW = (0,56 . 8760 . Rp. 1030,00). 4,4 (232,4/400 )2.
Dari gambar 2 dapat dilihat daya puncak = 206,58 1,02
kW = (Rp. 5.052.768,00) .(1,48)
, = Rp. 7.478.096,64
Daya rata-rata = = 150,932
Untuk trafo II Rugi berbeban (rugi tembaga =
Untuk mencari faktor kerugian dapat dihitung 4600 Watt)
dengan persamaan [1] : Perhitungan untuk tahun pertama :

-16- copyright @ DTE FT USU


SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 1/Juli 2014

Bb = ( Fr . 8760 . Btl ). Rb . (Pmaks/Sn)2.k


= (0,56 . 8760 . Rp. 1030,00). 4,6 (232,4/400 )2.
1,02 44
42
= (Rp. 5.052.768) .(1,68) 40
38
= Rp. 8.488.650,24 36
34
32 Total biaya
30
Besar biaya selama 10 tahun ke depan untuk 28 rugi daya
26 trafo I
24

Juta
trafo I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.
22
20
18 Total biaya
Tabel 4. Rugi Berbeban trafo I dan II 16
14 rugi daya
Tahun Biaya Trafo I Biaya Trafo II 12
10 trafo II
1 Rp. 7.478.096,64 Rp. 8.488.650,24 8
6
2 Rp. 10.117.864,75 Rp. 11.065.561,92 4
2
3 Rp. 11.576.295,71 Rp. 12.530.864,64 0
4 Rp. 13.440.362.88 Rp. 14.653.027.20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 Rp. 15.764.636,16 Rp. 17.179.411.20 Tahun
6 Rp. 18.494.949,88 Rp. 19.705.795,20
7 Rp. 21.422.927,88 Rp. 22.396.697,33 Gambar 4. Grafik perbandingan biaya total trafo I
8 Rp. 25.344.684,29 Rp. 26.496.715,39 dan trafo II
9 Rp. 29.133.047,62 Rp. 30.821.884,80
10 Rp. 33.855.162,49 Rp. 35.874.652,80 Dari Tabel 5 dan Gambar 4 dapat dilihat
bahwa total biaya rugi daya pada trafo I lebih kecil
Total biaya rugi daya dapat dihitung dengan dari trafo II. Hal ini menunjukkan total rugi daya
menjumlahkan biaya rugi daya tanpa beban dan rugi pada trafo I lebih baik dibandingkan rugi daya pada
biaya berbeban[4][5]. trafo II.
Biaya rugi daya total (n) = biaya rugi tanpa
beban(Btb) + biaya rugi berbeban(Bb) 5. Kesimpulan
Biaya rugi daya total untuk trafo I dapat Setelah melakukan perhitungan data pada
dihitung sebagai berikut :
jurnal ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
Untuk tahun pertama
1. Pada perhitungan biaya rugi daya tanpa beban,
Biaya rugi daya total
pada trafo I sebesar Rp. 8.346.090,00 dan trafo
= Rp. 7.629.679,68 + Rp. 8.346.090,00
II sebesar Rp. 7.579.152,00. Dari perhitungan
= Rp. 15.975.769,68
tersebut dapat dilihat biaya rugi daya tanpa
Biaya rugi daya total untuk trafo II dapat
beban pada trafo II lebih baik dibandingkan
dihitung sebagai berikut :
dengan trafo I.
Biaya rugi daya total
2. Pada perhitungan biaya rugi daya berbeban
= Rp. 7.579.152,00 + Rp. 8.488.650,24
untuk tahun pertama, pada trafo I sebesar Rp.
= Rp. 16.067.802,24
7.478.096,64 sedangkan pada trafo II sebesar
Untuk biaya rugi daya total sampai tahun Rp. 8.488.650,24. Dari perhitungan tersebut
ke-10 dapat dilihat pada Tabel 5. dapat dilihat biaya rugi daya berbeban pada
trafo I lebih baik dibandingkan dengan trafo II.
Tabel 5. Total biaya rugi daya trafo I dan II 3. Pada perhitungan total biaya rugi daya total,
Tahun Biaya Trafo I Biaya Trafo II pada trafo I sebesar Rp. 15.824.186,64
1 Rp. 15.824.186,64 Rp. 16.067.802,24 sedangkan pada trafo II sebesar Rp.
2 Rp. 18.463.954,75 Rp. 18.644.713,92 16.067.802,24 dan berangsur-angsur naik pada
3 Rp. 19.922.385,71 Rp. 20.110.016,64 tahun berikutnya. Dari perhitungan tersebut
4 Rp. 21.786.452.88 Rp. 22.232.179,20 dapat dilihat rugi total biaya pada trafo I lebih
5 Rp. 24.110.726.16 Rp. 24.758.563,20 kecil dari trafo II.
6 Rp. 26.841.039,88 Rp. 27.284.947,20
7 Rp. 29.769.017,88 Rp. 29.975.849,33
8 Rp. 33.690.774,29 Rp. 34.075.867,39 Referensi
9 Rp. 37.479.137,62 Rp. 38.401.036,80
10 Rp. 42.201.252,49 Rp. 43.453.804,80 [1] Pabla, AS. 1994. Sistem Distribusi Tenaga
Listrik. Jakarta. Erlangga.

-17- copyright @ DTE FT USU


SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 1/Juli 2014

[2] IEEE Loss Evaluation Guide for Power


Transformers and Reactors, “IEEE C57.120
1991”, New York : IEEE, 1991.
[3] Gonen, Turan. Electric Power Distribution
System Engineering. McGraw-Hill Book
Co-Singapore. Singapore.
[4] RUS bulletin 1724E-301. 2004. Guide
for the Evaluation of Large Power
Transformer Losses.
[5] REA bulletin. 1983. Guide for Economic
Evaluation of Distribution Transformer.
Hal 16-63. Rural Electrification
Admisnistration.

-18- copyright @ DTE FT USU

Anda mungkin juga menyukai