Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN PUSTAKA

Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini


Coronavirus Disease 2019: Review of Current Literatures
Adityo Susilo1,2, C. Martin Rumende1,2, Ceva W Pitoyo1,2, Widayat Djoko Santoso1,2, Mira Yulianti1,2,
Herikurniawan1,2, Robert Sinto1,2, Gurmeet Singh1,2, Leonard Nainggolan1,2, Erni J Nelwan1,2, Lie Khie
Chen1,2, Alvina Widhani2, Edwin Wijaya2, Bramantya Wicaksana2, Maradewi Maksum2, Firda Annisa2, Chyntia
OM Jasirwan2, Evy Yunihastuti2
1
Tim Penanganan Kasus pasien dengan Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-emerging Disease (PINERE) RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Korespondensi:
Adityo Susilo. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jln. Diponegoro
No. 71, Jakarta 10430. Email: adityo_susilo@yahoo.com

ABSTRAK
Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang
kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019
(COVID-19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran penyakit
ini telah memberikan dampak luas secara sosial dan ekonomi. Masih banyak kontroversi seputar penyakit ini, termasuk
dalam aspek penegakkan diagnosis, tata laksana, hingga pencegahan. Oleh karena itu, kami melakukan telaah terhadap
studi-studi terkait COVID-19 yang telah banyak dipublikasikan sejak awal 2020 lalu sampai dengan akhir Maret 2020.
Kata Kunci: COVID-19, pandemi, SARS-CoV-2, Wuhan,

ABSTRACT
In early 2020, the world was caught off guard by the outbreak of unknown pneumonia that began in Wuhan, Hubei
Province. It spread rapidly throughout more than 190 countries and territories. This outbreak is named coronavirus disease
2019 (COVID-19), caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). The spread of this disease
has had wide social and economic impacts. There are many controversies surrounding this disease, such as diagnosis,
management, and prevention. Therefore, we conducted a review of current literatures related to COVID-19 that have
been published since the beginning of 2020 until the end of March 2020.
Keywords: Wuhan, pandemic, COVID-19, SARS-CoV-2

PENDAHULUAN disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome


Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).4
pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia
dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari
kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan.1 190 negara dan teritori lainnya.5 Pada 12 Maret 2020,
Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.6
lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus
Syndrome (ARDS).2 Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 5
Sementara
Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan
dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu
bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi
lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.3 EPIDEMIOLOGI
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan
2
coronavirus baru. Awalnya, penyakit ini dinamakan
sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya
kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di
Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi

| Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020| 45


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

lain dan seluruh China.7 Tanggal 30 Januari 2020, telah


coronavirus pada umumnya (Gambar 1). Sekuens SARS-
CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang
Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis
Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian
17
Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Mamalia dan
Jerman.8 burung diduga sebagai reservoir perantara.1
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada Pada kasus COVID-19, trenggiling diduga sebagai
tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.9 Data 31 Maret reservoir perantara. Strain coronavirus pada trenggiling
adalah yang mirip genomnya dengan coronavirus kelelawar
10
Tingkat mortalitas (90,5%) dan SARS-CoV-2 (91%).18 Genom SARS-CoV-2
COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan sendiri memiliki homologi 89% terhadap coronavirus
5,11
kelelawar ZXC21 dan 82% terhadap SARS-CoV.19
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan

telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus protein spike domain receptor-binding yang hampir

menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 angiotensin-


20
terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak Pada SARS-CoV-2, data in
19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh vitro mendukung kemungkinan virus mampu masuk ke
17
Studi tersebut
5

reseptor coronavirus
VIROLOGI (APN) dan (DPP-4).17
Coronavirus
TRANSMISI
termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia
terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga
alphacoronavirus
alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, droplet yang
betacoronavirus Severe Acute Respiratory Illness keluar saat batuk atau bersin.22
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan
14 23
Syndrome Coronavirus melalui WHO
Coronavirus memperkirakan (R0) COVID-19
termasuk dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan
R0 sebesar 3,28.24
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness
(SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.15 Atas
dasar ini,
mengajukan nama SARS-CoV-2.16

Gambar 2.
21

®
Gambar 1. Struktur genom virus. ORF: open reading frame, E:
envelope, M: membrane, N: nucleocapsid17

46 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

case fatality rate

Laki-laki 51,4 2,8 38,5 1,39 57,9 10,3


Perempuan 48,6 1,7 61,5 0,75 42,1 6,2
0-9 0,9 0 1,0 0 0,6 0
10-19 1,2 0,2 5,2 0 0,8 0
20-29 8,1 0,2 27,8 0 3,8 0
30-39 17,0 0,2 10,3 0,1 7,1 0,4
40-49 19,2 0,4 14,0 0,1 12,3 0,6
50-59 22,4 1,3 19,2 0,4 19,1 1,2
60-69 19,2 3,6 12,6 1,5 17,7 4,9
70-79 8,8 8 6,4 5,3 19,9 15,3
>79 3,2 14,8 3,4 10,8 18,1 23,6

Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke
dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike

pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan


erat dengan pasien COVID-19.22, 25

yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang


muncul di permukaan sel.20, 24
Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga
setelah virus masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan
kecil.22, 26 Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi
dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya,
26
genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein
pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam
berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum,
pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom
23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi

27
bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan
komponen virus yang baru.31
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai
dilakukan van Doremalen, dkk.23 menunjukkan SARS-
stainless steel dalam sel pejamu.31 Telah diketahui bahwa masuknya
(>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24
jam). Studi lain di Singapura menemukan pencemaran membran virus dengan plasma membran dari sel.32 Pada

COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi


di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, clathrin-
dependent dan clathrin-independent endocytosis yang
udara.28 Persistensi berbagai jenis coronavirus lainnya memediasi masuknya SARS-CoV ke dalam sel pejamu.33
dapat dilihat pada Tabel 2. Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam
35

PATOGENESIS mengalahkan respons imun menentukan keparahan


36
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak Disregulasi sistem imun kemudian berperan

CoV yang sudah lebih banyak diketahui.30 Pada manusia,


virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun
napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan.35

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 47


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

29
Tabel 2.
Permukaan Virus Titer virus Persistensi
Besi 105 20OC 48 jam
30OC 8-24 jam
103
HCoV 21OC 5 hari
Alumunium HCoV 5 x 103 21OC 2-8 jam
Metal SARS-CoV 105 Suhu ruangan 5 hari
Kayu SARS-CoV 105 Suhu ruangan 4 hari
Kertas SARS-CoV (Strain P9) 105 Suhu ruangan 4-5 hari
106 Suhu ruangan 24 jam
105 3 hari
104 < 5 menit
Kaca SARS-CoV 105 Suhu ruangan 4 hari
HCoV 103 21OC 5 hari
105 22-25OC <5 hari
105 20OC 48 jam
30OC 8-24 jam
SARS-CoV (Strain P9) 105 Suhu ruangan
SARS-CoV (Strain FFM1) 107 Suhu ruangan
107 Suhu ruangan
PVC HCoV 103 21OC 5 hari
Karet silicon HCoV 103 21OC 5 hari
Sarung tangan bedah HCoV 5 x 103 21OC <8 jam
(lateks)
Gaun bedah SARS-CoV 106 Suhu ruangan 2 hari
105 24 jam
104 1 jam
Keramik HCoV 103 21OC 5 hari
HCoV 103 21OC 5 hari

Skema replikasi dan patogenesis virus, diadaptasi dari berbagai sumber.30-32, 34-37
30
Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 Pada respons imun
juga belum sepenuhnya dapat dipahami, namun dapat humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap SARS-CoV. IgM
dipelajari dari mekanisme yang ditemukan pada SARS-CoV terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG
dapat bertahan jangka panjang.30
virus akan dipresentasikan ke pasien yang telah sembuh dari SARS menujukkan setelah 4
tahun dapat ditemukan sel T CD4+ dan CD8+ memori yang
molekul (MHC) kelas I.
Namun, MHC kelas II juga turut berkontribusi.30 Presentasi 38

Virus memiliki mekanisme untuk menghindari


humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan respons imun pejamu. SARS-CoV dapat menginduksi

| Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

39

(PRRs) dan bereplikasi

pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh SARS-CoV dan

30

serta kemokin dalam jumlah besar (CCL2, CCL3, CCL5,


Klinis Ringan
Respons imun yang terjadi pada pasien dengan 3.3, 30 ,
inducible protein 10,
sebuah laporan kasus di Australia. Pada pasien tersebut 1, dan juga
didapatkan peningkatan sel T CD38+HLA-DR+ (sel T didapatkan peningkatan. Respons imun yang berlebihan

40
itu didapatkan peningkatan ASCs)

sebelum resolusi gejala. Peningkatan IgM/IgG SARS-CoV-2 FAKTOR RISIKO


Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit
ke-20. Perubahan imunologi tersebut bertahan hingga 7 komorbid hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin
hari setelah gejala beresolusi. Ditemukan pula penurunan
monosit CD16+CD14+ dibandingkan kontrol sehat. Sel
natural killer banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi
dan (MCP-1; CCL2)
juga ditemukan menurun, namun kadarnya sama dengan dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi
41, 42

43
Diaz JH
37
atau angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko
mengalami COVID-19 yang lebih berat. Terkait dugaan
ini,
Klinis Berat

sehingga pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap


melanjutkan pengobatannya.44

45, 46
Kanker diasosiasikan

47

C- kronik juga mengalami penurunan respons imun, sehingga


dengan klinis berat. Sel T helper, T supresor, dan T regulator lebih mudah terjangkit COVID-19, dan dapat mengalami
ditemukan menurun pada pasien COVID-19 dengan luaran yang lebih buruk.48 Studi Guan, dkk.49 menemukan
kadar T helper dan T regulator yang lebih rendah pada bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki komorbid,
kasus berat.36 Laporan kasus lain pada pasien COVID-19 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23

HIV umumnya memiliki risiko mortalitas yang lebih besar

SARS-CoV-2.50

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 |


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

dilaporkan.51 Belum ada studi yang menghubungkan sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C.3
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi
SARS-CoV-2. Namun, studi meta-analisis yang dilakukan yang lamanya sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada
oleh Yang, dkk.52 menunjukkan bahwa pasien COVID-19
dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung
(gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga

(CDC) adalah
umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga
COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit.
masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk,
53
(dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah.
Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko

tenaga medis.54 Di China, lebih dari 3.300 tenaga medis sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi
55
lainnya (Gambar 4)3, 49, 58, 60, 64-66 Gambar 5 menunjukkan
perjalanan penyakit pada pasien COVID-19 yang berat dan
MANIFESTASI KLINIS onset terjadinya gejala dari beberapa laporan.3, 49, 58, 60, 64

PEMERIKSAAN PENUNJANG
gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, A. Pemeriksaan Laboratorium
hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan
atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak
darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat
21
Viremia dikerjakan sesuai dengan indikasi. Trombositopenia juga
dan viral load kadang dijumpai, sehingga kadang diduga sebagai pasien
56
dengue. Yan, dkk.67 di Singapura melaporkan adanya pasien

disertai dengan demam, , batuk (dengan atau tanpa


pasien COVID-19 dapat dilihat pada .

suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga


Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan
3.3, 26 Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai (CT-
dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)

berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan


oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala Gambar 6. Foto toraks
57

49, 63

demam, batuk, bersin, dan sesak napas.1 Berdasarkan


data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk posterior juga ditemukan walaupun jarang.68 Studi lain
kering, dan . Gejala lain yang dapat ditemukan mencoba menggunakan 18
69

70
nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,
temuan utama pada CT scan toraks adalah
21
Lebih dari 40% demam pada ground-glass (88%), dengan atau tanpa konsolidasi, sesuai
pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, dengan pneumonia viral. Keterlibatan paru cenderung

50 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

60 61 62

41 155 62
Lokasi Shanghai Wuhan Wuhan Wuhan Washington
Temuan Klinis
Demam 43,4 87,1 98 72 98,6 81,3 77 52,4
Batuk 67,8 36,5 76 83 59,4 62,6 81 47,6
Pilek 4,8 6,8 - 6 - - - -
Nyeri tenggorok 13,9 6,4 - 61 17,4 - - -
38,1 15,7 44 - 69,6 73,2 52 -
Nyeri kepala 13,6 11,2 8 - 6,5 9,8 34 -
Sesak 18,7 7,6 55 11 31,2 32,3 3 76,2
Diare 3,8 3,2 3 17 10,1 4,5 8 -
Temuan Laboratorium
Leukosit (/mm3) 4.700 4.710 (3.800- 6.200 (4.100- 4.600 (1.700- 4.500 (3.300- 4.360 (3.300- 4.700 (3.500- 9.365 (2.890-
5.860) 10.500) 6.300) 6.200) 6.030) 5.800) 16.900)
1.000 1.120 (790- 800 (600- 1.200 (800- 800 (600- 900 (660- 1.000 (800- 889 (200-2.390)
mm3) 1.490) 1.100) 1.700) 1.100) 1.100) 1.500)
Platelet (/mm3) 168.000 - 164.000 - 163.000 170.000 176.000 215.000
23 (15-33) 32 (21-50) - 24 (16-40) 23 (16-38) 22 (14-34) 273 (14-4.432)
25 (20-33) 34 (26-48) - 31 (24-51) 32 (24-48) 26 (20-32) 108 (11-1.414)
- - 0,8 (0,67-0,98) 0,8 (0,67- 0,81 (0,67- 1.45 (0.1-4.5)
dL) 0,98) 0,94)
Bilirubin total - 11,7 (9,5-13,9) - 9,8 (8,4-14,1) - - 0.6 mg/dL (0.2-
(mmol/L) 1.1)
- 54 (33-90) - - - 25 (14-47) - -
CRP (mg/L) - 16,3 (0,9-97,5) - - 33 (16-74) - -
10 mg/L
5,5% - 8% - 0.05 (0.05- 0,04 (0,03- 1.8 (0.12-9.56)
ng/mL 0.09) 0,06)
Laktat (mmol/L) - 1,4 (1,1-2,1) - - - - 1.8 (0.8-4.9)
IL-6 (pg/mL) - - - - - 45 (17-96) - -
229 (195- 512 (285-796) 261 (182-403) 277 (195- 205 (184- -
291) 404) 260,5)
D-dimer - 0,5 mg/L (0,3- - 203 ng/mL 191 ng/mL 0,2 mg/L -
1,3) (121-403) (123-358) (0,2-0,5)
hs Trop I - - - 6,4 pg/mL - -
(2,8-18,5)
K
de

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 51


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

onset paparan dan durasi gejala sebelum memutuskan


Penebalan septum, penebalan pleura, bronkiektasis, dan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi
mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mulai
Gambar 7 menunjukkan contoh gambaran CT scan toraks hari 10-18 setelah onset gejala.65 Pemeriksaan jenis ini
pada pasien COVID-19.
Gambaran CT scan yang lebih jarang ditemukan
76

kavitas, dan pneumotoraks. Walaupun

saja ditemui seiring dengan progresivitas penyakit. Studi Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan
ini juga melaporkan bahwa pasien di atas 50 tahun lebih molekuler untuk seluruh pasien yang termasuk dalam
sering memiliki gambaran konsolidasi. kategori suspek. Pemeriksaan pada individu yang
Gambaran CT scan dipengaruhi oleh perjalanan
klinis:71
1. aspek epidemiologi, protokol skrining setempat, dan
predominan gambaran ground-glass. Penebalan ketersediaan alat. Pengerjaan pemeriksaan molekuler
2 (BSL-2),
jarang ditemukan.
sementara untuk kultur minimal BSL-3.76
2. 76
predominan gambaran ground-glass
Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus
3. Dua minggu sejak onset gejala: masih predominan
gambaran ground-glass, namun mulai terdeteksi (rRT-
konsolidasi PCR) dan dengan sequencing
4. Tiga minggu sejak onset gejala: predominan gambaran

.
dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh genom
virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.76
Berbeda dengan WHO, CDC sendiri saat ini hanya
menggunakan primer N dan RP untuk diagnosis molekuler.77
Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah (FDA) Amerika Serikat juga
mengembangkan uji serologi untuk SARS-CoV-2, namun telah menyetujui penggunaan tes cepat molekuler berbasis
GenXpert® yang diberi nama Xpert® Xpress SARS-CoV-2.78
uji serologi yang dipublikasi. Perusahaan lain juga sedang mengembangkan teknologi
Salah satu kesulitan utama dalam melakukan uji serupa. Tes cepat molekuler lebih mudah dikerjakan dan

palsu, karena angka deteksi virus pada rRT-PCR sebagai membantu mempercepat deteksi.78

52 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

Parameter Knntrol
Zhengtu, dkk72 525 PDP LFIA Deteksi IgM dan/atau IgG rRT-PCR 88,6% 90,63%
Pan Y, dkk73 27 Colloidal gold-based Deteksi IgM dan/atau IgG onset rRT-PCR 11,1% 55%
ICG 1-7 hari
28 8-14 hari 92,9% 16,6%
31 > 14 hari 96,8% 28,5%
Xiang J, dkk74 98 Deteksi IgM dan/atau IgG rRT-PCR 87,3% 100%
126 GICA 82,4% 100%
Xia N, dkk75 638 Tidak dijelaskan 94,8% 100%
IgM saja 86,9% 100%
341 GICA 96,2% 95,2%
IgM saja 87,9% 98,1%
583 Chemilumi-nescence 86,9% 99,2%
IgM saja 74,3% 99,2%

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 |


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

Kasus probable PDP yang


kualitas pengambilan atau manajemen spesimen buruk,

gangguan teknis di laboratorium. Oleh karena itu, hasil pancoronavirus atau betacoronavirus.

CoV-2, terutama pada pasien dengan indeks kecurigaan COVID-19, apapun temuan klinisnya. Selain itu, dikenal
76
(OTG), yaitu orang yang

ada kontak erat dengan pasien COVID-19.79


WHO merekomendasikan pengambilan spesimen Kontak erat
pada dua lokasi, yaitu dari saluran napas atas (swab
dalam satu lingkungan (misalnya kantor, kelas, atau rumah),
[sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien
endotrakeal].76 Sampel diambil selama 2 hari berturut dalam pengawasan ( ), probable
turut untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel tambahan ).79, 86 Kontak yang

sampel diambil pada hari 1 dan hari 14.79


Zou, dkk.80 melaporkan deteksi virus pada hari ketujuh Song, dkk.87

virus di hari pertama onset pada pasien dengan gejala yang melakukan pemeriksaan SARS-CoV-2 RNA di China,

80
pneumonia pada CT scan toraks, riwayat kontak erat,
dari sampel swab dan sputum memuncak pada hari 4-6
sejak onset gejala.81 Bronkoskopi untuk mendapatkan sebelum masuk rumah sakit, jenis kelamin laki-laki, usia,
sampel BAL merupakan metode pengambilan sampel
82
Induksi sputum juga
mampu meningkatkan deteksi virus pada pasien yang nilai prediksi yang baik untuk dugaan awal pasien
COVID-19.

risiko aerosolisasi virus.83 syok sepsis pada pasien COVID-19 dapat ditegakkan
menggunakan kriteria standar masing-masing yang sudah
ditetapkan. Tidak terdapat standar khusus penegakan
diagnosis ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien
di lapangan. Virus hanya terdeteksi pada sekitar <10% COVID-19.
sampel darah, jauh lebih rendah dibandingkan swab.82, 84
Belum ada yang berhasil mendeteksi virus di urin.82 SARS- TATA LAKSANA
CoV-2 dapat dideteksi dengan baik di saliva. Studi di Hong Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana

vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah terapi


85
pada awal onset.
88

DIAGNOSIS

Indonesia mengacu pada panduan yang ditetapkan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
mengadopsi dari WHO (dirangkum dalam Tabel 5)79 (arbidol).88 Selain itu, juga terdapat beberapa obat

lain.

54 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

Temuan
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 4
1. Demam/riwayat demam Ya Ya Ya - Salah satu dari
2. Batuk/pilek/nyeri tenggorok/ Ya - Ya - kedua poin ini, Ya
sesak (salah satu)
lain yang jelas
3. Perjalanan ke area/negara Ya - - Ya Ya
terjangkit (14 hari terakhir)
4. Kontak dengan kasus - Ya Ya - Ya

5. Pneumonia/ISPA berat tanpa - - - Ya


sebab lain

deksametason 20 mg/hari selama 5 hari dilanjutkan


10 mg/hari selama 5 hari dan/atau tocilizumab.
4. Pneumonia berat, ARDS/gagal napas, gagal
lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan administrasi sebagai
berikut:89 RDV 200 mg (hari 1), 100 mg (hari 2-10); DAN

secara inhalasi; hari. Kombinasi diberikan selama 5-20 hari. Jika RDV
• LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per
oral; hari atau
• RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan 5. Terapi ARDS: deksametason 20 mg/hari selama
5 hari dilanjutkan 10 mg/hari selama 5 hari atau
• tocilizumab. Rekomendasi dosis tocilizumab adalah 8
hari per oral;
Dapat diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 8 jam

hari per oral.
Selain China, Italia juga sudah membuat pedoman
penanganan COVID-19 berdasarkan derajat keparahan
penyakit:90 , yaitu
1. kelompok LPV/r dan IFN-beta, kelompok LPV/r, kelompok
91

2. yang sedang berlangsung dapat dilihat pada Lampiran.


dan bergejala demam, batuk, sesak napas, serta Berikut adalah obat-obat yang diduga dapat
rontgen menunjukkan pneumonia: LPV/r 200 mg/50
mg, 2 x 2 tablet per hari; atau Darunavir/ritonavir
(DRV/r) 800 mg/100 mg, 1 x 1 tablet per hari; atau 1.
Darunavir/cobicistat 800 mg/150 mg, 1 x 1 tablet Chu, dkk.92 menunjukkan kombinasi RBV dan LPV/r

dibandingkan RBV pada hari ke-21 pasca onset gejala.


diberikan selama 5-20 hari berdasarkan perubahan Kemudian, Cao, dkk.93 melakukan uji klinis tak tersamar
klinis. pada 199 subjek untuk menilai LPV/r dibandingkan
pelayanan standar pada pasien COVID-19. Tidak terdapat
3. Pada kasus membutuhkan terapi oksigen atau
perbedaan bermakna pada waktu perbaikan klinis. Pada
penilaian mortalitas 28-hari didapatkan angka yang lebih
rendah pada kelompok LPV/r (19.2% vs 25.0%).93
100 mg (hari 2-10) dan klorokuin 2 x 500 mg/hari
Baden, dkk.94 berpendapat bahwa LPV/r memiliki
kemampuan inhibisi replikasi, bukan supresi jumlah virus.
hari, berdasarkan perubahan klinis. Jika nilai Brescia-

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 55


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

Oleh karena itu, mereka mengusulkan perlu dilakukan penggunaan bersama dapat menyebabkan pemanjangan

2. 4.
Favipiravir merupakan obat baru golongan inhibitor
telah digunakan secara luas untuk virus RNA, termasuk (RdRp) yang dapat
in vitro menunjukkan obat
95

89
COVID-19 telah dimulai di China. Studi ini membandingkan Studi uji klinis tanpa acak
remdesivir dosis awal 200 mg diteruskan dosis 100 mg
median waktu bersihan virus dibandingkan LPV/r (4 hari

klinis ini diharapkan selesai pada April 2020.89 Obat ini juga perbaikan gambaran CT scan dan kejadian lebih sedikit
masuk dalam uji klinis SOLIDARITY.91 98

5. ®

endosomal dan berinteraksi dengan reseptor SARS-CoV. in vitro.95 Chen,


99
dkk.

Selain itu, klorokuin didistribusi secara baik di dalam terdapat perbedaan bermakna pada perbaikan gejala atau
tubuh, termasuk paru.95 kadar virus.
Yao, dkk.96
klorokuin. Studi in vitro 6. Oseltamivir
Guan, dkk49 menemukan bahwa dari 1.099
50
pasien di China, 393 (35.8%) diberikan oseltamivir dan
yang lebih rendah (0.72 vs 5.47

dibandingkan klorokuin, yaitu hidroklorokuin 400 mg dua oseltamivir.49 in vitro menunjukkan bahwa
kali sehari sebagai dosis awal dilanjutkan 200 mg dua kali
sehari selama 4 hari sebagai dosis lanjutan.96 coronavirus.100

Gautret, dkk.97 7.

sampai 6 hari pasca perekrutan. Total sampel 42 dengan secara in vitro.101


berlangsung.

Obat ini telah dicoba pada 21 pasien COVID-19 berat


kelompok dengan tambahan azitromisin menunjukkan
supresi virus sebanyak 100% dibandingkan kelompok digunakan bersamaan dengan terapi standar lainnya,

demam pada semua pasien hilang dalam satu hari setelah

klinis dan radiologis. Demikan juga dengan kadar CRP,


kebutuhan dan saturasi oksigennya. Laporan ini tentunya
menjanjikan, tetapi perlu disikapi dengan cermat karena

56 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

studinya.89
102
pembanding. Penggunaan obat-obatan secara bersamaan harus

ritonavir menyebabkan peningkatan konsentrasi klorokuin

kemotaksis sel T yang diinduksi CyPA dan berdampak

menghambat replikasi SARS-CoV-2 berdasarkan studi in


107
vitro yang membuat pengetahuan baru, ada kemungkinan
virus masuk melalui reseptor CD147. Bian, dkk.103
menunjukkan penambahan meplazumab mempercepat obat COVID-19 lainnya. Penggunaan bersamaan dengan
waktu rawat, perbaikan klinis dan bersihan virus.

10. dapat menurunkan kadar oseltamivir dalam darah.


Wang, dkk. melakukan uji in vitro guna mengetahui Interaksi minor terjadi pada penggunaan bersama dengan
108
Keterangan lebih lengkap
interaksi obat COVID-19 dengan obat lain tercantum di
50
=2.12 µM) dengan meningkatkan regulasi .107

dan sensing sitoplasmik RNA. Dosis yang diajukan 600 mg,


2 kali sehari atau 500 mg, 3 kali sehari selama 7 hari.95, 104 1. Oksigen

11. oksigen. Indikasi oksigen adalah distress pernapasan


atau syok dengan desaturase, target kadar saturasi
digunakan untuk terapi HCV, diketahui memiliki oksigen >94%. Oksigen dimulai dari 5 liter per menit dan

105
melakukan
nonrebreathing mask.57

2.

12.
Cao W, dkk.106 melaporkan serial kasus COVID-19 57

yang menambahkan IVIg (dosis 0,3-0,5 g/kgBB) selama


lima hari pada terapi standar. Seluruh pasien yang
diberikan merupakan pasien kategori berat. Hasil terapi Shang, dkk.109 merekomendasikan pemberian
110
menunjukkan terdapat percepatan perbaikan klinis
demam dan sesak napas serta perbaikan secara CT-scan.

Obat Lain
Obat lain yang sedang dalam uji klinis dan berpotensi
dalam penanganan SARS-CoV-2 adalah darunavir, type II
transmembrane serine protease inhibitor (TMSPSS2) dan
hari. Dosis ini berdasarkan konsensus ahli di China.110
in vitro. Russel CD, dkk.111 justru merekomendasikan untuk
TMPSPSS2 bekerja dengan menghambat jalur masuk virus

endosomal namun untuk dua obat ini belum terdapat syok pada COVID-19 adalah sekuens non-vasogenik. Hal

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 57


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

Desain Obat Dosis


Cao, dkk. 93 199 kasus LPV/r 400 mg/100 mg, 2 Tidak terdapat hubungan antara
acak terbuka dewasa kondisi kali, selama 14 hari LPV/r dengan waktu perbaikan
berat (saturasi klinis, durasi rawat inap, lama rawat

jumlah virus.
Yao, dkk.96 In vitro -. -.
klorokuin dalam inhibisi SARS-CoV-2

(hari 1), 2 x 200 mg (hari 2-5)


Gautret, 42 kasus, usia 200 mg, 3 kali drop-out.
dkk.97 acak terbuka mulai 12 tahun selama 10 hari
Terdapat perbedaan bermakna
Sebagian dengan
Azitromisin 500 kontrol dalam penyembuhan secara
mg, lalu 250 mg virologi pada hari ke-6 (p=0,001).
sampai 5 hari

dengan azitromisin (p<0,001)


Cai, dkk. 98 80 kasus Favipiravir vs LPV/r Favipiravir: 1200 Favipiravir lebih poten dibandingkan
acak terbuka dewasa, gejala mg, 2 kali (hari 1) LPV/r dalam bersihan virus (4 hari
ringan (tanpa vs. 11 hari) dan perbaikan CT-scan
ARDS) 600 mg, 2 kali (91,4% vs 62,2%)
(2-14)

LPV/r:
400mg/ 100 mg,
2 kali
Bian, dkk 103 28 kasus dewasa Meplazumab 10 mg, hari ke-1, 2, Kelompok meplazumab memiliki
acak terbuka dan 5 median waktu bersihan virus, waktu
+terapi standar vs terapi discharge, dan waktu perbaikan
standar yang lebih baik.
Xu, dkk. 10 21 kasus Tocilizumab+ terapi 400 mg iv satu kali Perbaikan demam, kebutuhan
dewasa, berat standar (LPV/r dan oksigen, penurunan CRP, dan
gambaran radiologis cepat
Cao, dkk. 106 Serial kasus 3 kasus dewasa, IVIg+ terapi standar 0,3-0,5 g/kgBB 5 Pada 3 kasus, terdapat percepatan
berat hari perbaikan klinis

101

yang menyatakan bahwa belum dapat disimpulkan apakah


114

Australia melaporkan studi observasional terapi CITRIS-ALI merupakan studi terbaru yang menilai

dengan waktu pembersihan virus, lama perawatan dan


durasi gejala.112 Pedoman di Italia merekomendasikan 6 jam selama 96 jam dengan plasebo pada penurunan
deksametason 20 mg/hari selama 5 hari dilanjutkan skor SOFA. Namun, terdapat perbedaan bermakna pada
10 mg/hari selama 5 hari pada kasus pasien COVID-19
dengan ARDS.90 perawatan rumah sakit sampai 60 hari.115

113

studi pada populasi khusus COVID-19. Saat ini, terdapat


4.
116

5.
gagal organ dan luaran buruk. Penurunan kadar vitamin

absorbsi vitamin C. Kondisi ini diperburuk dengan


yang lebih berat.42

| Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

melarang penggunaan kedua obat ini. Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIg) dan
plasma konvalesen COVID-19 telah dilaporkan, tetapi
6.

(LMWH) subkutan dua kali dekubitus;


sehari lebih dipilih dibandingkan heparin. Bila ada Berikan nutrisi enteral dalam 24-48 jam pertama.

misalnya dengan compression stocking.57

7. Plasma Konvalesen
Plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 dengan tetap mengutamakan kewaspadaan karena risiko
120

terhadap SARS-CoV-2. Shen C, dkk. melaporkan lima serial

plasma ini. Seluruh pasien mengalami perbaikan klinis,


117
Biarpun studi masih wajib waspada, mengenakan alat pelindung diri lengkap,
skala kecil dan tanpa control. plasma konvalesen telah
(RSI). Strategi

Medicine pada Surviving Sepsis Campaign:113


118
donor darah.
badan prediksi);
Target plateau pressure (Pplat) < 30 cm H2O;
Wang C, dkk119
barotrauma;

tenaga ahli);

potensi untuk menetralisir SARS-CoV-2 dengan berikatan

mempelajari perannya dalam COVID-19.119


venovenous

Median waktu onset gejala sampai masuk intensive


care unit

komorbid, umumnya hipertensi, penyakit jantung dan udara ekshalasi pasien. Teknik ini dapat digunakan pada

COVID-19 memiliki prinsip penanganan yang sama dengan terdapat perbaikan.88


57, 113,

120
Home Care

Resusitasi cairan dengan kristaloid; di rumah sakit, tetapi pasien harus diajarkan langkah
pencegahan transmisi virus. Isolasi di rumah dapat
pada COVID-19 dengan syok; dikerjakan sampai pasien mendapatkan hasil tes virologi

pasien diisolasi hingga dua minggu setelah gejala hilang.121

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 |


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

antara lain: pasien dapat dimonitor atau ada keluarga yang Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek

86

WHO juga sudah membuat instrumen penilaian risiko


121
bagi petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19
Selama di rumah, pasien harus ditempatkan di
ruangan yang memiliki jendela yang dapat dibuka dan
terpisah dengan ruangan lainnya. Anggota keluarga

Pada kelompok risiko rendah, dihimbau melaksanakan


rawat (caregiver) sebaiknya satu orang saja dan harus
gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan
perawatan rumah.121 jika keluhan memberat.126

massa pada acara besar (social distancing).127

pakai saat batuk/bersin. Penjaga rawat menggunakan


masker bedah bila berada dalam satu ruangan dengan Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah
pasien dan menggunakan sarung tangan medis bila harus COVID-19 adalah melakukan proteksi dasar, yang terdiri

dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki


dicuci dengan sabun dan air mengalir. Lingkungan pasien

kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga


dengan sodium hipoklorit 0,1%.121 adalah satu meter.122 Pasien rawat inap dengan kecurigaan
COVID-19 juga harus diberi jarak minimal satu meter dari

WHO merekomendasikan pasien dapat dipulangkan batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan.57
Perilaku cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh
petugas kesehatan pada lima waktu, yaitu sebelum
dengan interval 24 jam.57 menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah
terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh pasien dan
setelah menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan sebagai pelarut universal, namun mencuci tangan dengan
oleh karena itu pengetahuan terkait pencegahannya masih coronavirus
karena virus tersebut merupakan virus RNA dengan
penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan selubung lipid bilayer.14
proteksi dasar.79, 122 Sabun mampu mengangkat dan mengurai
14

Vaksin Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71%


29
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah Oleh karena itu,
pembuatan vaksin guna membuat imunitas dan mencegah membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand rub
transmisi.123 berbasis alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol
I vaksin COVID-19. Studi pertama dari
126
(NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan dosis
25, 100, dan 250 µg.124 Studi kedua berasal dari China Hindari menyentuh wajah terutama bagian
menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis wajah, hidung atau mulut dengan permukaan tangan.
125

60 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

untuk menghindari penyebaran droplet.122


like illness. Radonovich, dkk.133

SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat yang menggunakan masker N95 dan masker bedah. Meta-
analisis Long Y, dkk.134 juga mendapatkan hal yang serupa.
pencegahan penularan selama penggunannya rasional.
Komponen APD terdiri atas sarung tangan, masker

berdasarkan studi kasus kontrol Zhang J, dkk.135 Arbidol

lingkungan dan teknik.128 Hasil studi menunjukkan dari 45 orang yang terpajan
Penggunaan APD secara rasional dinilai berdasarkan
risiko pajanan dan dinamika transmisi dari patogen.
Pada kondisi berinteraksi dengan pasien tanpa gejala didapatkan pada kelompok petugas kesehatan. Dosis

gejala pernapasan, jaga jarak minimal satu meter dan kali sehari selama 5-10 hari. Namun, studi ini belum di
pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan dan masih perlu direplikasi dalam skala yang
menggunakan APD lengkap.126 135

thermometer, dan spigmomanometer sebaiknya


disediakan khusus untuk satu pasien. Bila akan digunakan
berusia > 15 tahun yang kontak dengan penderita
70%.126

berikut:136
129
gejala demam, batuk, atau sesak.

Surgical Mask
Berdasarkan rekomendasi CDC, petugas kesehatan ketujuh.

COVID-19 dapat menggunakan masker N95 standar.130


1 x 400 mg sampai dengan hari ke-21.
yang dapat menghasilkan aerosol, misalnya intubasi,
Penanganan Jenazah
bronkoskopi.129 Penanganan jenazah dengan COVID-19 harus

300 nm meskipun penyaringan ini masih lebih besar pemeriksaan luar atau autopsi. Seluruh prosedur autopsi
dibandingkan ukuran SARS-CoV-2 (120-160 nm).131 yang memiliki potensi membentuk aerosol harus dihindari.
Misalnya, penggunaan mesin gergaji jika terpaksa harus
dikerjakan, tambahkan vakum untuk menyimpan aerosol.
Belum terdapat data terkait waktu bertahan SARS-CoV-2
pada tubuh jenazah.137
bedah yang tertular SARS-CoV-2 karena di awal wabah

apapun dalam melakukan pelayanan.130 Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang

merokok dan konsumsi alkohol, memperbaiki kualitas


132
pada melaporkan bahwa masker
N95 memberikan proteksi lebih baik terhadap penyakit

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 61


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

saluran napas atas dan bawah. Merokok menurunkan


dibandingkan endokrin. Hal ini juga diperkuat data kejadian

juga dapat meningkatkan virulensi mikroba dan resistensi dan radiologis. Bila ini memang berhubungan, maka perlu
138

menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berhubungan


dengan peningkatan risiko pneumonia komunitas.139 ARDS
juga berhubungan dengan konsumsi alkohol yang berat. penyebab kerusakan pankreas karena belum ada studi
yang menemukan asam nukleat virus di pankreas.147
140

komplikasi COVID-19. Temuan terkait ini adalah


peningkatan troponin jantung, myoglobin, dan n-terminal
. Pada pemeriksaan lain, dapat
T CD4+ dan CD8+.141
ejeksi, dan hipertensi pulmonal.148
terkait melalui mekanisme badai sitokin atau ekspresi
149
menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat secara

kadar 25-OH vitamin D kurang dari 25 nmol/L dan yang Peningkatan transaminase dan biliriubin sering
mengonsumsi harian atau mingguan tanpa dosis bolus.142
ditemukan dan pada hasil observasi jarang yang
respons imun. Suatu Cochrane mendapatkan berkembang menjadi hal yang serius. Keadaan ini lebih

umumnya maksimal berkisar 1,5 - 2 kali lipat dari nilai

ini, antara lain kerusakan langsung akibat virus SARS-

sampel kecil dan kualitas metode kurang baik.143


tekanan pada paru.46, 48
respons imun. Suatu meta-analisis tentang suplementasi
PROGNOSIS

bawah akut.144 Studi Yang X, dkk.145


pasien COVID-19 berat mencapai 38% dengan median
KOMPLIKASI
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah Peningkatan kasus yang cepat dapat membuat rumah
ARDS, tetapi Yang, dkk.145 menunjukkan data dari 52
150

pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah dilaporkan prediktor kesembuhan.151


adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata
3, 49, 146

Pankreas
Liu, dkk.147

62 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

Jenis

Jain V, dkk.152 Meta-analisis 7 studi PPOK 6.42 (2.44-16.9)


Diabetes mellitus 3.12 (1.00-9.75)
Penyakit kardiovaskular 2.70 (1.52-2.77)
Hipertensi 1.97 (1.40-2.77)
Shi Y, dkk.153 Tidak disajikan
Laki-laki
Hipertensi
Lippi G, dkk.154 Meta-analisis 9 studi Trombositopenia 5.13 (1.81-14.5)
Lippi G, dkk.155 Meta-analisis 4 studi Peningkatan prokalsitonin
Lippi G, dkk.156 Meta-analisis 4 studi Peningkatan troponin I jantung Tidak disajikan

Jain V, dkk.152 Meta-analisis 7 studi PPOK 17.8 (6.56-48.2)


Diabetes mellitus 2.72 (0.70-10.6)
Penyakit kardiovaskular 4.44 (2.64-7.47)
Hipertensi 3.65 (2.22-5.99)
Mortalitas
Zhou F, dkk.64 1,10 (1,03-1,17)
5,65 (2,61-12,23)
D-dimer > 1 µg/mL 18,42 (2,64-128,5)
Yang X, dkk.145 Komorbiditas Tidak disajikan
ARDS

Lippi G, dkk154 Meta-analisis 9 studi Trombositopenia Tidak disajikan

coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-
kontroversial. Studi pada hewan menyatakan kera yang disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.
5.

dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal ini kemungkinan 6.

dipulangkan.34, 157
march-2020.
158
7.
From the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in

SIMPULAN
published online February 24. DOI: 10.1001/jama.2020.2648.
COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi
8.
pandemi. Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan 2020 [updated 2020 January 30; cited 2020 March 15].

coronaviruse/situation-reports/20200130-sitrep-10-ncov.

Masih banyak dalam bidang ini sehingga 9.


2020 [updated 2020 March 02; cited 2020 March 15].
diperlukan studi-studi lebih lanjut.
coronaviruse/situation-reports/20200302-sitrep-42-covid-19.

DAFTAR PUSTAKA 10.


1. Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis

published online March 3. DOI: 10.1016/j.jaut.2020.102433.


2. 11.

February 11. DOI: 10.1097/CM9.0000000000000722.


3.
12.
Lancet. 2020;395(10223):497-506.
4.
(COVID-19) and the virus that causes it [Internet]. Geneva: World 13.

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 |


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

2008;18(2):290-301.
34.
14.
Adelberg’s Medical Microbiology. 28th ed. New York: McGraw- published online March 14. DOI: 10.1101/2020.03.13.990226.
35.
15. Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel and immune responses. J Med Virol. 2020;92(4):424-32.
J Med. 2020;382(8):727-33. 36.
16.
Gulyaeva AA, et al. The species Severe acute respiratory cid/ciaa248.
naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020; published online 37. Thevarajan I, Nguyen THO, Koutsakos M, Druce J, Caly L, van de
March 2. DOI: 10.1038/s41564-020-0695-z
17. Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A Med. 2020; published online March 16. DOI: 10.1038/s41591-
020-0819-2.
probable bat origin. Nature. 2020;579(7798):270-3.
38.
18.
CoV-2 Associated with the COVID-19 Outbreak. Curr Biol. 2020;
published online March 13. DOI: 10.1016/j.cub.2020.03.022
39. Xu Z, Shi L, Wang Y, Zhang J, Huang L, Zhang C, et al. Pathological
19. Chan JF-W, Kok K-H, Zhu Z, Chu H, To KK-W, Yuan S, et al.
syndrome. Lancet Respir Med. 2020; published online February
18. DOI: 10.1016/S2213-2600(20)30076-X
40.
20. Zhang H, Penninger JM, Li Y, Zhong N, Slutsky AS. Angiotensin-

Med. 2020; published online March 3. DOI: 10.1007/s00134-020- 41.


05985-9 COVID-19. Lancet Respir Med. 2020; published online March 11.
DOI: 10.1016/S2213-2600(20)30117-X
21.
Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Geneva: World 42.

Lancet Respir Med. 2020; published online March 11. DOI:


22. 10.1016/S2213-2600(20)30116-8.
J Med Virol. 2020; published online March 6. DOI: 10.1002/ 43.
jmv.25749
COVID-19. J Travel Med. 2020; published online March 18. DOI:
23. van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, 10.1093/jtm/taaa041
44.

Receptor Blockers [Internet]. 2020 [updated 2020 March 13;


24.
org/Councils/Council-on-Hypertension-(CHT)/News/position-
Travel Med. 2020;27(2).
25. Bai Y, Yao L, Wei T, Tian F, Jin D-Y, Chen L, et al. Presumed and-ang.
45.
published online February 21. DOI: 10.1001/jama.2020.2565
26. Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical Oncol. 2020;21(3):335-7.
46. Zhang C, Shi L, Wang FS. Liver injury in COVID-19: management
and challenges. Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020; published
online March 4. DOI: 10.1016/S2468-1253(20)30057-1.
27. 47.
published online March 3. DOI: 10.1053/j.gastro.2020.02.055 10.1016/S1470-2045(20)30150-9.
28. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air, 48.

online March 20. DOI: 10.1016/S2468-1253(20)30084-4.


2020; published online March 4. DOI: 10.1001/jama.2020.3227 49.
29.

50.
30. Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, Lu S. Molecular immune

published online March 5. DOI: 10.1016/j.jpha.2020.03.001 51.


31.
2020:e13298.
Microbiol. 2016;14(8):523-34.
52.
32.

associated coronavirus (SARS-CoV) spike glycoprotein-mediated 2020; published online March 12. DOI: 10.1016/j.ijid.2020.03.017.
53.
33. Wang H, Yang P, Liu K, Guo F, Zhang Y, Zhang G, et al. SARS
coronavirus entry into host cells through a novel clathrin-

64 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

online February 24. DOI: 10.1016/S1473-3099(20)30086-4.


2020 [updated 2020 March 7; cited 2020 March 20]. Available 72. Li Z, Yi Y, Luo X, Xiong N, Liu Y, Li S, et al. Development and Clinical
assessment.html.
54. February 27. DOI: 10.1002/jmv.25727.
workers with COVID-19 in Italy is a stark warning to the world: 73. Pan Y, Li X, Yang G, Fan J, Tang Y, Zhao J, et al. Serological
immunochromatographic approach in diagnosis with SARS-CoV-2

55. March 17. DOI: 10.1101/2020.03.13.20035428.


74.
10.1016/j.jhin.2020.03.002.
56.
(COVID-19). medRxiv. 2020; published online March 1. DOI:
10.1101/2020.02.27.20028787.
28. DOI: 10.1093/cid/ciaa201. 75.
57.
Preprints. 2020; published online March 11. DOI: 10.20944/
preprints202003.0184.v1.
58. 76.
disease 2019 (COVID-19) in suspected human cases. Geneva:

59. 77.

With SARS-CoV-2 in Singapore. JAMA. 2020; published online 78. ® Xpress SARS-CoV-2. Maryland: Food
March 3. DOI: 10.1001/jama.2020.3204.
60. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical 79. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease
(COVID-19) Maret 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan
published online February 7. DOI: 10.1001/jama.2020.1585. Republik Indonesia; 2020.
61. 80. Zou L, Ruan F, Huang M, Liang L, Huang H, Hong Z, et al. SARS-

10.1093/cid/ciaa270.
81.
62. Xu XW, Wu XX, Jiang XG, Xu KJ, Ying LJ, Ma CL, et al. Clinical
online February 24. DOI: 10.1016/S1473-3099(20)30113-4.
case series. BMJ. 2020;368:m606. 82.
63. published online March 11. DOI: 10.1001/jama.2020.3786.
COVID-19 in Washington State. JAMA. 2020; published online 83.
March 19. DOI: 10.1001/jama.2020.4326.
64. Zhou F, Yu T, Du R, Fan G, Liu Y, Liu Z, et al. Clinical course and risk March 12. DOI: 10.1016/S1473-3099(20)30174-2.
84.
online March 20. DOI: 10.1016/S2468-1253(20)30084-4. corona virus disease-19 (COVID-19): the Zhejiang experience.
Zhejiang Da Xue Xue Bao Yi Xue Ban. 2020;49(1):0.
65.
Humoral Response to Diagnose Novel Coronavirus Disease 85. To KK, Tsang OT, Chik-Yan Yip C, Chan KH, Wu TC, Chan JMC, et

10.1101/2020.03.05.20030502.
ciaa149.
66.
86.

travel-associated transmission cluster. medRxiv. 2020; published


online March 8. DOI: 10.1101/2020.03.05.20030502. 87.
67. Yan G, Lee CK, Lam LTM, Yan B, Chua YX, Lim AYN, et al. Covert
10.1101/2020.03.05.20031906.
S1473-3099(20)30158-4. 88. Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R.
68.
StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
89. Dong L, Hu S, Gao J. Discovering drugs to treat coronavirus
Radiology. 2020; published online March 13. DOI: 10.1148/ disease 2019 (COVID-19). Drug Discov Ther. 2020;14(1):58-60.
radiol.2020200847. 90.
18
69.

Imaging. 2020; published online February 22. DOI: 10.1007/ Tropicali; 2020.
s00259-020-04734-w. 91.
70. Salehi S, Abedi A, Balakrishnan S, Gholamrezanezhad A.

https://www.sciencemag.org/news/2020/03/who-launches-
71. Shi H, Han X, Jiang N, Cao Y, Alwalid O, Gu J, et al. Radiological
92. Chu CM, Cheng VC, Hung IF, Wong MM, Chan KH, Chan KS, et

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 65


Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni J
Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda Annisa, Chyntia OM Jasirwan, Evy Yunihastuti

93.
Lopinavir-Ritonavir in Adults Hospitalized with Severe Covid-19. sccm.org/SurvivingSepsisCampaign/Guidelines/COVID-19
114. Kashiouris MG, L’Heureux M, Cable CA, Fisher BJ, Leichtle SW,

94. Sepsis. Nutrients. 2020;12(2).


115.

95. Wang M, Cao R, Zhang L, Yang X, Liu J, Xu M, et al. Remdesivir


Severe Acute Respiratory Failure: The CITRIS-ALI Randomized
coronavirus (2019-nCoV) in vitro. Cell Res. 2020;30(3):269-71. Clinical Trial. JAMA. 2019;322(13):1261-70
96. Yao X, Ye F, Zhang M, Cui C, Huang B, Niu P, et al. In Vitro 116.

2020 [updated 2020 March 10; cited 2020 March 24]. Available

Dis. 2020; published online March 9. DOI: 10.1093/cid/ciaa237. 117. Shen C, Wang Z, Zhao F, Yang Y, Li J, Yuan J, et al. Treatment
97. Gautret P, Lagier J-C, Parola P, Hoang VT, Meddeb L, Mailhe M,
Plasma. JAMA. 2020; published online March 27. DOI: 10.1001/
jama.2020.4783
118.

98.
bmj.com/content/368/bmj.m1256.
119. Wang C, Li W, Drabek D, Okba NMA, van Haperen R, Osterhaus
10.1016/j.eng.2020.03.007.
99.
10.1101/2020.03.11.987958.
120.
J Med Virol. 2020; published online February 27. DOI: 10.1002/ With COVID-19. JAMA. 2020; published online March 11. DOI:
jmv.25729. 10.1001/jama.2020.3633.
100. 121.

101. 122.

102.

published online March 5. DOI: 10.12074/202003.00026. 123.


103.
Meplazumab treats COVID-19 pneumonia: an open-labelled, 124.
concurrent controlled add-on clinical trial. medRxiv. 2020;
published online March 24. DOI: 10.1101/2020.03.21.20040691.
104.
against SARS-CoV-2/COVID-19 with Nitazoxanide and NCT04283461.
125.
DOI: 10.13140/RG.2.2.28124.74882. Adults (APICTH) [Internet]. 2020 [updated 2020 March 24; cited
105.
show/NCT04313127.
126.
106. Cao W, Liu X, Bai T, Fan H, Hong K, Song H, et al. High-dose

127.

107. 128.

108.
129.

109.
130.
110.
published online March 3. DOI: 10.1016/j.jhin.2020.02.021.
Guangzhou experience. Chest. 2006;129(6):1441-52. 131.
111.

2020;395(10223):473-5. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/respirator-
112.
Disease 2019 Med J Aus. 2020; published online March 9. 132.

2017;65(11):1934-42.
113.
133.

66 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020


Coronavirus Disease 2019:Tinjauan Literatur Terkini

Cummings DAT, Gaydos CA, et al. N95 Respirators vs Medical


10.1101/2020.03.15.20035360.
Randomized Clinical Trial. JAMA. 2019;322(9):824-33. 153.
134.

154. Lippi G, Plebani M, Michael Henry B. Thrombocytopenia is


published online March 13. DOI: 10.1111/jebm.12381. associated with severe coronavirus disease 2019 (COVID-19)
135.
online March 13. DOI: 10.1016/j.cca.2020.03.022.
155.
published online February 26. DOI: 10.12074/202002.00065. coronavirus disease 2019 (COVID-19): A meta-analysis. Clin Chim
136. Acta. 2020;505:190-1.
156.

137. meta-analysis. Prog Cardiovasc Dis. 2020; published online March


10. DOI: 10.1016/j.pcad.2020.03.001.
157.
February 2020 [Internet]. 2020 [updated 2020 March 14;
published online February 27. DOI: 10.1001/jama.2020.2783.
coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-postmortem-specimens.
html. 158.
138.
February 28. DOI: 10.1097/CM9.0000000000000774.

139.

140.
Immunity. Alcohol Res. 2015;37(2):199-208.
141.
Moctezuma J, Prospero-Garcia O, Mendez-Diaz M, Perez-Tapia M,

142.

143.

2015(2):Cd006895.
144.

145. Yang X, Yu Y, Xu J, Shu H, Xia J, Liu H, et al. Clinical course and

study. Lancet Respir Med. 2020; published online March 15. DOI:
10.13140/RG.2.2.28124.74882.
146. Zhou C, Gao C, Xie Y, Xu M. COVID-19 with spontaneous

March 9. DOI: 10.1016/S1473-3099(20)30156-0.


147.

10.1101/2020.02.28.20029181.
148.

Case Report and Insights. Preprints. 2020; published online


March 11. DOI: 10.20944/preprints202003.0180.v1.
149. Zheng Y-Y, Ma Y-T, Zhang J-Y, Xie X. COVID-19 and the cardiovascular
system. Nature Rev Cardiol. 2020; published online March 5. DOI:
10.1038/s41569-020-0360-5.
150.
between COVID-19 mortality and health-care resource
availability. Lancet Glob Health. 2020;8(4):e480.
151.

March 12. DOI: 10.1016/j.ijid.2020.03.013


152.

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 | 67

Anda mungkin juga menyukai