Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Organisosial dan Kekerabatan

Kelompok 12

Resume Artikel “Religion, Kinship and Health Behaviors of African American Women”

Beberapa penelitian besar dilakukan mengenai hubungan positif antara kesehatan


fungsional dan agama. Studi berbasis agama ini menunjukan bahwa dukungan pastoral dengan
perannya memberikan peningkatan pada partisipasi aktivitas fisik. Penggunaan istilah
kekerabatan dalam konteks agama merupakan salah satu dari karakteristik universal dari agama.
Hal ini memunculkan yang namanya keluarga metaforis yang pada dasarnya memiliki sifat yang
bekerja sama dan berkorban untuk keluarga metaforisnya. Makalah ini membicarakan sebuah
peran kekerabatan dalam agama terhadap perilaku kesehatan.

Inti dari sebuah kekerabatan adalah hubungan darah atau hubungan antara orang tua
dengan anak. Antara orang tua dan anak saling memiliki hubungan yang timbal-balik seperti
orang tua mendidik dan membimbing anaknya, lalu anak tersebut menerima pengaruh ajaran
yang hierarkis tersebut guna melanjutkan hidupnya. Sejumlah garis bukti tampaknya
menunjukkan fakta bahwa hubungan kekerabatan ini membentuk model yang kita gunakan untuk
membentuk hubungan di luar kekerabatan.

Agama menggunakan konsep kekerabatan dalam model pengajarannya seperti dalam


ajaran agama Kristen yang menggunakan istilah “Ibu, Ayah, Saudara Laki-Laki dan Perempuan”
untuk merujuk kepada mahluk gaib atau Tuhan yang diyakini. Sistem kekerabatan dan agama
yang diciptakan nabi bersifat hierarkis dengan transmisi pengetahuan yang asimetris. Para tetua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik para kaum muda guna mentransmisikan pengetahuan
dan memberikan dorongan kepada kaum muda tersebut.

Berikut merupakan karakteristik hubungan sosial kekerabatan dan agama menurut para
pendahulu:
1. Strategi mamalia perawatan ibu menunjukkan bahwa orang tua dan anak-anak terikat ke dalam
hubungan saling ketergantungan dan bahwa hubungan sosial yang dekat dan bertahan mungkin
diperlukan tidak hanya untuk kesejahteraan manusia, tetapi untuk kelangsungan hidup

2. Kelahiran Altricial dan ketidakdewasaan yang berkepanjangan dari keturunan manusia


menunjukkan bahwa, rata-rata, perawatan ibu (dan mungkin ayah) akan bersifat jangka panjang.

3. Teori pemilihan kerabat menunjukkan bahwa kerabat akan cenderung untuk campur tangan
jika perilaku remaja atau orang dewasa dipandang sebagai maladaptif budaya atau biologis.
Perilaku pemantauan ketat dan perilaku membimbing tercermin pada organisasi keagamaan.

Iman dikatakan untuk mendorong tindakan agama, sama seperti perilaku manusia lainnya
yang biasa dikatakan dimotivasi dari dalam, atau disebabkan oleh, berbagai kebutuhan, impuls,
naluri dan keyakinan. Namun, meski dipandang penting, formulasi tersebut dianggap bermasalah
karena sifatnya yang tautologis dan penentu batiniah sering disimpulkan dari perilaku yang
seharusnya mereka sebabkan serta individu tidak selalu menjadi faktor pengatur. Penggunaan
istilah kerabat menurut para antropolog dapat menimbulkan beberapa perilaku tertentu dalam
konteks agama seperti orang tua yang berkewajiban untuk mendidik anaknya. Fokus dari studi
eksplorasi ini adalah pada hubungan sosial yang dekat, abadi, kekerabatan atau kekerabatan
metaforis, dan hubungannya dengan agama dan pengaruhnya terhadap perilaku kesehatan.

Dalam penelitian ini diajukan beberapa fokus pertanyaan diantaranya :

a. Bagaimana anggota kelompok agama menggunakan istilah kerabat yang mengacu pada
beberapa anggota kelompok yang bukan kerabat biologinya?
b. Bagaimana anggota gereja mempertahankan ikatan kekerabatan sesama anggotanya
dalam waktu yang lama?
c. Bagaimana gereja difungsikan sebagai aspek pendidikan? Dengan anggotanya yang
melakukan pengajaran melalui pemodelan
d. Bagaimana kerabat dalam gereja ini mengatasi sikap anggotanya yang terlihat
maladaptive?

Penelitian ini menggunakan penelitian naturalistik dengan model deskriptif kualitatif


menggunakan wawancara semi-terstruktur. Analisis konten konvensional berfungsi untuk
mengidentifikasi pandangan perempuan Afrika-Amerika terhadap proses kekerabatan dan agama
yang mempengaruhi pola perilaku.

Sampel diambil dari 22 wanita Afrika-Amerika dengan umur 21-45 dengan kriteria dapat
membaca dan mengerti bahasa inggris, melalui program Head Start dan gereja-gereja yang
terletak di pusat kota di wilayah metropolitan di barat daya Amerika. Sampel teoritik dipilih
untuk memastikan bahwa berbagai macam pendapatan, pekerjaan, tingkat pendidikan, status
perkawinan dan ukuran keluarga terwakili.

Wawancara semi-terstruktur digunakan untuk memusatkan dan mempersempit fokus


pada perspektif wanita Afrika-Amerika terkait dengan kesehatan, dukungan untuk pola perilaku
sehat dan peran agama dalam kesehatan. Data wawancara direkam dan ditranskrip secara
verbatim setelah wawancara dan kemudian dianalisis menggunakan metode analisis konten
konvensional (Krippendorff 1980; Miles dan Huberman 1994; Weber 1990). Data juga diambil
dalam wawancara informal dengan para pendeta dan pemimpin awam gereja. Keaslian dalam
proses pengumpulan data, entri data, transkripsi, analisis dan interpretasi dijelaskan secara rinci
sehingga jejak audit jelas (Miles dan Huberman 1994).

Data menyebutkan terdapat 15 wanita pekerja, 7 perempuan memiliki tingkat pendidikan


kurang dari kelas 12, 9 adalah lulusan SMA, 4 adalah lulusan perguruan tinggi, dan 3 pendidikan
pascasarjana. Delapan peserta menikah. Dua puluh dari 22 wanita berisiko terkena CVD, dan
terdapat tingkat berat badan yang beragam yang terbagi dalam ukuran tertentu. Semua peserta
melaporkan bahwa mereka berolahraga meskipun tidak teratur, lima berolahraga secara teratur,
dan tiga dari peserta melaporkan bahwa mereka merokok.

20 peserta, ketika ditanya tentang tiga hal terpenting dalam hidup mereka, menyebut
kekerabatan (keluarga, anak, orang tua atau suami). 17 dari 22 peserta secara khusus
menyebutkan bahwa agama itu penting. 9 mengklaim bahwa Tuhan atau Gereja adalah hal
terpenting dalam hidup mereka. 8 dari 17 peserta menempatkan agama sebagai hal terpenting
kedua dalam kehidupan mereka. Bukan hanya faktor agama dan kekerabatan yang penting dalam
kehidupan peserta, tetapi keduanya sering dikaitkan dan saling bergantung. 3 dari 22 peserta
sama sekali tidak menyebut agama, 1 orang menyatakan kurang minat pada gereja dan menolak
agama.

Anda mungkin juga menyukai