NIM : 071811733042
Masyarakat Tiwoho menggunakan hutan bakau sebagia penopang hidupnya secara turun-
temurun, mulai dari sebagai tempat mecari kayu bakar, bahan baku atap rumah, tempat mecari
ikan, serta sumber obat-obatan tradisional. Namun permasalahan rusaknya keasrian hutan bakau
muncul ketika perusahaan Wori Mas membuat usaha tambak, yang mengakibatkan berkurangnya
jumlah ikan diwilayah tersebut. Hingga pada akhirnya pemerintah menetapkan hutan bakau
Tiwoho menjadi bagian dari wilayah Taman Nasional Bunaken dan kemudian dilakukan
tindakan lanjut berupa penanaman bakau.
Dalam program rehabilitasi bakau dibutuhkan peran-peran dari seluruh elemen lembaga
masyarakat. Pemerintah desa dalam hal ini berkewajiban menyusun meyusun peraturan desa
untuk menjaga dan mempertahankan objek-objek yang bernilai ekonomi dan bernilai ekologis
dari lingkungan hidup sumberdaya yang dimana dimaksudkan dalam ini adalah hutan bakau itu
sendiri. Dari data yang berada dalam jurnal ternyata menyebutkan bahwa keterlibatan pemerintah
local dalam masalah rehabilitasi bakau masih kurang dan tidak berperan secara maksimal. Disisi
lain Lembaga Swadaya Masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam rehabilitasi
bakau, dimana masyarakat merasakan peran LSM ini sangat bermanfaat dengan memberikan
informasi dalam penanganan rehabilitasi bakau. Kelompok masyarakat seperti kelompok tani,
kelompok nelayan dan kelompok agama merupakan aktor utama yang terlibat langsung dalam
rehabilitasi bakau. Kelompok masyarakat memiliki peran untuk melakukan penanaman bakau
dan juga melakukan perawatan rutin. Serta dalam hal ini lembaga pendidikan juga berperan
dalam penyediaan bibit bakau dan media edukasi bagi anak-anak dalam pemanfaatan bakau di
wilayah terebut.
Dalam jurnal ini mengemukakan akan pentingnya pengaruh unsur satu sama lain dalam
proses rehabilitasi bakau. Konsep ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Radcliffe Brown
yang mengemukakan bahwa struktur dan fungsi sosial dalam masyarakat merupakan total
jaringan yang saling berhubungan dan setiap jaringan-jaringan tersebut memiliki fungsi masing-
masing yang saling menguatkan satu sama lain. Seperti yang dapat dilihat dalam jurnal ini, untuk
mencapai keberhasilan rehabilitas bakau dibutuhkan berbagai peran yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, seperti peran pemerintah yang menetapkan peraturan dalam penanganan
rehabilitas bakau, masyarakat sebagai pelaksana, LSM dan lembaga pendidikan sebagai penyedia
informasi dan edukasi. Ketika salah satu lembaga tidak menjalankan perannya maka proses
rehabilitasi bakau akan kurang berhasil secara maksimal.
Dari jurnal ini penulis dengan baik menguraikan bagaimana posisi dan peran lembaga-
lembaga yang ada dalam masyarakat tersebut dalam upaya proses rehabilitasi bakau. Penulis
juga telah menuliskan secara jelas mulai dari bagaimana kondisi lingkungan umum desa, sejarah
singkat terjadinya kerusakan bakau, dan juga mencantumkan indeks pengukuran peran lembaga-
lembaga masyarakat dalam rehabilitasi bakau. Tetapi dalam jurnal ini penulis belum
mencantumkan indeks data yang mencantumkan perkembangan keberhasilan rehabilitasi hutan
bakau dan juga dalam jurnal ini penulis tidak mencantumkan standar kriteria apa saja yang
menjadi standar dari penilaian keterlibatan lembaga masyarakat dalam rehabilitasi bakau.