Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM SURAT BERHARGA


Untuk memenuhi mata kuliah hukum bisnis dosen pengampu : Danny D S
Mukuan, S.Sos, Msi.,

Disusun oleh:
Kelompok 6 :
1. Randa Aditya Syahbudin
NIM : 19081102031
2. Novita Taroreh
NIM : 19081102011
3. Prisilia Agnes Rumengan
NIM : 19081102041

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
ADMINISTRASI BISNIS
2020
DAFTAR  ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. Hukum surat-surat berharga........................................................................................2
2.1 Pengertian...............................................................................................................2
2.2 Fungsi surat berharga...............................................................................................4
2.3 Klausula Surat Berharga..........................................................................................4
2.4 Dasar Hukum Surat Berharga...................................................................................5
2.5 Teori Upaya Tangkisan...................................................................................................7
2.6 Jenis jenis surat berharga dalam KUHD........................................................................9
2.7 Kwitansi kwitansi dan promes atas tunjuk.....................................................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2 Daftar Pustaka......................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Seiring berkembangnya masyarakat, maka berkembang pula hukum yang belaku.
Jika melihat sejarah manusia kebelakang, maka kita akan tahu bahwa kehidupan sekarang
ini adalah revolusi dari kehidupan di masa lalu. Begitu pula halnya dengan
hukum.Kemajuan dalam bidang teknologi sangat berpengaruh terhadap sektor perdagangan.
Hal ini terlihat dalam hal kehendak setiap orang atas segala hal yang berkaitan dengan urusan
perdagangan dapat bersifat praktis, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan, khususnya
dalam lalu lintas pembayarannya.Ini menandakan bahwa, masyarakat tidak lagi bertransaksi
menggunakan uang secara mutlak, artinya masyarakat dapat menggunakan atau menerbitkan
surat berharga sebagai alat pembayaran kredit.
Sehingga, dalam hal tersebut akan dijelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah.
1. Apa yang d sebut dengan surat berharga dan bagaimana pendapat para ahli tentang hukum
surat berharga
2.Adkah fungsi dari hukum surat berharga?
3. Adakah ketentuan atau syaratsyarat yg berlaku (klausa) dalam hukum surat berharga?
4. Adakah dasar hukum dsri surat berharg serta jenis jenis dari surat berharga?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuipengertian dari hukum surat berharga serta pendapat para ahli tentang
hukum surat berharga
2. Untuk mengetahui fungsi dari hukum surat berharga
3. Agar kita dapat mengetahui ketentuan atau syarat yg berlaku (klausa) dalam hukum surat
berharga
4. Untuk mengetahui dasar hukum surat berharga dan jenis jenis surat berharga dalam KUHD.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA


Pengertian
 Istilah surat berharga merupakan terjemahan dari bahasa Belanda waarde papieren.
Waarde berarti nilai dan dalam KUHD, waarde diartikan berharga dan papieren berarti kertas,
sehingga waarde papieren berarti kertas berharga.  Disamping istilah waarde papieren diatas,
surat berharga saat ini sering juga disebut negotiable instruments, negotiable papers,
transferable papers, dan commercial papers. Sedangkan surat yang berharga atau surat yang
mempunyai nilai dikenal dengan sebutan papieren van waarde atau juga disebut letter of value.
Surat berharga atau commercial paper (negotiable instruments) merupakan alat bayar
dalam transaksi perdagangan modern saat ini. Surat berharga ini digunakan sebagai pengganti
uang yang selama ini telah digunakansebagai alat tukar dalam perdagangan khususnya oleh
kalangan pebisnis atau para pengusaha. Hal ini disebabkan karena menggunakan surat berharga
dianggap lebih aman, praktis, dan merupakan suatu prestise tersendiri (lebih bonafit), sedang
menjadi mode atau trend , surat berharga sudah menjadi komoditi dalam kegiatan bisnis atau
objek perjanjian, sehingga lebih menguntungkan dan lebih bervariasi.
Pengertian secara autentik tentang surat berharga ini tidak ditemukan dalam KUHD
(Kitab Undang-undang Hukum Dagang), namun terdapat beberapa pendapat para sarjana yang
berkaitan dengan surat berharga tersebut. Surat berharga atau surat yang berharga adalah akta-
akta atau alat-alat bukti yang menurut kehendak dari penerbitnya atau ketentuan undang-undang
yang diperuntukkan semata-mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta-akta tersebut
diperlukan untuk menagih.
Jadi, surat berharga dapat dijadikan sebagai alat bukti atas suatu tuntutan terhadap
penandatanganan surat tersebut, tuntutan itu dapat dipenuhi dengan membawa dan menyerahkan
alat bukti yakni surat berharga yang dimaksud. Secara yuridis surat berharga mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar).
2. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjual belikan.
3. Sebagai surat legitimasi (surat bukti hak tagih).

Beberapa pengertian Surat Berharga menurut para ahli :


a)      Wirjono Projodikoro :
Istilah surat-surat berharga itu terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uang tunai, yang
dapat dipakai untuk melakukan pembayaran. Ini berarti pula bahwa surat-surat itu dapat
diperdagangkan, agar sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan uang tunai (negotiable
instruments).
b)      Abdulkadir Muhammad
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan
pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak
dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain.
Alat bayar lain itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak
ketiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut
c)      Emmy Pangaribuan Simanjuntak :
Suatu surat yang disebut surat berharga haruslah di dalam surat itu tercantum nilai yang sama
dengan nilai dari perikatan dasarnya. Perikatan dasar inilah yang menjadi causa dari
diterbitkannya surat berharga tersebut. Dengan perkataan lain, bahwa sepucuk surat itu disebut
surat berharga, karena di dalamnya tercantum nilai yang sama dengan nilai perikatan dasarnya.
d)     Heru Supraptomo
Suatu surat berharga dapat digolongkan sebagai surat berharga apabila surat itu merupakan alat
untuk diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap hutang yang telah ada.

Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan
suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di
dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat
tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya maupun pihak ketiga kepada
siapa surat berharga tersebut telah dialihkan.

B.     Fungsi Surat Berharga


Fungsi pokok suatu surat berharga adalah sebagai alat pembayaran, yang
kedudukannyamenggantikan uang.selain itu surat berharga juga mempunyai fungsi:
1.      Sebagai bukti surat hak tagih
2.      Alat memindahkan hak tagih
3.      Alat pembayaran
4.      Pembawa hak
5.      Sebagai alat memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah dan sederhana

C.     Klausula Surat Berharga


Dalam surat berharga tercantum suatu jumlah tertentu dan hak atas jumlah uang tersebut
mengikuti suratnya. Ini berarti bahwa hak dan surat/kertasnya terjalin satu sama lain. Atau
dengan perkataan lain, di dalam surat itu terkandung suatu hak yang tidak dapat dipisahkan.
Sepanjang surat berharga itu diperoleh secara jujur dan berdasarkan itikad baik, pemegang atau
holder suatu surat berharga dapat, atas namanya sendiri, menuntut pembayaran terhadap si
penarik.
Dalam hal ini pemegang yang jujur tidak ada sangkut pautnya dengan pemegang sebelumnya
bila di kemudian hari terbukti bahwa terhadap cacat dalam perolehan surat berharga itu oleh
pemegang terdahulu.45Surat berharga dapat diperdagangkan dan dialihkan hak tagihnya kepada
orang lain. Sesuai dengan tujuan diadakannya surat berharga, dalam klausul-klausul surat
berharga disebutkan bahwa surat berharga itu dapat dialihkan kedudukan hukumnya dari si
pemegang surat tersebut kepada orang lain yang menerima pengalihannya. Menurut hukum
terdapat dua macam klausul pada surat berharga, yakni :

1.      Klausul “kepada pembawa (to bear/aan toonder)”


Bila suatu surat berharga berklausul “kepada pembawa”, si pemegang dapat mengalihkannya
hanya dengan penyerahan surat itu begitu saja.
2.      Klausul “kepada order (to order/aan order)”
Sedangkan suatu surat berharga berklausul “kepada order” (surat unjuk), pengalihannya
dilakukan dengan cara endosemen dan penyerahan surat berharga itu. Penyerahan surat berharga
berarti bahwa semua hak atas tagihan yang disebutkan dalam surat berharga tersebut dialihkan
kepada pemegang yang baru.

D.     Dasar Hukum Surat Berharga


Dengan diberlakukannya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van
Koophandel pada tanggal 1 Mei 1848 dengan Staatsblad 1847-23, dimulailah suatu kodifikasi
hukum dagang yang mencakup ketentuan-ketentuan tentang surat berharga. Berdasarkan Pasal 2
Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945),
maka KUHD masih berlaku di Indonesia sampai pada saat ini. Wetboek van Koophandel yang
berdasarkan asas konkordansi tersebut mulai berlaku di Negeri Belanda pada tanggal 1 Oktober
1838. Wetboek van Koophandel meneladani code du Commerce Perancis 1808.

Di negara-negara yang menganut hukum Anglo Saxon, misalnya Inggris, Amerika Serikat,
Australia, Selandia Baru, dan lain-lain, tidak terdapat kodifikasi hukum seperti halnya di
Indonesia dan negeri Belanda. Hukum dagang negara-negara itu terdiri dari undang-undang
khusus dan bukan merupakan kodifikasi, misalnya The Bill of Exchange Act 1882 (undang-
undang tentang wesel) dan The Companies Act 1928 (undang-undang tentang badan usaha) di
Inggris, dan Negotiable Instruments Law 1897 di Amerika Serikat.

Wetboek van Koophandel semula hanya berlaku bagi golongan Eropa saja. Kemudian dengan
Staatsblad 1855-76 yang selanjutnya diganti dengan Staatsblad 1924-56, Wetboek van
Koophandel diberlakukan bagi golongan Timur Asing Cina dan Timur Asing lainnya. Sedangkan
bagi golongan bumiputra, Wetboek van Koophandel diberlakukan melalui penundukan diri
(Staatsblad 1917-12). Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan Aturan Peralihan Pasal 2 UUD
1945, Wetboek van Koophandel Hindia-Belanda tersebut diadopsi menjadi KUHD41 dan
diberlakukan terhadap semua warga negara Indonesia tanpa memandang asal golongan.

Surat berharga, atau dalam bahasa Inggris disebut negotiable instruments atau negotiable papers
(Belanda: waarde papier), tidak kita jumpai dalam KUHD. Namun, dari beberapa pasal dalam
KUHD dapat di simpulkan bahwa surat berharga adalah surat bukti pembawa hak yang dapat
diperdagangkan, atau surat-surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat
dialihkan haknya dari satu tangan ke tangan lainnya (negotiable).
Surat berharga di Indonesia berkembang mulai tahun 1980 setelah adanya deregulasi ekonomi
dalam bidang keuangan. Aturan ini membawa perubahan kepada berkembangnya pasar
keuangan di Indonesia dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan salah satu bentuk
pengembangan pasar financial. Dimana selanjutnya pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan
Bank Indonesia No. 28/52/DIR dan No 49/52/UPG yang masing-masing tentang “Persyaratan
perdagangan dan penerbitan surat berharga komersial” melalui bank umum di Indonesia, dimana
dengan adanya peraturan tersebut maka bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang
seragam serta memiliki dasar hukum yang kuat terhadap keberadaan surat berharga komersial.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa surat berharga adalah surat
pengakuan hutang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau
kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar modal dan pasar uang (Pasal 1 UU Perbankan 1992). Lalu Pasal 1 angka 10
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa surat berharga adalah surat
pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatifnya, atau
kepentingan dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan
pasar uang. Penerbitan surat berharga di Indonesia juga harus memperoleh peringkat dari
Lembaga Pemeringkat Kredit (Credit Rating). Di Indonesia dikenal denga nama PT.PEFINDO
(Pemeringkat Efek Indonesia) yang berdiri pada tahun 1993.

Istilah surat berharga yang dipergunakan dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara
lain :

1.      Pasal 469 KUHD, bunyinya “Untuk dicurinya atau hilangnya emas, perak permata dan
lain-lain barang berharga, uang dan surat-surat berharga, begitupun…….”
2.      Pasal 99 ayat (1) Peraturan Kepailitan, isinya “Semua uang, barang-barang perhiasan, efek-
efek dan lain-lain surat berharga harus disimpan…. “
3.      Dalam konteks Perbankan. Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, memberikan definisi surat berharga secara enumeratif (merinci) yaitu surat
pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat
berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
4.      Dalam Konteks Pasar Modal. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990 yang mulai berlaku tanggal 9 Januari 1991
tentang pasar modal memberikan definisi tentang efek yang meliputi setiap surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap
rights, warrants, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh
Bapepam sebagai efek.

E.      Teori Upaya Tangkisan


Apabila seseorang mengadakan perjanjian jual beli barang dengan pihak lainnya,
kemudian pembeli membayar harga barang dengan sepucuk surat berharga misalnya dengan
sepucuk surat wesel atau cek. Penjual yang menerima pembayaran dengan surat berharga itu
dapat pula membayarkan (memindahkan) surat itu kepada pihak lain, dan seterusnya. Akhirnya
timbullah suatu rangkaian peralihan surat berharga itu dari tangan ke tangan.
Hal ini perlu dipersoalkan karena jika ternyata pada suatu ketika pemegang surat
berharga itu meminta pembayaran kepada debitur, ada kemungkinan debitur akan menolak atau
menangkis pembayaran yang diminta kepadanya dengan berbagai macam alasan, atau penerbit
menolak pembayaran dengan alasan bahwa penerbit menghindarkan membayar kedua kalinya
kepada penjual (pemegang pertama). Padahal pemegang terakhir ini tidak mengetahui bahwa
kewajiban penerbit untuk membayar kepada pemegang itu sudah tidak ada lagi, dengan
terjadinya penyerahan surat berharga itu kepada pemegang pertama. Jika masalah ini sampai
terjadi tanpa adanya pembatasan atau kepastian maka penerbitan surat berharga tersebut tidak
akan memenuhi fungsi atau tujuan, karena orang tidak akan mau membeli atau menerima
peralihan sebagai pemegang berikutnya sebab khawatir tidak akan mendapat pemenuhan atas
hak tagih yang tersebut dalam surat berharga itu. Setiap transaksi surat berharga itu juga
kemungkinan terjadi penipuan, kesalahan, kelalaian atau khilaf dan sebagainya, yang akhirnya
akan merugikan salah satu pihak atau kedua belah pihak. Misalnya surat berharga tersebut
hilang, dicuri orang lain, atau pemegang lalai atau lupa, atau surat berharga tersebut cacat tidak
mempunyai syarat formal, sehingga pihak bank akan menolak surat berharga yang ditunjukkan
tersebut.
Dalam penggunaannya surat berharga kadang kala mengalami beberapa peralihan yang
kemungkinan terjadi tindakan non-akseptasi atau non-pembayaran. Untuk mengatasi hal tersebut
ada 2 (dua) macam upaya tangkisan yaitu :
1.     Tangkisan yang bersifat absolut (mutlak)

a.     tentang adanya cacat bentuk dari surat berharga (tidak memenuhi syarat surat berharga).

Contoh  :

o    Tentang tanda tangan (kalau kosong tanda tangannya berarti surat berharga tersebut jadi
tidak berharga)

o    Tanda tangan ada yang tidak sama

o    Tanggal penerbitan sifatnya menentukan masa beredarnya suatu surat berharga, untuk
melihat masa berlaku atau daluwarsa suatu surat berharga

o    Salah satu pihak tidak cukup, apakah waktu surat berharga tersebut diterbitkan dia telah
dewasa  ?

b.    Daluwarsa

Contoh  :  cek masa edar 70 hari, kalau sudah 71 hari, maka dianggap batal dan  bank berhak
menolak untuk mencairkan.

c.     Karena ada kelainan Formalitas protes

Menurut UU Protes harus menggunakan akta

2.     Tangkisan yang brsifat nisbi (relatif)

Alasan yang disampaikan yang berkaitan dengan hubungan awal antara penerbit dengan
pemegang I dan termasuk dalam hubungan pribadi (disebut perikatan dasar)

Alasan ini tidak boleh dipertanyakan oleh pihak tersangkut (bank) Kecuali pada pemegang yang
tidak jujur atau tidak beritikad baik.

Ex  :  mendapatkan dengan cara mencuri.


JENIS JENIS SURAT BERHARGA DALAM KUHD
Terdapat beberapa jenis surat berharga yang dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan
menurut KUHD

Ketentuan ketentuan mengenai surat berharga di atur dalam Buku I titel 6 dan titel 7 KUHD yang
berisi tentang

 wesel
 Surat sanggup, 
 Kwitansi – kwitansi
 Saham
 konosemen/Bill of Lading
 Delivery order (DO)

Surat Wesel

Wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel di dalamnya, diberikan tanggal dan
ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si penerbit memberi perintah tanpa syarat kepada
tersangkut untuk pada hari bayar – membayar sejumlah Uang kepada orang (penerima) yang
ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu tempat tertentu.

Wesel adalah surat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitnya, yang merupakan
perintah tanpa syarat oleh penarik untuk membayar kepada pihak pemegang atau ditunjuk oleh
pemegang tersebut.

Surat sanggup/Promes (Promissory Notes)

Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata “aksep” atau promes dalam mana
penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang yang disebut dalam surat
berharga itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari bayar.
Cek

Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana penerbitannya
memerintahkan kepada Bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang
namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya pada saat ditunjukkan.

Cek adalah surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening giro (current
account), kepada tertarik, dalam hal ini Bank, untuk membayar tanpa syarat sejumlah dana
kepada pemegang pada saat ditunjukkan, yang berfungsi sebagai alat pembayaran tunai.

Kwitansi kwitansi dan promes atas Tunjuk

Kwitansi atas tunjuk yang dimaksud oleh Mr. Chr Zevenbergen yang dikutip oleh Emy
pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh penandatanganannya terhadap
orang lain untuk suatu pembayaran yang ditentukan di dalamnya kepada penunjuk (atas unjuk)
pada waktu diperlihatkan.

Dalam kwitansi atas unjuk tersebut tidak diisyaratkan tentang  selalu adanya

klausula atas unjuk.

Saham

Saham dapat didefenisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas . Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham .
Konosemen/ Bill of Lading

Berdasarkan pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal yang dibuat oleh
pangangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), yang menerangkan bahwa ia telah menerima
barang barang (dari pengirim) untuk diangkut orang tertentu (penerima), surat nama di dalamnya
juga menerangkan mengenai syarat syarat penyerahan barang dimaksud.

Pihak pihak yang terlibat dalam konosemen.

1. Penerbit, dalam ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal.
2. Pihak penerima atau penggantinya.

Penerima yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Orang yang namanya di tunjuk dalam.


2. Kepada orang penggantinya pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh pengirim
(kepada pengganti).
3. Kepada orang penggantinya pihak ketiga atau kepada orang yang ditunjuk oleh pihak
ketiga (kepada pengganti).
4. Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen atau pembawa (kepada
pembawa).
5. Kepada orang yang membawa surat konosement itu(kepada pembawa).

Delivery Order

Pasal 510 KUHD menentukan bahwa pemegang yang sah berhak menuntut penyerahan barang di
tempat tujuan sesuai dengan isi konosemennya, kecuali bila ia menjadi pemegang tidak sah
menurut hukum.
Surat surat yang oleh pemegang konosemen dikeluarkan kepada pihak ketiga, dengan maksud
agar dengan itu diterima bagian dari barang  barang yang tersebut dalam konosemennya, tidak
memberikan hak tersendiri kepada para pemegangnya atas penyerahan terhadap pengangkut.

BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau
setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang.Surat
berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak kepada
pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Dan surat berharga ini mudah dan dapat
diperdagangkan.Fungsi dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai:a.Alat
pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar(sebagai alat ukur).b.Sebagai alat
pemindahan hak tagih (karena dapatdiperjualbelikan).c.Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti
Hak Tagih)d.Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.Pengaturan surat berharga
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu surat berharga yang diaturdi dalam KUHD dan surat berharga yang
diatur di luar KUHD.Menurut isi perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan
ataspengganti menjadi 3 golongan yaitu :1.Surat berharga yang mempunyai sifat
kebendaan,2.Surat berharga yang mempunyai sifat keanggotaan,3.Suratberharga yang
mempunyai sifat tagihan hutang (utang piutang),Jenis surat berharga sendiri diantaranya :

1. wesel
2. Surat sanggup, cek
3. Kwitansi – kwitansi
4. Saham
5. konosemen/Bill of Lading
6. Delivery order (DO)

DAFTAR PUSTAKA

https://rahmiarrahman.blogspot.com/2012/05/surat-surat-berharga.html

https://unjalu.blogspot.com/2011/03/hukum-surat-surat-berharga.html

https://www.cekkembali.com/surat-berharga/

Anda mungkin juga menyukai