Hukum Surat
Hukum Surat
A. Pengertian
Istilah surat berharga merupakan terjemahan dari bahasa Belanda waarde papieren. Waarde
berarti nilai dan dalam KUHD, waarde diartikan berharga dan papieren berarti kertas, sehingga waarde
papieren berarti kertas berharga. Disamping istilah waarde papieren diatas, surat berharga saat ini
sering juga disebut negotiable instruments, negotiable papers, transferable papers, dan commercial
papers. Sedangkan surat yang berharga atau surat yang mempunyai nilai dikenal dengan sebutan
papieren van waarde atau juga disebut letter of value.
Surat berharga atau commercial paper (negotiable instruments) merupakan alat bayar dalam
transaksi perdagangan modern saat ini. Surat berharga ini digunakan sebagai pengganti uang yang
selama ini telah digunakansebagai alat tukar dalam perdagangan khususnya oleh kalangan pebisnis atau
para pengusaha. Hal ini disebabkan karena menggunakan surat berharga dianggap lebih aman, praktis,
dan merupakan suatu prestise tersendiri (lebih bonafit), sedang menjadi mode atau trend , surat
berharga sudah menjadi komoditi dalam kegiatan bisnis atau objek perjanjian, sehingga lebih
menguntungkan dan lebih bervariasi.
Pengertian secara autentik tentang surat berharga ini tidak ditemukan dalam KUHD (Kitab
Undang-undang Hukum Dagang), namun terdapat beberapa pendapat para sarjana yang berkaitan
dengan surat berharga tersebut. Surat berharga atau surat yang berharga adalah akta-akta atau alat-alat
bukti yang menurut kehendak dari penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan
semata-mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta-akta tersebut diperlukan untuk menagih.
Jadi, surat berharga dapat dijadikan sebagai alat bukti atas suatu tuntutan terhadap
penandatanganan surat tersebut, tuntutan itu dapat dipenuhi dengan membawa dan menyerahkan alat
bukti yakni surat berharga yang dimaksud. Secara yuridis surat berharga mempunyai fungsi sebagai
berikut :
1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar).
2. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjual belikan.
3. Sebagai surat legitimasi (surat bukti hak tagih).
Beberapa pengertian Surat Berharga menurut para ahli :
a) Wirjono Projodikoro :
Istilah surat-surat berharga itu terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uang tunai, yang dapat
dipakai untuk melakukan pembayaran. Ini berarti pula bahwa surat-surat itu dapat diperdagangkan, agar
sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan uang tunai (negotiable instruments).
b) Abdulkadir Muhammad
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan
suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan dengan
menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar lain itu berupa
surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup
untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut
c) Emmy Pangaribuan Simanjuntak :
Suatu surat yang disebut surat berharga haruslah di dalam surat itu tercantum nilai yang sama dengan
nilai dari perikatan dasarnya. Perikatan dasar inilah yang menjadi causa dari diterbitkannya surat
berharga tersebut. Dengan perkataan lain, bahwa sepucuk surat itu disebut surat berharga, karena di
dalamnya tercantum nilai yang sama dengan nilai perikatan dasarnya.
d) Heru Supraptomo
Suatu surat berharga dapat digolongkan sebagai surat berharga apabila surat itu merupakan alat untuk
diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap hutang yang telah ada.
Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu
prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya
berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik
pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya maupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga
tersebut telah dialihkan.
Di negara-negara yang menganut hukum Anglo Saxon, misalnya Inggris, Amerika Serikat, Australia,
Selandia Baru, dan lain-lain, tidak terdapat kodifikasi hukum seperti halnya di Indonesia dan negeri
Belanda. Hukum dagang negara-negara itu terdiri dari undang-undang khusus dan bukan merupakan
kodifikasi, misalnya The Bill of Exchange Act 1882 (undang-undang tentang wesel) dan The Companies
Act 1928 (undang-undang tentang badan usaha) di Inggris, dan Negotiable Instruments Law 1897 di
Amerika Serikat.
Wetboek van Koophandel semula hanya berlaku bagi golongan Eropa saja. Kemudian dengan Staatsblad
1855-76 yang selanjutnya diganti dengan Staatsblad 1924-56, Wetboek van Koophandel diberlakukan
bagi golongan Timur Asing Cina dan Timur Asing lainnya. Sedangkan bagi golongan bumiputra, Wetboek
van Koophandel diberlakukan melalui penundukan diri (Staatsblad 1917-12). Setelah Indonesia merdeka,
berdasarkan Aturan Peralihan Pasal 2 UUD 1945, Wetboek van Koophandel Hindia-Belanda tersebut
diadopsi menjadi KUHD41 dan diberlakukan terhadap semua warga negara Indonesia tanpa memandang
asal golongan.
Surat berharga, atau dalam bahasa Inggris disebut negotiable instruments atau negotiable papers
(Belanda: waarde papier), tidak kita jumpai dalam KUHD. Namun, dari beberapa pasal dalam KUHD
dapat di simpulkan bahwa surat berharga adalah surat bukti pembawa hak yang dapat diperdagangkan,
atau surat-surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat dialihkan haknya dari
satu tangan ke tangan lainnya (negotiable).
Surat berharga di Indonesia berkembang mulai tahun 1980 setelah adanya deregulasi ekonomi dalam
bidang keuangan. Aturan ini membawa perubahan kepada berkembangnya pasar keuangan di Indonesia
dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan salah satu bentuk pengembangan pasar
financial. Dimana selanjutnya pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 28/52/DIR
dan No 49/52/UPG yang masing-masing tentang “Persyaratan perdagangan dan penerbitan surat
berharga komersial” melalui bank umum di Indonesia, dimana dengan adanya peraturan tersebut maka
bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang seragam serta memiliki dasar hukum yang kuat
terhadap keberadaan surat berharga komersial.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa surat berharga adalah surat pengakuan
hutang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain
atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan
pasar uang (Pasal 1 UU Perbankan 1992). Lalu Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
menyatakan bahwa surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit atau setiap derivatifnya, atau kepentingan dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Penerbitan surat berharga di Indonesia juga harus
memperoleh peringkat dari Lembaga Pemeringkat Kredit (Credit Rating). Di Indonesia dikenal denga
nama PT.PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) yang berdiri pada tahun 1993.
Istilah surat berharga yang dipergunakan dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain :
1. Pasal 469 KUHD, bunyinya “Untuk dicurinya atau hilangnya emas, perak permata dan lain-lain
barang berharga, uang dan surat-surat berharga, begitupun…….”
2. Pasal 99 ayat (1) Peraturan Kepailitan, isinya “Semua uang, barang-barang perhiasan, efek-efek dan
lain-lain surat berharga harus disimpan…. “
3. Dalam konteks Perbankan. Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
memberikan definisi surat berharga secara enumeratif (merinci) yaitu surat pengakuan hutang, wesel,
saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan di pasar modal dan pasar
uang.
4. Dalam Konteks Pasar Modal. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990 yang mulai berlaku tanggal 9 Januari 1991 tentang
pasar modal memberikan definisi tentang efek yang meliputi setiap surat pengakuan hutang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, warrants, opsi,
atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
F. Teori Upaya Tangkisan
Apabila seseorang mengadakan perjanjian jual beli barang dengan pihak lainnya,
kemudian pembeli membayar harga barang dengan sepucuk surat berharga misalnya dengan
sepucuk surat wesel atau cek. Penjual yang menerima pembayaran dengan surat berharga itu
dapat pula membayarkan (memindahkan) surat itu kepada pihak lain, dan seterusnya. Akhirnya
timbullah suatu rangkaian peralihan surat berharga itu dari tangan ke tangan.
Hal ini perlu dipersoalkan karena jika ternyata pada suatu ketika pemegang surat
berharga itu meminta pembayaran kepada debitur, ada kemungkinan debitur akan menolak
atau menangkis pembayaran yang diminta kepadanya dengan berbagai macam alasan, atau
penerbit menolak pembayaran dengan alasan bahwa penerbit menghindarkan membayar
kedua kalinya kepada penjual (pemegang pertama). Padahal pemegang terakhir ini tidak
mengetahui bahwa kewajiban penerbit untuk membayar kepada pemegang itu sudah tidak ada
lagi, dengan terjadinya penyerahan surat berharga itu kepada pemegang pertama. Jika masalah
ini sampai terjadi tanpa adanya pembatasan atau kepastian maka penerbitan surat berharga
tersebut tidak akan memenuhi fungsi atau tujuan, karena orang tidak akan mau membeli atau
menerima peralihan sebagai pemegang berikutnya sebab khawatir tidak akan mendapat
pemenuhan atas hak tagih yang tersebut dalam surat berharga itu. Setiap transaksi surat
berharga itu juga kemungkinan terjadi penipuan, kesalahan, kelalaian atau khilaf dan
sebagainya, yang akhirnya akan merugikan salah satu pihak atau kedua belah pihak. Misalnya
surat berharga tersebut hilang, dicuri orang lain, atau pemegang lalai atau lupa, atau surat
berharga tersebut cacat tidak mempunyai syarat formal, sehingga pihak bank akan menolak
surat berharga yang ditunjukkan tersebut.
Dalam penggunaannya surat berharga kadang kala mengalami beberapa peralihan yang
kemungkinan terjadi tindakan non-akseptasi atau non-pembayaran. Untuk mengatasi hal
tersebut ada 2 (dua) macam upaya tangkisan yaitu :
1. Tangkisan yang bersifat absolut (mutlak)
a. tentang adanya cacat bentuk dari surat berharga (tidak memenuhi syarat surat berharga).
Contoh :
o Tentang tanda tangan (kalau kosong tanda tangannya berarti surat berharga tersebut jadi tidak
berharga)
o Tanggal penerbitan sifatnya menentukan masa beredarnya suatu surat berharga, untuk melihat
masa berlaku atau daluwarsa suatu surat berharga
o Salah satu pihak tidak cukup, apakah waktu surat berharga tersebut diterbitkan dia telah dewasa ?
b. Daluwarsa
Contoh : cek masa edar 70 hari, kalau sudah 71 hari, maka dianggap batal dan bank berhak menolak
untuk mencairkan.
Alasan yang disampaikan yang berkaitan dengan hubungan awal antara penerbit dengan pemegang I
dan termasuk dalam hubungan pribadi (disebut perikatan dasar)
Alasan ini tidak boleh dipertanyakan oleh pihak tersangkut (bank) Kecuali pada pemegang yang tidak
jujur atau tidak beritikad baik.
Ketentuan ketentuan mengenai surat berharga di atur dalam Buku I titel 6 dan titel 7
KUHD yang berisi tentang
wesel
Surat sanggup, cek
Kwitansi – kwitansi
Saham
konosemen/Bill of Lading
Delivery order (DO)
Surat Wesel
Wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel di dalamnya, diberikan
tanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si penerbit memberi
perintah tanpa syarat kepada tersangkut untuk pada hari bayar – membayar
sejumlah Uang kepada orang (penerima) yang ditunjuk oleh penerbit atau
penggantinya di suatu tempat tertentu.
Wesel adalah surat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitnya, yang
merupakan perintah tanpa syarat oleh penarik untuk membayar kepada pihak
pemegang atau ditunjuk oleh pemegang tersebut.
Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata “aksep” atau promes
dalam mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang
yang disebut dalam surat berharga itu atau penggantinya atau pembawanya pada
hari bayar.
Cek
Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana
penerbitannya memerintahkan kepada Bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya
pada saat ditunjukkan.
Cek adalah surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening
giro (current account), kepada tertarik, dalam hal ini Bank, untuk membayar tanpa
syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat ditunjukkan, yang berfungsi
sebagai alat pembayaran tunai.
Kwitansi atas tunjuk yang dimaksud oleh Mr. Chr Zevenbergen yang dikutip oleh Emy
pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penandatanganannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran yang ditentukan
di dalamnya kepada penunjuk (atas unjuk) pada waktu diperlihatkan.
Dalam kwitansi atas unjuk tersebut tidak diisyaratkan tentang selalu adanya klausula
atas unjuk.
Saham
Berdasarkan pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal yang dibuat
oleh pangangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), yang menerangkan bahwa ia
telah menerima barang barang (dari pengirim) untuk diangkut orang tertentu
(penerima), surat nama di dalamnya juga menerangkan mengenai syarat syarat
penyerahan barang dimaksud.
1. Penerbit, dalam ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal.
2. Pihak penerima atau penggantinya.
Pasal 510 KUHD menentukan bahwa pemegang yang sah berhak menuntut
penyerahan barang di tempat tujuan sesuai dengan isi konosemennya, kecuali bila ia
menjadi pemegang tidak sah menurut hukum.
Surat surat yang oleh pemegang konosemen dikeluarkan kepada pihak ketiga,
dengan maksud agar dengan itu diterima bagian dari barang barang yang tersebut
dalam konosemennya, tidak memberikan hak tersendiri kepada para pemegangnya
atas penyerahan terhadap pengangkut.
https://rahmiarrahman.blogspot.com/2012/05/surat-surat-berharga.html
https://unjalu.blogspot.com/2011/03/hukum-surat-surat-berharga.html
https://www.cekkembali.com/surat-berharga/