Para pencari kerja memadati stan perusahaan yang menyediakan lowongan pekerjaan saat pameran
bursa kerja di Balai Kartini, Jakarta, Jumat, 24 April 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Melambatnya pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor
ketenagakerjaan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu satu tahun
tingkat pengangguran di Indonesia mengalami pertambahan sebanyak 300 ribu jiwa.
Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara jika dibandingkan dengan
Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa.
Suryamin menjelaskan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang, dengan
tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi.
"Ini karena ekonomi melambat, sehingga terjadi peningkatan pengangguran," ujarnya dalam
konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/5).
Berdasarkan data BPS, pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Februari 2015 menjadi 5,34
persen dibanding Februari tahun lalu yang hanya 4,31 persen. Begitu juga lulusan diploma mengalami
peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan SMK
yang bertambah dari 7,21 persen menjadi 9,05 persen.
Sementara untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan, masing-masing
yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14 persen, dan 9,10 persen menjadi
8,17 persen.
"Februari 2015, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dan tertinggi pada
INDAH LESTARY ( 1010191057)
2D / DIII ANALIS KESEHATAN
ISBD
Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015 sebesar 5,81 persen,
meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5,7 persen. Namun, angka tersebut
lebih rendah jika dibandingkan dengan TPT Agustus 2014 yang sebesar 5,94 persen.
Kendati pengangguran bertambah, Suryamin mengklaim jumlah penduduk yang bekerja pada
Februari 2015 juga bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7
juta orang dibanding keadaan Februari 2014. JUmlah penduduk yang bekerja per Februari 2015
tercatat sebanyak 120,8 juta orang.
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I 2015
dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya perekonomian nasional melambat
jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,14 persen secara tahunan.
Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat
sebesar Rp 2.724 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.
Menurutnya, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi
Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun
impor.
"Ekonomi Tiongkok turun dari 7,4 persen pada kuartal III 2014 menjadi 7,0 persen, sedangkan
Singapura turun dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen," kata Suryamin. (gir/gir)
INDAH LESTARY ( 1010191057)
2D / DIII ANALIS KESEHATAN
ISBD
melemah dan mengakibatkan Indonesia tidak mampu bersaing dengan Negara lain dan perekonomian
Indonesia akan menjadi semakin terpuruk.
pekerja yang semula bekerja dalam perusahaan tersebut menjadi tidak mempunyai pekerjaan lagi.
Kemudian akhirnya pekerja tersebut menjadi pengangguran.
Pengangguran di Indonesia paling banyak berada di pedesaan, bahkan berdasarkan sensus penduduk
pada tahun 1980 menenjukkan bahwa sekitar 805 angkatan kerja yang ada di Indonesia berada di
pedasaan. Hal ini tidak lepas dari makin sempitnya lahan pertanian yang ada di pedesaan yang beralih
fungsi. Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menampung angkatan kerja di desa.
Semakin sempitnya lahan pertanian yang ada di pedsaan ini juga tidak lepas dari sistrm pewarisan
dengan pembagian tanah yang dilakukan petani pedesaan.
Peran swasta dapat terlihat apabila perusahaan milik swasta mampu menciptakan lapangan kerja
yang baru yang benar-benar menyerap banyak tenaga kerja di setiap daerah.
Pihak swasta dapat berupa pembangunan perusahaan padat karya yang akan menyerap banyak
tenaga kerja. Selain itu, pihak swasta juga dapat mendirikan perusahaan-perusahaan dalam skala
kecil yang mampu menyererap tenaga kerja tanpa pendidikan tinggi, karena hanya memebutuhkan
sedikit ketrampilan saja melalui pelatihan-pelatian yang tidak terlalu lama. Perusahaan kecil ini
sangat cocok apabila didirikan di daerah pedesaan dengan mayoritas angkatan kerjanya tidak
berpendidikan tinggi. Dengan cara demikian lah maka pengangguran di desa dapat diatasi atau
paling taidak dapat barkurang.
c) Peran Sosiolog
Dalam hal ini sosiologi dapat berperan sebagai konsultan kebujakan pemerintah. Kebijakan yang
dilakukan pemerintah sering mengalami kgagalan, hal ini karena pemerintah tidak dapat
mengetahui keadaan masyarakat yang ada. Karena itu peran sosiolog sangat diperlukan. Selain itu
sebagai ahli riset sosiologi jugs sangat membantu apa yang seharusnya dilakukan pemerintah.
Menurut Jabal Tarik (2002) sosiolog sebagai ahli riset dalam hal ini mampu meneliti suatu daerah
dengan pemahaman pedesaan secara cepat ( Rapid Rural System Appraisal ) yaitu merupakan
penelitian keadaan pedesaan yang sifatnya cepat, fleksibel,niterative, berorientasi sistem,
partisipatif, biaya efektif, dan interdisipliner. Sosolog juga dapat berperan sebagai teknisi yang
terlinat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat, memberi saran dalam
hubungan masyarakat, dan hubungan antar kelompok dalam hal organisasi dan perekonomian.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang harus segera
ditangani. Karena kalau tidak ada penanganan yang serius maka akan menimbulkan masalah sosial
yang lain antara lain kriminalitas, kemiskinan, dan munculnya arus urbanisasi yang menyebabkan
munculnya kawasan kumuh diperkotaan. Peran pemerintah sebagai penentu kebijakan dan sosiolog
sebagai konsultan kebijakan serta pihak swasta dalam menangani masalah ini.
Hanya sekedar saran bagi pemerintah hendaknya lebih serius dalam menangani masalah ini dan dapat
menggunakan para sosiolog sebagai ahli riset dan dan konsultan kebijakan, Selain itu pemerintah
bersama pihak swasta juga harus bekerja sama untuk menangani masalah pengangguran di Indonesia.