Anda di halaman 1dari 1

Puasa Sepanjang Hidup

Oleh: Shobahussurur

Kewajiban puasa Ramadhan kini telah lewat. Meskipun begitu, puasa dalam arti lebih luas seharusnya tetap
kita laksanakan, bahkan harus dilakukan sepanjang masa selama kita hidup. Hal itu karena al-shaum yang kemudian
diterjemahkan dengan puasa adalah al-imsak, yaitu menahan, mencegah, atau mengendalikan.
Selama puasa Ramadhan, kita dilatih mengendalikan mulut dan kemaluan kita dari melakukan aktivitasnya
berupa makan, minum, atau berhubungan seks dalam beberapa jam setiap hari. Hal itu dimaksudkan agar nafsu
mulut dan nafsu kemaluan menjadi terlatih dalam melaksanakan kegiatannya dan tidak menurutkan segala kemauan
hawa nafsu. Sebab, mulut yang mungil, lunak, dan tidak bertulang itu bila menurutkan hawa nafsunya akan sanggup
memakan dan menninum apa saja, yang lunak atau yang keras, yang kecil atau yang besar, yang baik atau yang
jelek, yang halal atau yang haram.
Bila selama Ramadhan kita telah mampu berpuasa mengendalikan keinginan hawa nafsu mulut dan
kemaluan, maka pengendalian hawa nafsu itu seharusnya juga berlangsung di luar Ramadhan. Bahkan, yang harus
dikendalikan tidak saja nafsu mulut dan kemaluan, tapi seluruh nafsu yang ada dalam diri kita, nafsu tangan untuk
mengambil apa saja, nafsu kaki untuk melangkah ke mana saja, nafsu mata untuk melihat apa saja, nafsu telinga,
hidung, dan semua anggota tubuh.
Semuanya itu kita harus mampu untuk mempuasakannya agar nafsu-nafsu tersebut menjadi terkendali dan
tenang, yang dalam Alquran disebut sebagai al-nafs al-muthmainnah (nafsu yang tenang terkendali). Itulah nafsu
pribadi mukmin yang takwa, yang sukses dalarn melaksanakan puasanya bukan saja puasa Ramadhan tapi juga
puasa mengendalikan hawa nafsu sepanjang hidupnya. Firrnan Allah SWT: "Wahai nafsu yang tenang terkendali,
kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh rela dan diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam kelompok hamba-
hamba-Ku, dan masuklah ke dalanr surga-Ku." (AI-Fajr: 27-30).
Untuk itu, marilah kita selalu memuasakan nafsu kita supaya menjadi nafsu yang tenang, terkendali, tidak
mudah bergejolak, dan panas oleh pengaruh pengaruh duniawi. Memuasakan tangan untuk tidak mengambil kecuali
yang sah, memuasakan kaki untuk tidak melangkah kecuali ke tempat-tempat yang baik, dan memuasakan seluruh
anggota tubuh untuk hanya beraktivitas pada hal-hal positif yang diridhai oleh Allah SWT.
Nafsu yang selalu berpuasa akan menjadikan seseorang berkepribadiari bijak, damai, dan tulus, serta jujur
dalam menyikapi kehidupan. Sebaliknya, nafsu yang tidak pernah berpuasa, yang memperturutkan seluruh
keinginannya, maka akan menjadikan seseorang berkepribadian buruk, tidak ada ketenangan dalam hidup, dan
penuh keserakahan yang tidak pernah terpuaskan segala keinginannya.

Anda mungkin juga menyukai