Anda di halaman 1dari 3

NAMA : GABRIELLA DESCHE VERONICA

NIM : 851419027

BANJIR MELANDA

Banjir adalah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala yang berbeda
dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang biasanya kering. Menurut KBBI
atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian banjir adalah berair banyak dan juga deras,
kadang-kadang meluap. Hal itu dapat terjadi sebab jumlah air yang ada di danau, sungai, ataupun
daerah aliran air lainnya yang melebihi kapasitas normal akibat adanya akumulasi air hujan atau
pemampatan sehingga menjadi meluber.
Dari 6 macam jenis banjir, disini saya akan membahas 2 diantaranya :
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air
sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya
banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau
tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan
oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi
karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan
di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir
cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
Dua jenis banjir ini sering terjadi di berbagai daerah, tidak hanya di Samarinda ternyata di
Gorontalo pun banjir jenis ini bisa terjadi. Mengapa jenis banjir ini sering terjadi, kemungkinan
besar alasannya :
1. Penebangan Hutan Liar
Tidak usah dipungkiri lagi, penebangan hutan liar ini pasti banyak dilakukan oleh oknum-
oknum. Menurut data 3 tahun yang lalu dari sumber kompas :
"Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia,
total luas hutan saat ini mencapai 124 juta hektar. Tapi sejak 2010 sampai 2015, Indonesia
menempati urutan kedua tertinggi kehilangan luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar
tiap tahunya," beber Deputi FAO Representative bidang program di Indonesia, Ageng
Herianto, dalam seminar dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta
Pemerintah Provinsi Sulsel di Hotel Dalton, Selasa (30/8/2016).
Salah satu fungsi pohon adalah menyerap air. Jadi, semakin banyak wilayah yang pohonnya
ditebang, maka semakin tidak ada wilayah yang menyerap air sehingga menyebabkan air
langsung mengalir ke daerah yang datarannya lebih rendah.
2. Saluran Air yang Buruk
Tidak jarang ketika kita melihat ke dalam selokan ada terdapat banyak sampah didalamnya.
Padahal saluran air ini berfungsi untuk menyalurkan air, tetapi fungsi ini terhambat karena
banyaknya sampah yang ada di saluran air. Satu hal yang pasti terlihat setelah banjir yaitu
sampah yang berceceran di jalan. Hal ini terjadi karena fungsi saluran air bukan lagi
menyalurkan air tetapi menjadi wadah pembuangan secara bebas bagi masyarakat.
3. Pemukiman yang Berada Disekitar Sungai
Sebenarnya pemukiman ini menjadi peran penting bagi kebersihan sungai. Akan tidak menjadi
masalah jika suatu pemukiman dapat menjaga kebersihan sungai. Tetapi hal ini jarang terjadi di
Indonesia, karena banyak dari pemukiman yang didirikan disekitar sungai menyebabkan sungai
rentan terjadi pendangkalan. Pendangkalan ini kerap terjadi karena masih banyak masyarakat
yang membuang sampah sembarangan. Padahal, sungai merupakan media mengalirnya air
menuju ke laut lepas. Jika suatu sungai rusak dan tercemar tentu fungsinya sebagai aliran air
menuju ke laut akan terganggu dan sudah dipastikan akan terjadi banjir
4. Curah Hujan yang Tinggi
Hal ini jika terjadi berlarut – larut di suatu daerah kerap kali akan menyebabkan banjir pada
daerah tersebut. Apalagi menurut badan cuaca bulan November – Desember diperkirakan jadi
awal musim hujan. Awal musim hujan pada periode ini akan dialami di daerah Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Barat & Timur, Maluku, Papua Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Utara.
5. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Sikap masyarakat terhadap lingkungan juga menjadi kontribusi yang besar bagi tidak atau
terjadinya banjir. Jika masyarakat dapat menjaga lingkungannya seperti tidak membuang
sampah sembarangan, mau menanam kembali pohon yang ditebang, dan memiliki kesadaran
diri akan lingkungannya kemungkinan banjir terjadi akan jarang.
Dari kelima faktor yang diatas, yang peranannya paling penting ada atau tidaknya banjir
adalah kesadaran masyarakat. Jika masyarakat tidak peduli akan lingkungannya maka hal ini
akan terjadi terus menerus dan menyebabkan kerugian bagi diri kita sendiri. Apapun pangkat
atau jabatan yang kita punya jika dari diri sendiri aja tidak memiliki kepedulian lingkungan akan
susah untuk terhindar dari banjir. Menurut saya, perubahan itu tidak menunggu orang lain untuk
berubah terlebih dahulu, tetapi perubahan itu bagaimana cara kita untuk merubah diri kita
terlebih dahulu baru merubah orang lain menjadi lebih baik.
SOLUSI:
Dari permasalahan yang saya bawakan, solusi yang terbaik adalah bagaimana cara kita
untuk merubah diri sendiri terlebih dahulu baru bisa merubah orang lain. Di kota asal saya yaitu
Samarinda, banjir ini merupakan salah satu akibat yang muncul setelah terjadinya hujan. Disini saya
membawa kasus banjir karena kota asal saya dan kota yang saya tempati sekarang memiliki
kesamaan yaitu habis hujan terbitlah banjir.
Hal yang paling utama dan paling penting adalah kesadaran kita terlebih dulu terhadap
lingkungan. Lakukan hal yang sederhana tetapi bisa membawa ke perubahan, seperti untuk tidak
membuang sampah sembarangan. Bayangkan jika masyarakat bisa tertib untuk membuang sampah
pada tempatnya bukan di saluran air, sungai, maupun di laut, pasti dampak yang diterima akan
nyata. Bukan hanya kita saja yang menerima dampaknya tetapi hewan-hewan juga. Banyak sekali
kasus sampah yang sudah meraja lela sampai ke laut hingga menyakiti hewan-hewan yang ada di
laut. Membuang sampah sembarangan ini kerap muncul karena manusia memiliki sifat yang instan
dan tidak sabaran. Hal ini disebabkan karena malasnya masyarakat untuk mengkantongi sampahnya
terebih dahulu dan juga masyarakat terlalu malas berjalan ke tempat sampah. Tetapi, jika kita sudah
melakukan hal yang sederhana ini dan masih terjadi banjir bahkan sampe memakan korban berarti
kita harus memperbaiki sikap kita, siapa tau itu peringatan dari Tuhan kepada kita.
Hal sederhana lainnya yang bisa memberikan dampak agar tidak terjadinya banjir adalah
untuk menanam kembali pohon yang sudah ditebang. Bagi masyarakat agar setidaknya memiliki
lahan untuk menanam pohon disekitar lingkungannya. Dan bagi oknum – oknum yang sudah
menggunduli hutan untuk keperluan tambang maupun membangun bangunan agar sekiranya untuk
dapat menanam pohon disekitarnya. Pohon ini selain berfungsi untuk mencegah banjir ternyata
mampu untuk mencegah kekeringan akibat kemarau. Banyak sekali manfaat yang dikeluarkan dari
sebatang pohon tetapi karena minimnya pengetahuan dan tindakan masyarakat, pohon yang bernilai
emas ini hanya bagaikan sebuah batu yang tidak bernilai.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah untuk menjaga saluran air agar tetap bersih dan tidak
tersumbat akibat sampah dan juga melakukan proyek pendalaman di saluran air maupun di sungai.
Proyek lainnya adalah membangun bendungan atau tempat tampung air dalam jumlah yang besar.
Di Samarinda, saya sering melihat proyek pendalaman sungai. Tetapi proyek ini akan tidak berarti
jika masyarakat masih saja tidak peduli dengan lingkungannya. Usaha yang telah dilakukan
pemerintah untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sudah baik. Semua ini kembali ke
masyarakat apakah mau untuk bergotong royong menjaga dan melestarikan lingkungannya atau
sudah nyaman di lingkungan yang seperti ini.

~SAVE THE ENVIRONMENT STARTING FROM YOUR OWN ACTION~

Anda mungkin juga menyukai