Oleh:
Alfania Mukti Pramudita
NIM. 030217A029
Hari : Senin
Pembimbing I
Pembimbing II
Hari :
Tanggal :
Penguji I
Penguji II
B. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu melaksanakan tentang asuhan kebidanan pada
ibu bersalin kala II dengan sub pokok bahasan Episiotomi dan Amniotomi.
C. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
kala II dengan sub pokok bahasan Episiotomi dan Amniotomi.
D. INDIKATOR KETERCAPAIAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan dapat
1. Menjelaskan pengertian Episiotomi dan Amniotomi dengan benar
2. Menjelaskan Tujuan dilakukannya Episiotomi dan Amniotomi dengan
benar
3. Menyebutkan indikasi dan kontraindikasi Episiotomi dan Amniotomi
dengan betul
4. Menyebutkan jenis-jenis dari Episiotomi dengan Benar
5. Menjelaskan prosedur pelaksanaan Episiotomi dan Amniotomi dengan
benar
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
G. POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian Episiotomi dan Amniotomi.
2. Tujuan Episiotomi dan Amniotomi
3. Indikasi dan Kontraindikasi Episiotomi dan Amniotomi.
4. Jenis-jenis Episiotomi.
5. Prosedur Episiotomi dan Amniotomi.
6. Penyembuhan Luka Episiotomi.
7. Komplikasi Episiotomi dan Amniotomi
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Tahapan/W Kegiatan
Kegiatan Calon Dosen Metode
aktu Mahasiswa
Pendahuluan 1. Memberikan salam Menjawab Salam Tanya Jawab
±5 menit pembuka
2. Menginformasikan Memperhatikan Ceramah
pokok materi yang
akan dibahas
3. Menyampaikan tujuan Memperhatikan Ceramah
pembelajaran
4. Menyampaikan
relevansi materi Memperhatikan Ceramah
dengan profesi bidan.
5. Melakukan apersepsi
berkaitan dengan
materi pokok bahasan Menjawab Tanya Jawab
yang akan
disampaikan.
Penyajian 1. Menggali pengetahuan Menjawab Tanya Jawab
±40 menit mahasiswa tentang
Episiotomi dan
Amniotomi
2. Memberikan Sumbang Saran Ceramah
kesempatan kepada
mahasiswa lain untuk
memberikan jawaban
3. Menjelaskan kepada Memperhatikan Ceramah
mahasiswa tentang dan mencatat
definisi Episiotomi
dan Amniotomi
4. Menjelaskan kepada Memperhatikan Ceramah
mahasiswa tentang dan mencatat
tujuan dilakukannya
Episiotomi dan
Amniotomi
5. Menjelaskan kepada Memperhatikan Ceramah
mahasiswa tentang dan mencatat
indikasi dan
kontraindikasi
Episiotomi dan
Amniotomi
6. Menjelaskan kepada Memperhatikan Ceramah
mahasiswa tentang dan mencatat
jenis-jenis dari
Episiotomi
7. Menjelaskan kepada Memperhatikan Ceramah
mahasiswa tentang dan mencatat
prosedur pelaksanaan
Episiotomi dan
Amniotomi
8. Menjawab pertanyaan Bertanya Tanya Jawab
yang diajukan
mahasiswa
Penutup ±5 1. Bersama mahasiswa Memperhatikan Ceramah
menit menyimpulkan materi dan mencatat
yang telah
disampaikan
2. Melakukan evaluasi Menjawab Tanya jawab,
dari perkuliahan yang diskusi
telah disampaikan
dengan cara memberi
pertanyaan
3. Menginformasikan Memperhatikan Ceramah
materi yang akan
diberikan selanjutnya
4. Memberikan salam Menjawab Salam Tanya jawab
penutup
I. EVALUASI
1. Prosedur
a. Pre test : Ada pada awal pembelajaran (apersepsi)
b. Embedded tes : Ada dalam proses pembelajaran
c. Post Test : Ada padaakhirpembelajaran (tes formatif)
2. Jenis : Tes lisan
3. Bentuk : Tes Objektif
4. Alat : Tes buatan calon dosen
5. Soal dan Kunci : Terlampir
J. REFERENSI
Agnes Isti harjanti. 2015. MODUL B3-1 ASUHAN KEBIDANAN III
(PERSALINAN). Semarang: Stikes Telogorejo.
Purwoastuti Th. Endang, Walyani Elisabeth Siwi. 2015. Ilmu Obstetri &
Ginekologi Sosial untuk Kebidanan. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.
K. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Uraian Materi
2. Lampiran 2 : Evaluasi
3. Lampiran 3 : Media
4. Lampiran 4 : Garis-garis Besar Program Perkuliahan
Ungaran, Desember 2017
Calon Dosen
Penguji I Penguji II
URAIAN MATERI
EPISIOTOMI DAN AMNIOTOMI
A. EPISIOTOMI
1. Definisi Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin Hymen, jaringan septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan
perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah
kelahiran.
Episiotomi merupakan tindakan operatif berupa sayatan pada
perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan
perineum. Episiotomi biasanya dikerjakan pada hampir semua primipara
atau pada perempuan dengan perineum kaku (Purwoastuti E. & Walyani
S., 2015).
Episiotomi adalah suatu insisi bedah yang dilakukan pada perineum
untuk memudahkan pelahiran bagian presentasi janin. Meskipun dahulu
dilakukan secara rutin, kajian sistematik terhadap bukti-bukti
memastikan bahwa praktik ini harus dibatasi sesuai kebutuhan klinis
(Renfrew dkk., 1998 dalam buku Baston H. & Hall J., 2011) dan tidak
boleh menjadi bagian dari asuhan rutin selama pelahiran spontan (NICE,
2007, dalam buku Baston H. & Hall J., 2011).
2. Tujuan Episiotomi
Episiotomi bertujuan mencegah rupture perineum dan
mempermudah pemulihan perineum kaku. Episiotomi dilakukan saat
perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam
vagina. Dengan episiotomi, akan mempercepat kelahiran pada waktu
janin mengalami kegawatan, memfasilitasi kelahiran pada kasus-kasus
tertentu, dan melindungi kepala bayi prematur (Purwoastuti E. &
Walyani S., 2015).
5. Jenis-jenis Episiotomi
Menurut (Purwoastuti E. & Walyabi S., 2015), ada beberapa jenis
episiotomi berdasarkan arah insisinya, yaitu:
a. Episiotomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah
diperbaiki, lebih sedikit pendarahan, penyembuhan lebih baik dan
jarang dispareuni. Episiotomi ini dapat menyebabkan ruptur totalis.
Manfaat:
1) Secara dratomis lebih alamiah
2) Menghindari pembuluh darah dan saraf
3) Lebih mudah dijahit
Bahayanya:
Jika meluas bisa memanjang melalui sfingter ani
b. Episiotomi mediolateral merupakan jenis insisi yang banyak
dilakukan karena lebih aman.
Manfaat:
Perluasan akan lebih kecil kemungkinan terjadi melalui sfingter ani
Bahaya:
1) Penyembuhan terasa lebih sakit
2) Lebih sulit dijahit
3) Mungkin kehilangan darah lebih banyak
c. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan lagi karena hanya dapat
menimbulkan sedikit relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak
dan sukar direparasi.
Menurut Benson dan pernoll (2009) dalam buku Purwoastuti E. &
Walyani S., 2015, sekarang ini ada dua jenis episiotomi yang digunakan,
yaitu episiotomi pada garis tengah (midline episiotomy) dan episiotomi
mediolateral.
a. Episiotomi pada garis tengah (midline episiotomy) atau
median
Sayatan yang dibuat digaris tengah, di mana insisi atau sayatan
dimulai dari ujung terbawah introitus vagina pada garis tengah
komissura posterior sampai batas atas otot-otot sfingter ani (tidak
sampai mengenai serabut sfingter ani).
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
1) Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh
karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh
darah.
2) Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan
kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
3) Tidak akan memengaruhi keseimbangan otot dikanan-kiri
dasar pelvis
4) Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut
mudah dirapatkan.
5) Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah
melahirkan.
6) Dispareuni jarang terjadi
Kerugian episiotomi jenis ini adalah terjadi perluasan laserasi
ke sfingter ani (laresari median sfingter ani) sehingga terjadi
laserasi perinei tingkat III inkomplet atau laserasi menjangkau
hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga terjadi ruptur
perinei komplet yang mengakibatkan kehilangan darah lebih
banyak dan lebih sulit dijahit.
b. Episiotomi mediolateral
Sayatan yang dibuat dari garis tengah kesamping menjauhi
anus yang sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk
mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai dari
ujung terbawahintroitus vagina menuju kebelakang dan samping
kiri atau kanan di tengah antara spina ischiadica dan anus.
Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah
ruptur grade 3, dengan panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi
dibuat pada sudut 45 derajat terhadap forset posterior pada satu sisi
kanan atau kiri tergantung pada kebiasaan orang yang
melakukannya.
Keuntungan dari episiotomi mediolateral adalah perluasan
laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter
ani dan rektum sehingga dapat mencegah terjadinya laserasi perinei
tingkat III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai
pada rektum.
Kerugian episiotomi mediolateral:
1) Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah
yang banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan
fleksus venosus.
2) Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih
sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama.
3) Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)
keseimbangan dasar pelvis.
4) Otot-ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar
(posisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang
kurang baik.
5) Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan
kadang-kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan).
6) Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan
Pelebaran introitus vagina.
6. Prosedur
Menurut (Purwoastuti E. & Walyani S.) Prosedur pelaksanaan tindakan
episiotomi adalah sebagai berikut:
Persiapan
a. Pertimbangkan indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan
bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan
kenyamanan ibu dan bayi.
b. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperluka
sudah tersedia dan dala keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
c. Gunakan teknik aseptic atau antiseptic setiap saat, cuci tangan dan
pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Jelaskan pada ibu mengapa ia meemrlukan episiotomi dan diskusikan
prosedur dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu.
Anestesi Lokal
a. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu klien untuk
merasa rileks.
b. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung
suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan
jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian
lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air distilasi
steril, sebagai contoh larutan 5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam
fisiologis atau air steril.
c. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang
4 cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan jika diperlukan).
d. Letakkan 2 jari ke dalam vagina diantara kepala bayi dan perineum.
e. Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang
tempat yang akan diepisiotomi.
f. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum
tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam
tabung suntik jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar.
Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali. Alasan: ibu bisa mengalami
kejang dan bisa terjadi kematian, jika lidokain disuntikkan ke dalam
pembuluh darah.
g. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan maksimal 10 ml lidokain.
h. Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan
kulit melembung karena anestesi bisa terlihat dan dipalpasi pada
perineum disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi.
7. Penyembuhan Luka
a. Fase 1: segera setelah cedera, respon peradangan menyebabkan
peningkatan aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam
jaringan, serta akumulasi leukosit dan fibrosit. Leukosit akan
memproduksi enzim proteolitik yang memakan jaringan yang
mengalami cedera.
b. Fase 2: setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk
benang-benang kolagen pada tempat cedera.
c. Fase 3: pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi
jaringan yang rusak kemudian menutup luka.
Proses penyembuhan sangat dihubungkan dengan usia, berat badan,
status nutrisi, dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan
status imunologinya. Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang
sempurna tergantung kepada beebrapa hal. Tidak adanya infeksi pada
vaginasangat mempermudah penyembuhan. Keterampilan menjahit
juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur kembali
sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit
mungkin pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong,
pembuluh darah tidak akan terbentuk lagi (Purwoastuti E. & Walyani
S., 2015.
8. Komplikasi
a. Nyeri postpartum dan dispareunia
b. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien
bekas episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan
rasa sakit. Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi
dapat menyebabkan dispareunia apabila jahitannya terlalu erat.
c. Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya
massa.
d. Trauma perineum posterior berat.
e. Trauma perineum anterior.
f. Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
g. Infeksi bekas episiotomi, infeksi lokal sekitar kulit dan fasia
superfisial akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
h. Gangguan dalam hubungan seksual, jika jahitan yang tidak cukup erat,
menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk
kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual (Purwoastuti E. &
Walyani S., 2015)
B. AMNIOTOMI
1. Definisi Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput ketuban
(amnion) dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian melebar
secara spontan, akibatnya gaya berat cairan dan tekanan di dalam rongga
amnion. Tindakan ini umumnya dilakukan pada pembukaan lengkap agar
penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya
Pada upaya kondisi selektif amniotomi dilakukan pada fase awal,
sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian penilaian
serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul menjadi penentu
keberhasilan persalinan. Penilaian yang salah dapat menyebabkan cairan
amnion sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan
meningkatkan morbiditas/mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya
(Yanti, 2010).
3. Prosedur
Persiapan dalam pelaksanaan Amniotomi
a. Persiapan ibu dan keluarga
b. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
1) Perawatan sayang ibu
2) Pengosongan kandung kemih/2 jam
3) Pemberian dorongan psikologis
4) Persiapan penolong persalinan
5) Perlengkapan pakaian
6) Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
c. Persiapan peralatan
1) Ruangan
2) Penerangan
3) Tempat tidur
4) Handscoon
5) Klem setengah kocher
6) Bengkok
7) Larutan klorin 0.5%
8) Pengalas
9) Bak instrument
A. SOAL
1. Sebutkan macam-macam tindakan Episiotomi!
2. Sebutkan indikasi dan kontraindikasi Episiotomi
3. Sebutkan jenis-jenis Amniotomi!
4. Sebutkan 3 indikasi dan kontraindikasi Amniotomi
B. Jawaban
1. Macam-macam tindakan Episiotomi:
f. Episotomi Median
g. Episiotomi Mediolateral
h. Episiotomi Lateral (tidak dianjurkan)
2. Indikasi dan kontraindikasi Episiotomi
Indikasi:
a. Pada keadaan yang mungkin terjadi ruptur uteri
b. Janin prematur atau adanya gawat janin
c. Janin letak sungsang persalinan dengan ekstrasi cunam, vakum dan
janin besar
Kontraindikasi:
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak
seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang
luas pada vulva dan vagina.
3. Jenis-jenis Amniotomi
a. Amniotomi untuk augmentasi.
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang
berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang
diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari
induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan
meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional.
b. Amniotomi untuk induksi.
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan.
Bisa berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi
yang lain seperti oksitosin.
4. Indikasi dan Kontraindikai Amniotomi
Indikasi:
a. Pada persalinan kala II jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya
b. Akselerasi Persalinan
Adalah tindakan untuk meningkatkan frekuensi, lama dan
kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan. Tujuannya adalah
untuk mencapai his 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik.
Dengan dilakukannya amniotomi, cairan ketuban akan keluar,
volume terus berkurang, prostaglandin dihasilkan, dapat
merangsang persalinan, serta kontraksi uterus meningkat.
c. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrumen
Salah satu syarat persalinan pervaginam dengan menggunakan
instrumen adalah ketuban sudah pecah/dipecahkan sehingga dapat
mengurangi komplikasi/penyulit. Didaerah dengan insiden HIV
tinggi, selaput ketuban sejauh mungkin dipertahankan.
Kontraindikasi:
· Polihidramion
· Presentasi muka
· Vasa previa