Anda di halaman 1dari 7

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Lapang Sumbersekar Desa
Sumbersekar Kecamatan Dau Kota Malang pada tanggal 18 Maret - 09 Juli 2019.
dan analisis kandungan nutrisi dilakukan di Laboratorium Nutrisi Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 09 Juli – 16 Juli 2019.

3.2 Materi Penelitian


3.2.1 Pols Rumput Odot
Pols rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) didapat dari petani
sekitar lokasi penelitian.

3.2.2 Alat dan Bahan


Polybag 40x40 cm, sarung tangan, masker, ember, topi tani/caping, gelas
ukur, sekop, karung, paranet (sebagai naungan), sabit, bambu, kawat, paku, pupuk
kandang, pupuk majemuk NPK, tanah, grinder, penggilingan, ayakan, oven,
kertas timbang, beaker glass, cawan filtrasi, pemanas, pompa vakum, eksikator,
tanur, labu kjeldahl, mesin destilator kjeldahl, air, H2SO4 0,3N, H2SO4 pekat, 25ml
NaOH 1,5N, 0,5g EDTA, HCL 0,3N, Aquadest, Aseton, K2SO4 dan CuSO4.

3.3 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan 5
perlakuan dan 3 ulangan, perlakuan terdiri atas intensitas cahaya matahari 100%
(P0) atau tanpa naungan, intensitas cahaya matahari 20% (P1), intensitas cahaya
matahari 40% (P2), intensitas cahaya matahari 60% (P3) dan intensitas cahaya
matahari 80% (P4). Pengaturan tingkat intensitas cahaya matahari dilakukan
dengan memberi naungan menggunakan paranet.

3.4 Tahapan Penelitian


3.4.1 Persiapan Lokasi dan Media Tanam
1. Pemilihan lokasi penelitian
Penelitian di tanah lapang yang jauh dari bangunan tinggi ataupun
pohon. Penggunaan tanah lapang ini agar tidak ada yang menghalangi
sinar matahari, baik pada pagi maupun sore hari.

2. Pembuatan naungan
Naungan terbuat dari paranet yang disangga menggunakan bambu.
Konstruksi naungan memiliki panjang 220 cm, lebar 75 cm dan tinggi
120 cm. Seperti disajikan pada gambar 4.
Gambar 4. Model konstruksi naungan dari paranet

3. Pengaturan naungan sesuai perlakuan


Dilakukan pengukuran intensitas cahaya matahari pada perlakuan
tanpa naungan (intensitas cahaya 100%) menggunakan Luxmeter, hasil
dari pengukuran menjadi dasar untuk mencari tingkat naungan yang lain
(N20%, N40%, N60% dan N80%). Paranet yang kami beli dapat
menaungi sebesar 60% sehingga untuk tingkat naungan diatasnya maka
dapat ditambah lapisan naungannya, sebaliknya untuk tingkat naungan
dibawahnya dapat dikurangi kerapatan benang paranet secara manual
sampai sesuai dengan tingkat naungan yang diinginkan.

4. Pengukuran intensitas cahaya matahari


Pengukuran intensitas cahaya matahari dilakukan sebanyak 8 kali (1
kali sebelum trimming dan 7 kali setelah trimming) yaitu pada bulan 14
Mei 2019 – 09 Juli 2019, pengambilan data dilakukan 3 kali sehari pada
waktu pagi, siang dan sore. Adapun data lengkap pengukuran intensitas
cahaya matahari di Laboratorium Lapang Sumbersekar dapat dilihat
pada lampiran 3.

5. Pembuatan media
Tanah dan pupuk kandang dicampur lalu dimasukkan kedalam
polybag ukuran (40 x 40) cm. Perbandingan tanah dan pupuk kandang
(2:1) yaitu dengan berat pupuk kandang 1,3 Kg/polybag dan pupuk
majemuk NPK 30g/pols untuk detail perhitungan dosis pemupukan
dapat dilihat pada lampiran 1. Tampilan media tanam dapat dilihat pada
gambar 5.
Gambar 5. Contoh media tanam dalam polybag

3.4.2 Penanaman
Penanaman pols dilakukan dengan kedalaman 5-10 cm. Jarak antar
perlakuan 1,5 meter dan jarak antar ulangan 0,7 meter, pada setiap
polybag ditanam 2 pols rumput odot. Denah percobaan pada setiap
perlakuan disajikan pada gambar 6.

U
3 2 1 P0
3 2 1 P3
3 2 1 P1 B T
3 2 1 P4 Gambar 6. Denah percobaan
3 2 1 P2 Keterangan S :
P0 (Intensitas Cahaya 100%); P1 (Intensitas Cahaya 20%)
P2 (Intensitas Cahaya 40%); P3 (Intensitas Cahaya 60%
P4 (Intensitas Cahaya 80%)
Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan.

3.4.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan berupa penyiraman rutin 1 hari sekali menggunakan
ember dengan kapasitas 150 ml setiap sore hari, dilakukan pengendalian
gulma (tanaman selain rumput odot) dengan cara mencabut atau
memotong secara manual dan menggunakan alat setiap pekan sekali.

3.4.3 Pemotongan
1. Pemotongan pertama (Trimming)
Pemotongan pertama dilakukan pada umur 60 hari setelah
penanaman, pemotongan dilakukan 10 cm diatas permukaan tanah.

2. Pemotongan kedua (panen)


Pemotongan dilakukan 50 hari setelah trimming.

3.4.4 Langkah Koleksi Data


a. Pengamatan Panjang Tanaman
1. Dilakukan pengukuran dari bagian pangkal batang sampai ujung pucuk
tanaman terpanjang.
2. Dilakukan pengukuran setiap pekan sekali.

b. Pengamatan jumlah anakan


1. Dilakukan perhitungan anakan secara manual.
2. Dilakukan perhitungan setiap pekan sekali.

c. Rasio bahan kering daun dan batang


1. Ditimbang produksi bahan kering daun dan batang.
berat daun
2. Dihitung rasio daun dan batang =
berat batang

d. Kandungan (bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar


daun dan batang)
1. Sampel daun dan batang setelah dipanen dikirim ke laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya untuk dilakukan analisis proksimat sesuai dengan prosedur
AOAC (2005) disajikan pada lampiran 2.

3.5. Variabel Pengamatan


Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi :
1. Pertumbuhan tanaman rumput odot (Pennisetum purpureum Cv. Mott) yang
pengamatannya dilakukan setiap pekan sekali selama 7 pekan, pengamatan
meliputi :
Panjang tanaman (cm) : pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan
cara mengukur dari pangkal tanaman sampai
pada ujung daun terpanjang menggunakan alat
ukur penggaris dan meteran. Pengamatan
dilakukan setiap pekan sekali.

Jumlah anakan (buah) : pengamatan jumlah anakan dilakukan dengan


cara menghitung secara manual jumlah tunas
dilakukan pengamatan setiap pekan sekali.

2. Produktivitas tanaman rumput odot (Pennisetum purpureum Cv. Mott) yang


pengamatannya dilakukan sekali saat pemanenan, pengamatan meliputi :
Rasio daun dan batang (g) : pengamatan rasio daun batang dilakukan
pemisahan produksi bahan kering antara batang
dan daun lalu masing-masing dilakukan
penimbangan dan perhitungan.

Produksi bahan kering (g) : pengamatan produksi bahan kering dilakukan


uji kandungan bahan kering di Laboratorium
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya lalu
hasilnya dikali dengan produksi segar untuk
mengetahui produksi bahan kering.
Produksi BK =BK ( %) x ∏ . Segar

Produksi bahan organik (g) : pengamatan produksi bahan organik dilakukan


uji kandungan bahan organik di Laboratorium
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya lalu
hasilnya dikali dengan produksi bahan kering
untuk mengetahui produksi bahan organik.
Produksi BO=BO (%) x Produksi BK

Produksi protein kasar (g) : pengamatan produksi protein kasar dilakukan


uji kandungan protein kasar di Laboratorium
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya lalu
hasilnya dikali dengan produksi bahan kering
untuk mengetahui produksi protein kasar.
Produksi PK=PK (%) x Produksi BK

Produksi serat kasar (g) : pengamatan produksi serat kasar dilakukan uji
kandungan serat kasar di Laboratorium Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya lalu hasilnya
dikali dengan produksi bahan kering untuk
mengetahui produksi serat kasar.
Produksi SK =SK (%) x Produksi BK
3.6 Analisis Statistik
Data hasil penelitian diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan
SPSS 20.0. Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan analisis ragam
berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.
Selanjutnya jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata,
maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Gasperz, 1994).
Untuk mengetahui produktifitas dan rasio daun batang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan persamaan:

Yij = μ + Ti + εij
Keterangan:
i =1,2,......t (perlakuan)
j = 1,2,.....r (ulangan)
Yij = pengamatan pada perlakuan ke i ulangan ke j
μ = nilai tengah umum
Ti = pengaruh perlakuan ke-i
εij = galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan
ke-j

Adapun ntuk mengetahui laju pertumbuhan panjang tanaman dan jumlah


anakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) dengan
persamaan:
Yij = μ + Ti + εij + εijk
Keterangan:
𝑖 = 1,2, … , i (perlakuan)
𝑗 = 1,2, … , j (ulangan)
𝑘 = 1,2, … , m (pengamatan)
𝑌𝑖𝑗𝑘 = pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j pengamatan
ke-m
𝜇 = nilai tengan umum
T𝑖 = pengaruh perlakuan ke-i
𝜀𝑖𝑗 = galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
𝜀𝑖𝑗𝑘 = galat contoh pada perlakuan ke-i ulangan ke-j pengamatan
ke-m

Apabila Fhitung > Ftabel, maka untuk mengetahui perlakuan terbaik,


dianalisis menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan persamaan:

JNT α% = JND (α%, db galat, p) x SE


SE =√ ¿)

Keterangan :
SE = Standart Error
KTgalat =Kuadrat Tengah Galat
r = Banyak Ulangan
1.6 Batasan Istilah
Rumput odot : rumput dengan nama latin Pennisetum purpureum cv. Mott
merupakan jenis rumput dengan produktivitas tinggi 17-
19%, Total Digestable Nutrient (TDN) mencapai 64,31%
dari bahan kering.
Cahaya matahari : berkas sinar berwarna putih dan berbentuk pilar yang
terpancar dari matahari.
Fotosintesis : proses pemecahan H2O dengan memanfaatkan energi
cahaya matahari menjadi ion hidrogen dan molekul air.
Pols : merupakan sobekan rumpun tanaman yang biasanya
digunakan sebagai pembibitan secara vegetatif.
Naungan : posisi dimana berada dibawah sesuatu atau terhalangi
sesuatu.
Paranet : atap yang terbuat dari plastik berwarna hitam yang
berfungsi sebagai penghalang masuknya cahaya matahari
secara berlebih/sebagai penghalang masuknya air hujan
secara berlebih.
Lux meter : alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas
cahaya disuatu tempat.
Bahan kering : komponen yang sudah tidak mengandung air. Pengetahuan
mengenai bahan kering pada pakan ternak diperlukan untuk
perhitungan penyusunan dan pemberian pakan ternak.
Bahan organik : komponen yang sudah dipisahkan dari kandungan air dan
bahan kering, sehingga hanya tersisa serat kasar, abu dan
mineral.
Protein kasar : semua senyawa yang mengandung ikatan Nitrogen (N),
baik protein sesungguhnya maupun zat-zat yang
mengandung protein tapi bukan protein.
Serat kasar : karbohidrat yang terdiri atas polisakarida yang tidak larut
(selulosa dan hemiselulosa) serta lignin. Ikatan
lignoselulosa lignin memiliki koefisiensi cerna sangat
rendah. Semakin tua tanaman, kandungan ligninnya
semakin tinggi. Jerami padi termasuk bahan pakan dengan
kandungan lignin tinggi sehingga sulit dicerna.
Trimming : pemotongan batang tanaman guna memacu tingkat
produktifitas tanaman pada pertumbuhan setelah
pemotongan.

Anda mungkin juga menyukai