Anda di halaman 1dari 11

TEMUAN AUDIT

OLEH KELOMPOK 7 :

I GEDE YUDI PUTRA ARYAWAN (1702622010304 / 7)

MADE BARRY PRASTA WIJAYA (1702622010309 / 12)

PUTU HENDRA RADITYA PRILIANTAMA (1702622010336 / 39)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2020
1. SIFAT TEMUAN AUDIT

a. Temuan audit dapat memiliki berbagai bentuk & ukuran. Selama pelaksanaan
pekerjaan mereka, auditor internal mengidentifikasi kondisi-kondisi yang
membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan dari norma-
norma atau kriteria yang dapat diterima disebut temuan audit (audit findings).
Temuan audit bisa memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran, misalnya:
 Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil tetapi tidak dilakukan,
seperti pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih.
 Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan
sewa dari perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi
untuk kepentingannya sendiri.
 Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan
pada tarif yang telah diganti dengan tarif yang lebih rendah pada
kontrak yang lebih menguntungkan.
 Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang
seragan untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim
tersebut bervariasi dalam jumlah dan signifikansinya.
 Eksposur-eskposur risiko yang harus dipertimbangkan
b. Temuan audit sering disebut kekurangan (deficiencies).
c. Istilah “temuan´cenderung terlalu negatif, sedang “kondisi” relatif lebih tepat
dan dianggap lebih nyaman, tidak memberi ancaman, dan tidak menimbulkan
tanggapan defensif bagi auditee.
d. Temuan audit menjelaskan bahwa sesuatu yang baik saat sekarang (current)
atau masa lalu (histories) serta yang mungkin terjadi dimasa yang akan dating
(future) terdapat kesalahan.
2. STANDARD FOR THE PROFESSIONAL PRACTICE OF INTERNAL

AUDITING (SPPIA)

Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA)


dalam satandar 2310 menyatakan:
a. Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang cukup (sufficient),
andal (reliable), relevan (relevance) dan berguna (usefulness) untuk mencapai
tujuan penugasan.
b. Practice advisory 2410-1 dari Standar : “ kriteria komunikasi” memperluas
arahan menjadi :
 Komunikasi akhir penugasan bisa mencakup informasi latar belakang
dan ringkasan. Informasi latar belakang: identifikasi unit-unit
organisasional, menelaah aktivitas-aktivitas, memberikan informasi
yang relevan seperti pengamatan, kesimpulan dan rekomendasi dari
laporan-laporan sebelumnya.
 Ringkasan: mencakup representasi penyeimbang dari isi komunikasi
penugasan.
c. Hasil harus mencakup observasi, kesimpulan (opini), rekomendasi, dan
rencana-rencana tindakan.
d. Observasi: pernyataan fakta yang berkaitan.
e. Observasi dan rekomendasi harus didasarkan pada atribut : kriteria, kondisi,
penyebab, dan dampak.
 Kriteria : Standar, ukuran, atau ekspektasi yang digukan dalam
melakukan evaluasi dan/atau verifikasi (apa yang seharusnya ada).
 Kondisi : Bukti faktual yang ditemukan auditor internal pada saat
pengujian (apa yang ada).
 Penyebab : Alasan perbedaan antara apa yang diharapkan dan kondisi
aktual (mengapa ada perbedaan).
 Dampak : Resiko atau eksposur yang dihadapi organisasi dan/atau yang
lainnya karena kondisi tidak sama dengan kriteria (dampak perbedaan).
Dalam menentukan tingkat resiko atau eksposur, audit internal harus
mempertimbangkan dampak observasi dan rekomendasi penugasan
mereka terhadap laporan keuangan organisasi.
f. Observasi dan rekomendasi juga bisa mencakup penyelesaian penugasan
klien, hal-hal terkait, dan informasi pendukung jika tidak terkandung di
laporan mana pun.
g. Practice advisory 2420-1 dari Standar : “kualitas kriteria komunikasi” adalah
obyektif, jelas, ringkas, konstruktif & tepat waktu.
 Komunikasi objektif bersifat faktual, tidak bias, dan bebas dari distorsi.
Observasi, kesimpulan, dan rekomendasi harus dimasukkan tanpa
prasangka.
 Komunikasi yang jelas mudah dipahami dan bersifat logis. Kejelasan
bisa ditingkatkan dengan menghindari bahasa teknis yang tidak perlu
dan memberikan informasi pendukung yang memadai.
 Komunikasi ringkas langsung ke sasaran dan menghidari rincian yang
tidak perlu. Komunikasi seperti ini mengemukakan piikiran secara
lengkap dalam kata-kata yang sesedikit mungkin.
 Komunikasi konstruktif adalah komunikasi yang isi dan nadanya
membantu klien dan organisasi menuju perbaikan jika diperlukan.
 Komunikasi tepat waktu adalah komunikasi yang dikeluarkan tanpa
penundaan dan memungkinkan tindakan efektif segera.
3. PENDEKATAN UNTUK MENGKONSTRUKSI DAN TINGKAT
SIGNIFIKANSI TEMUAN AUDIT

3.1 PENDEKATAN UNTUK MENGKONSTRUKSI TEMUAN AUDIT

Mengembangkan fakta-fakta dan rincian menjadi temuan audit yang


signifikan dan dapat dilaporkan membutuhkan keahlian. Hal ini membutuhkan
perbedaan berdasarkan pengalaman. Apa yang dianggap kelemahan serius bagi
orang awam bisa jadi merupakan hal sepele bagi seorang auditor internal yang
professional. Auditor internal harus realistis dan adil dalam pertimbangan dan
kesimpulan mereka. Mereka harus memiliki naluri bisnis yang baik untuk
mengembangkan temuan-temuan mereka. Karena mereka membuat dan
melaporkan temuan audit, auditor internal harus mempertimbangkan faktor-faktor
ini :

 Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis.


Auditor internal harus mempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada
pada saat kelemahan terjadi. Keputusan nanajemen didasarkan pada
fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor internal seharusnya tidak
mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak setuju atau
karena mereka memilik informasi baru yang tidak tersedia bagi
pengambil keputusan. Auditor internal seharusnya tidak mengganti
pertimbangan audit dengan pertimbangan manajemen.
 Auditor, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika sebuah
temuan audit belum dibuktikan secara mendalam untuk memuaskan
seseorang yang objektif dan wajar maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.
 Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit. Mereka harus
memeriksa dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang mengandung
kesalahan. Auditor internal, seperti halnya pendukung pernyataan lainnya,
akan tergoda untuk merasionalkan interpretasi untuk mendukung temuan
mereka. Setelah menghabiskan banyak waktu dan tenaga, auditor
cenderung melindungi & dan mempertahankan temuan mereka menghadapi
pertanyaan-pertanyaan sempurna yang logis. Akan tetapi, temuan-temuan
tersebut mungkin tidak dapat dipertahankan dengan berjalannya waktu
atau bila dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang lengkap.

3.2 TINGKAT SIGNIFIKANSI TEMUAN AUDIT

Tidak ada dua temuan yang benar-benar sama. Setiap temuan


mencerminkan tingkat kerugian risiko aktual atau potensialnya masing-masing.
Jadi auditor harus mempertimbangkan tingkat kerusakan yang bisa atau telah
disebabkan oleh suatu kelemahan sebelum mengomunikasikannya dengan
manajemen. Untuk kebanyakan tujuan, temuan-temuan audit bisa diklasifikasikan
menjadi tidak signifikan, menjadi tidak signifikan, kecil, atau besar.
Temuan yang tidak signifikan (insignificant findings) tidak memerlukan
tindakan formal. Dalam kenyataannya, memasukkan temuan seperti ini ke dalam
laporan audit formal akan menjadi tidak produktif karena akan mengaburkan -
temuan signifikan yang sebenarnya pada laporan, yang mengimplikasikan bahwa
auditor internal dapat melihat perbedaan antara setitik noda dengan noda yang
menyebar. Hal ini juga akan semakin mengukuhkan citra auditor internal sebagai
seorang yang hanya memerhatikan hal-hal kecil. Masalah-masalah yang tidak
signifikan seharusnya tidak disembunyikan atau dilewatkan. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah :

1. Mendiskusikan masalah tersebut dengan orang yang bertaanggung jawab.


2. Melihat apakah situasi tersebut telah diperbaiki.
3. Mencatat hal tersebut dalam kertas kerja.
4. Tidak memasukkan penyimpangan kecil tersebut ke dalam laporan audit
internal resmi. Tidak diambilnya beberapa diskon pembelian acak oleh
pegawai utang usaha dapat dianggap kesalat tidak signifikan.
Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan
semata-mata kesalahan manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka
akan berlanjut, sehingga merugikan, dan walaupun tidak mengganggu tujuan operasi
organisasi, namun cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen.
Seorang pegawai yang telah mencampuradukan kas kecil pribadi dengan
milik organisasi melanggar aturan organisasi dan pihak praktik bisnis yang baik.
Tentu hal ini harus dilaporkan dan diperbaiki, kalau tidak, maka akan terus berlanjut
atau menyebar.
Temuan-temuan besar (mayor findings) adalah temuan yang akan
menghalangi pencapain tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam
organisasi. Misalnya salah satu tujuan utama departemen utang usaha adalah hanya
membayar utang-utang yang benar-benar sah.
Sistem control yang lemah mengakibatkan kesalahan pembayaran sebesar $
500.000 mencerminkan kelemahan yang bisa menghalangi departemen mencapai
tujuan utama. Oleh karena itu, hal ini merupakan temuan audit yang besar dan harus
dilaporkan.
4. ELEMEN-ELEMEN TEMUAN AUDIT

Kebanyakan temuan audit harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk


latar belakang, kreteria kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan rekomendasi.
Setiap temuan audit yang mencakup elemen - elemen ini, baik eksplisit maupun
implisit, akan menjadi argumen yang kuat untuk dilaku tindakan perbaikan.
Temuan tersebut akan menunjukkan bahwa tidak ada rintangan yang dibiarkan
dalam menyajikan masalah dan solusinya. Pada beberapa kasus yang unik, elemen
"penyebab" mungkin tidak tepat. Suatu masalah mungkin diakibatkan oleh kondisi
tertentu.

a. Latar Belakang
Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar bias
memahami sepenuhnya alasan-alasan mengapa auditor yakin temuan tersebut
harus dilaporkan. Latar belakang bisa meng-identifikasikan orang-orang yang
berperan,hubungan organisasi, dan bahkan tujuan da sasaran yang menjadi
perhatian.

b. Kriteria
Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam
konsep kriteria
 Tujuan dan sasaran, bisa mencakup standar-standar operasi, yang
mencerminkan apa yang di-inginkan manajemen untuk dicapai oleh
operasi yang diaudit.
 Kualitas pencapaian
c. Kondisi
Kondisi mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulkan melalui observasi,
pengajuan pertanyaan, analitis, verifikasi dan investigasi yang dilakukan auditor
internal. Kondisi merupakan jantungnya temuan dan informasi tersebut haruslah
memadai, kompeten, dan relevan. Kondisi harus mampu menghadapi serangan
apa pun dan harus mencerminkan total populasi atau sistem yang ditelaah atau
harus merupakan kelemahan signifikan.

d. Penyebab
Menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada, mengapa
sasaran tidak tercapai dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi
penyebab merupakan hal yang penting untuk memperbaiki.

e. Dampak
Jika fakta telah disajikan, lalu siapa dan apa yang dirugikan dan seberapa
buruk ? apa konsekuensi-konsekuensinya. Akibat – akibat yang merugikan
haruslah signifikan, bukan hanya penyimpangan dari prosedur.

f. Kesimpulan
Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta, namun harus
merupakan pertimbangan profesional, bukan berisi rincian yang tidak perlu.
Dalam membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk
memberikan kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara konsisten
menyajikan kesimpulan yang bisa menghasilkan kinerja yang baru dan
tingkatan kinerja yang lebih tinggi, mengurangi biaya dan meningkatkan
kualitas produksi, menghilangkan pekerjaan yang tidak dibutuhkan,
mendayagunakan kekuatan teknologi, meningkatkan kepuasan pelanggar.
meningkatkan jasa, dan meningkatkan posisi kompetitif organisasi, maka audit
internal jelas bernilai.
Kesimpulan dapat menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi
dan hubungan fungsi yang diaudit terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Kesimpulan dapat dan seharusnya menyajikan tindakan potensial dan
menunjukkan bahwa manfaat memperbaiki kesalahan akan melebihi biayanya.
Besarnya kerugian yang ditunjukkan pada bagian dampak merupakan dasar
dibutuhkannya tindakan perbaikan. Misalnya:
Temuan menuntun auditor untuk menyimpulkan bahwa prosedur-prosedur
harus diperbaiki. Meteran di atas usia tertentu harus diawasi, dan yang tidak
memenuhi standar harus diganti. Instruksi dan pengawasan harus diberikan kepada
pengawas sehingga kinerja mereka bisa ditingkatkan.

g. Rekomendasi.
Menggambarkan tindakan yang mungkin dipertimbangkan manajemen unti
memperbaiki kondisi-kondisi yang salah, dan untuk memperkuat kelemahan
dalam sintem kontrol.

5. PENCATATAN AKTIVITAS AUDIT INTERNAL TENTANG


TEMUAN AUDIT

Auditor internal yang ingin memastikan bahwa mereka telah sepenuhnya


mempertin elemen-elemen temuan audit bisa mengandalkan pada suatu bentuk
laporan atau sarana agar mereka tetap bisa menelusurinya. Laporan tersebut juga bisa
menjadi sarana bagi penyelia guna menentukan apakah semua langkah yang
diperlukan untuk menghasilkan temuan audit dikembangkan dengan baik telah
diambil.
Aktivitas Pencatatan Temuan Audit Internal (Internal Audit Activity Record of Audit
Findings) ditunjukkan pada form catatan audit internal sebagai suatu contoh laporan
tersebut. Laporan tersebut dengan tujuan yang telah dijelaskan dan memberi ruang
untuk:

 Mengidentifikasi organisasi yang bertanggung jawab.


 Memberi nomor identifikasi untuk temuan tertentu dan suatu rujukan untuk
kerja pendukung.
 Memberi pernyataan singkat mengenai kondisi.
 Mengidentifikasi kreteria standar yang diterapkan untuk menilai kondisi.
 Menunjukkan apakah temuan tersebut merupakan pengulangan dari sesuatu yang
ditemukan audit sebelumnya.
 Menyatakan arah, prosedur, atau instruksi kerja yang berkaitan dengan temuan
tersebut.
 Meringkas pengujian audit dan jumlah kelemahan yang ditemukan.
 Menunjukkan penyebab—mengapa penyimpangan terjadi.
 Menjelaskan dampak, aktual maupun potensial, dari kondisi tersebut.
 Menyatakan tindakan perbaikan yang diusulkan dan/atau yang diambil.
 Mencatat pembahasan dengan karyawan klien dan mencatat tanggapan-tanggapan
mereka(setuju, tidak setuju), dan sifat tindakan, jika ada, yang mereka usulkan
untuk diambil.

Laporan Pencatatan Temuan Audit (Record of Audit Findings—RAF) memberikan


fleksibiliti RAF bisa diurutkan atau diurut ulang untuk memfasilitasi pelaporan formal.
Laporan tersebut memberikan acuan untuk pembahasan, karena mencakup
kebanyakan informasi yang dil dalam satu lembar untuk menjelaskan masalah.
Laporan tersebut juga berfungsi sebagai untuk mengingatkan auditor semua yang
diperlukan untuk memperoleh informasi untuk tern dibuat secara mendalam. RAF juga
harus diselesaikan di lapangan sehingga setiap elemen ya atau tidak lengkap bisa
diperbaiki tanpa membutuhkan kunjungan ulang ke tempat yang diaudit.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/393859285/Sifat-Temuan-Audit

Lawrence B. Sawyer,JD,CIA, PA, Internal Auditing, Penerbit Salemba Empat,


edisi 5, Jakarta, 2005

Anda mungkin juga menyukai