(Orientasi Kedaratan, Pilihan Kebijakan dan Teknologi Tak Bertubuh
dan Tak Berwajah Kemanusiaan)
Andi Zulkarnaim Sumang
P032192001
“Peran kebijakan harus masuk dalam membangun teknologi yang bertumpuh pada budaya dan kebiasaan setempat, sehingga kehadirannya betul-betul dapat memiliki keterkaitan dengan budaya masyarakat maritim”
I. Kebijakan Pembangunan Kemaritiman selanjutnya (Raja Gowa ke VII – XIII). Dengan
Pada bagian ini kita akan dibawa pada segala upaya tersebut, dapat disimpulkan perkembangan pembangunan masyarakat bahwa upaya penaklukkan atau perluasan maritim melalui kebijakan-kebijakan kekuasaan tidak terlepas dari tujuan ekonomi pembangunan dimulai dari era kerajaan, islam negara melalui perniagaan di laut-maritim. hingga kolonialisme. Pembahasan tentang kebijakan pembangunan kemaritiman pada Era Islam bagian ini diwali dengan pembahasan Kerajaan kemabar Gowa-Tallo semakin historikal Kerajaan Gowa-Makassar dalam memperluas wilayah kekuasaannya baik di hubungan dengan Islam dan Kolonialisme dan dalam wilayah Sulawesi maupun diluar kemudian dilanjutkan dengan pembahasan wilayah Sulawesi yang dianggap dapat kebijakan pembangunan kemaritiman pada memperkuat ekonomi kerajaan. Dengan priode kemerdekaan, hingga pada periode tujuan utama untuk menguasai perdagangan Reformasi dan Otonomi Daerah. laut. Pada perluasan kekuasaan Kerajaan Pembangunan kemaritiman pada Gowa-Tallo ini disebut periode penyebaran dasarnya telah lama masuk di Nusantara, hal ajaran islam sekaligus perluasan kekuasaan ini diperkuat dengan masuknya Islam di Kerajaan Gowa. Nusantara termasuk di kerajaan Gowa- Makassar. Era Kompeni Belanda Kerajaan Gowa ke VII – IX (Periode Sebelum berdirinya Kompeni Belanda, pemerintahan Batara Gowa hingga raja dan rakyat Gowa telah melakukan Pemerintahan Karaeng Manguntungi hubungan perdagangan dengan berbagai suku Tumapa’siri Kallonna) merupakan armada di kepulauan Nusantara maupun bangsa asing laut dengan kekuatan 200 buah kapal layar. yang berasal dari Benua Eropa, termasuk Pernah melakukan upaya peyerangan Portugis. terhadap kerajaan Malaka tetapi gagal. Belanda mencoba melakukan pendekatan Peristiwa ini menunjukkan bahwa Kerajaan dengan mejalin hubungan dengan kerajaan Gowa memiliki niat yang besar dalam upaya Gowa, karena hal ini di anggap berhasil oleh memperluas daerah kekuasaannya, termasuk para pedagang portugis. Hal ini disambut baik di dalamnya langkah-langkah pembangunan atas dasar persahabatan dan hubungan dan memperkuat ekonomi kerajaan melalui dagang. Dengan dasar itupula kemudian perdagangan di laut. kerajaan Gowa memperbolehkan Belanda Secara historis, upaya Kerajaan Gowa mendirikan kantor Dagang Milik Kompeni Di dalam memperluas wilayah kekuasaannya Sompa Opu. Namun hal ini tidak berlangsung dengan mampu menaklukkan banyak kerajaan lama hal ini disebabkan oleh ketidak setiaan dari satu periode kekuasaan keperiode Belanda yang sama sekali tidak bertanggung jawab atas penawanan dua orang keluarga raja Gowa ke XVI banyak mengalami Raja. Pada saat itu pihak Kerajaan Gowa hanya peristiwa. Peperangan antara kerajaan Gowa tinggal diam tanpa melakukan apa-apa atas dan Belanda terjadi dan masih saja gangguan yang terjadi. dimenangkan oleh kerajaan Gowa, Sehingga Perselisihan antara kerajaan Gowa dan Belanda mengusulkan perjanjian Perdamaian Belanda terus saja berlangsung, beberapa dengan berbagai macam tuntutan namun upaya damai maupun perjanjian telah dicoba ditolak oleh raja Gowa ke XVI karena dianggap oleh Belanda namun pihak kerajaan Gowa terlalu menekan kerajaan Gowa-Makassar. tetap saja melakukan penolakan. Disamping Belanda terus melakukan upaya dengan itu, kerajaan Gowa terus saja memperluas meninggalkan perairan Ambon menuju wilayah kekuasaannya serta membangun pelabuha Somba Opu dan langsung melakukan pertahanan yang sangat kokoh dengan penembakan ke benteng Panakukang, dibangunnya benteng-benteng pertahanan sehingga Belanda mampu menduduki Benteng disepanjang pesisir pantai kota pelabuhan Panakukang. Somba Opu. Dalam upaya menekan jumlah korban Upaya perluasan kekukasaan kerajaan maka kedua belah pihak melakukan bermulai jalur pelayaran selatan ke Maluku perundingan, yang lagi-lagi dianggap menekan hingga jalur pelayaran kearah Barat melalui kerajaan Gowa. Kemudian perundingan Selat Makassar. Kerajaan Gowa-Tallo mampun tersebut yang ditanda tangani oleh Sultan membangun hubungan Politik yang baik Hasanuddin tidak pernah dilaksanakan karena dengan kerajaan Mataram dan Aceh. Gubernur dianggap sangat merugikan pihak kerajaan Spanyol di Manila, Gubernur Portugis Di Goa Makassar. Hal ini kemudian menjadi pematik (India), Raja Inggris, Raja Portugal, Raja terjadinya perang kembali diantara kedua Spanyol dan Mufti Di Mekkah. Perluasan belah pihak. hubungan ini memberi gambaran keerhasilan Dalam peperangan kerajaan Makassar Kerajaan Gowa-Tallo dalam dunia dibantu oleh kerajaan Luwu, Bima, dan Laskar perdagangan Internasional dan juga dalam Bugis (Bone) sementara belanda dibantu oleh penerimaan Islam. Kerja dan karya penguasa Pasukan Bone di bawah pimpinan Arung kerajaan Makassar ini menempatkan Palakka yang ingin menjadikan kemenangan Pelabuhan Somba Opu sebagai Pelabuhan atas Kompeni Belanda untuk kembali Ke Internasional dan Pelabuhan Transit terbesar Negernya. Peperangan terjadi selama 3 tahun di wilayah Indonesia Bagian Timur dalam hingga kerajaan Makassar mengalami perdagangan Asia Tenggara. kekalahan. Dalam catatan sejarah inilah yag Kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan kemudian disebut Rumpa’na Somba Opu Gowa-Makassar mpada masa itu merupakan (Bobolnya Somba Opu) yang ditandai dengan sejarah keberhasilan yang tiada tandingannya penandatangan perjanjian Bongayya. dalam sejarah Indonesia. Pencapaian- Setelah penandatanganan perjanjian pencapaian ini berhasil menjadikan karajaan Bongayya kurang lebih dua tahun, maka Makassar menjadikan bandarnya sebagai kerajaan Gowa jatuh ketangan Kompeni Bandar Niaga Internasional. Belanda. Perjanjian ini pula yang menjadi Sementara itu perselisihan kerajaan penanda berakhirnya kerajaan maritim Makassar dengan Belanda terus saja dikawasan Timur. Meskipun begitu, memanas. Kerajaan Gowa dibawah pimpinan keberpihakan Kerajaan Makassar terhadap Malombassi daeng Matawang, Karaeng pengembangan ekonomi kemaritiman Bontomangeppe – Sultan Hasanuddin dengan khususnya dibidang perdagangan laut dapat Gelar Tumenanga ri Ballapangkana sebagai dikatakan sangat tinggi atau sangat menguras Kepulauan Nusantara merupakan wahana perhatian dan kekuatan. untuk menjadi Benua Maritim. Dalam bingkai Dari sepanjang kisah tersebut politik wawasan nusantara terus menjadi mengisyaratkan bahwa Komitmen Raja Gowa- perhatian sejak pemerintahan Soekarno, Tallo terhadap ekonomi kemaritiman tidak hingga presiden Habibie dengan berbagai hanya dapat dilihat dari aktifitas perdamaian deklarasi yang dilakukan. Karena dianggap dan peperangannya serta aktifitas bahwa laut adalah sebuah peluang, tantangan perdagangannya dengan bangsa-bangsa eropa, dan harapan untuk pembangunan bangsa asia serta melayu, tetapi juga dapat dilihat dari Indonesia. komitmen emosional-religiusnya yang Namun dalam pelaksanaannya, penulis mendasari kebijakannya dengan memandang menjelaskan bahwa pembangunan kearah laut sebagai milik Allah SWT yang berarti tak maritime tidak mendapat perhatian yang seorangpun bangsa di dunia ini berhak ekstra, melainkan pembangunan daratan atau menguasai laut secara monopoli. pembangunan pertanian. Secara fakta ini terbukti pada masa ORBA yang sejak terbuat Era Runtuhnya Kerajaan Makassar dalam PELITA Pertama hingga Pelita Keenam Runtuhnya Kerajaan Makassar juga kebijakan hanya berfokus pada pembangunan menandai atau mengawali bangkitnya suku daratan. bangsa bugis di bawah kekuasaan Kerajaan Dalam perwujudan di Sulawesi Selatan Bone pimpinan penguasa Arung Palakka pada sendiri ditunjukkan dalam dua program besar saat itu bersekutu dengan Kompeni Belanda yaitu: Program Lappoase dan Program dalam melumpuhkan Kerajaan Makassar. Perwilayahan Komoditi. Seriring terjadinya Setelah pelaut pedagang suku bangsa krisis moneter yang mengguncang bangsa Makassar bercerai berai atas tekanan Indonesia maka diluncurkan “Program penguasaan laut pihak kompeni, pelaut Terobosan” yang diberi nama Program pedagang suku bangsa Bgugis membentuk Grateks Dua (Gerakan Peningkatan Produksi jaringan perdagangan poros Timur-Barat dan Ekspor Dua Kali Lipat) dengan sasaran dengan Johor-Riau di ujung barat Makassar. utama untuk meningkatkan ekspor dua kali Namun, kehadiran pelaut pedagang suku lipat dalam jangka waktu tiga tahun (1998 – bangsa Bugis tidak membuat kemajuan seperti 2000). Pada program ini mulai dimunculkan yang diperoleh kerajaan Makassar. Produksi Perikanan sebagai salah satu Pasca Kompeni Belanda merupakan Komoditas Unggulan. Program ini dianggap penjajahan sesungguhnya baik secara politik memiliki manfaat yang besar bagi Sulawesi maupun ekonomi di wilayah kekuasaan Selatan disaa Bangsa Indonesia dilanda krisis kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) yang dilakukan oleh banyak bangsa luar yang multidimensi terutama pada krisis ekonomi. kembali menjajah Kerajaan makassar. Pemerintah sebagai Fasilitator Pembangunan meluncurkan program Gerbang Emas. Periode Kemerdekaan Dalam implementasinya program ini Jauh sebelum Indonesia di Proklamasikan dibagi dalam empat tahap yaitu tahap pada tanggal 17 Agustus 1945 telah sangat konsilidasi (2004), Tahap Pemantapan (2005- disadari bahwa Bangsa Indonesia adalah 2006), Tahap akselerasi (2007) dan tahap Bangsa Nusanta yang dari ribuan Pulau Perlembagaan(2008). Dalam hasil evaluasi dengan Laut sabagai perekatnya. Hal ini telah Program emas ini memiliki enam komoditas dijelaskan secara historis oleh penulis pada Unggulan yakni beras, jagung, garam, rumput bagian sebelumnnya. Kesadaran bahwa laut, sutra alam, dan lebag madu. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi pada perdagangan Transito yang bertaraf seluruh komoditi unggulan sehingga terjadi Internasional di Sulawesi Selatan. eksploitas yang berujung pada kerusakan Lingkungan. II. Keberpihakan dan Keterbelakangan Hal ini membuat Gubernur Sulawesi Masyarakat Maritim Selatan H.M Syahrul Yasin Limpo (2009 – Kebijakan Kerajaan Gowa-Tallo dalam 2013) meluncurkan program Penyelamatan dunia kemaritiman menjadi perioritas utama Lingkungan. Karena kondisi sumber daya alam dalam membangun ekonomi negaranya. Hal tersebut tidak dapat menunjang kehidupan ini kemudian berbanding terbalik dengan era yang berkelanjutan. reformasi yang mengedepankan Jatuhnya Kerajaan Makassar hingga pembangunan daratan dan meninggalkan masuk pada pemerintahan orde lama dan orde pembangunan kemaritiman. Hal ini tidak baru lebih merupakan penguatan Orientas sejalan dengan deklarasi yang dilakukan oleh Daratan. Yang sebuah kebijakan kontnental pemerintah tentang kebangkitan kemaritiman yang dianggap tidak relevan dengan wawasan bahari dan mendapat pengakuan internasional Nusantara yang di deklarasikan oleh presiden dalam forum PBB sebagai negara Nusantara Soeharto (1957) yang seharusnya bertumpu (1984). pada pembangunan ekonomi Maritim yang Pemerintah Sulawesi selatan sendiri harus menjadi sebuah kesadaran Nasional menjadikan Pembangunan daratan yang didasarkan pada potensi besar bangsa (pertanian) sebagai tumpuan dalam baik secara historis maupun factual yang pada pembangunan ekonomi. Hal ini dianggap oleh umumnya bersifat anugratif. penuls bahwa ini adalah sebuah kebijakan continental yang mengingkari potensi Periode Reformasi Dan Otonomi Daerah anugratif. Pengembangan potensi Sejak pasca kemerdekaan para pejuang kemaritiman dimulai pada pemerintahan BJ terus emperjuangkan system demokrasi – Habibie yang terus berlanjut hingga pada desentralisasi. Namun hal itu berubah setelah masa KH Abdul Rahman Wahid dengan Presiden Ssoeharto menerapkan Demokrasi didirikannya Depertemen Kelautan dan Terpimpin. Selama berlangsungnya Perikanan. pemerintahan orde baru daerah tidak dapat Sementara itu perkembangan teknologi berkembang seara optimal. Hal ini karena kemaritiman yang banyak kalangan system ekonomi politik sangat Sentralis. menyebutnya sebagai Revolusi Biru yang telah Dalam catatan sejarah perundang – undangan membawa banyak perubahan pada sejak Presden BJ Habibie terus terjadi masyarakat maritime. perbaikan system yang lebih mengedepankan Pada komunitas Pallawa dihadapkan pada Otonemi daerah. Hingga Undang – Undang pilihan, untuk menerima “Teknologi N.32 Tahun 2004 yang selanjutnya diperjelas percepatan Pertumbuhan Udang Windu”. Hal pada UU No 33 Tahun 2004 tentang otonomi yang tak jauh berbeda terjadi pada komunitas daerah. Daereh diberikan kekuasaan penuh Pakkaja ketika permintaan pasar internasional dalam mengelola sumber daya terutaa Sumber terus meningkat terhadap komoditas telur Daya Maritim. ikan torani dan beberapa jenis ikan karang Hal ini kemudian menjadi pertanyaan mendorong mereka untuk mengintrodusir besar bagi penulis begitupun pembaca tenaga penggerak utama (Motorisasi). siapakah yang akan menjadi garda terdepan Sementara pada komunitas Pasompe tuntutan dalam upaya kembali mewujudkan permintaan pasar internasional atas jenis kayu tertentu meamksa mereka untuk menerima teknologi penggerak utama sebagai pengganti teknologi pelayaran lama (angina dan tenaga manusia). Kehadiran teknologi pada ketiga komunitas ini yang dalam kenyataannya membawa konsekuensi negativ, setidaknya menurut penulis terdapat tiga kerugian utama. Pertama peningkatan biaya operasional, kedua hilangnya pengetahuan navigasi tradisional dan ketiga mengambil bagian hasil yang lebih besar. Teknologi pun dianggap telah keluar dari etika ketika menginjak pada taraf eksploitatif. Seharusnya teknologi bersinergi dengan aspek moral sehingga betul-betul dapat meningkatkan kesejahteraan pada penggunanya. Disinilah peran kebijakan harus masuk dalam membangun teknologi yang bertumpuh pada budaya dan kebiasaan setempat, sehingga kehadirannya betul-betul dapat memiliki keterkaitan dengan budaya masyarakat maritim.