Mata Kuliah Etika Profesi
Mata Kuliah Etika Profesi
Kelompok : 5
Nama :
Kelas : 5LC
JANUARI 2020
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum merupakan suatu perangkat aturan yang dibuat oleh Negara dan
mengikat warga negaranya untuk mengikuti aturan tersebut agar tercapai
kedamaian yang didasarkan atas keserasian antara ketertiban dengan
ketentraman.Dalam arti luas, hukum sesungguhnya mencakup segala macam
ketentuan hukum yang ada, baik materi hukum tertulis (tertuang dalam
perundang-undangan) dan hukum tidak tertulis (tertuang dalam kebiasaan ataupun
praktek bisnis yang berkembang). Keberadaan hukum sebagai rule of
law berbanding lurus dengan melihat sejauh mana pemahaman hukum dan
kesadaran hukum masyarakat itu sendiri terhadap informasi hukum yang tengah
berlaku. Sistem hukum yang baik belum tentu dapat terwujud dengan pembuatan
perundang-undangan yang baru terus menerus, melainkan memerlukan suatu
kajian yang mendalam mengenai sejauh mana sistem hukum yang berlaku dapat
dioptimalkan.
Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini
menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) serta
menyebabkan beberapa perubahan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya secara
signifikan berlangsung demikian cepat. Di samping itu teknologi informasi juga
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Perkembangan teknologi ini menyebabkan munculnya suatu ilmu hukum baru
yang merupakan dampak dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
yang dikenal dengan hukum telematika atau cyber law.
Pada perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia,
seperti revolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berpikir manusia,
baik dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan, maupun dalam pengambilan
keputusan.
Perubahan yang terjadi pada cara berpikir manusia akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan
norma-norma dalam kehidupannya. Orang yang biasanya berinteraksi secara fisik,
melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena perkembangan
teknologi internet dan email maka interaksi tersebut menjadi berkurang.
Peranan teknologi informasi dalam kehidupan manusia, secara langsung
atau tidak langsung juga berperan dalam kehidupan sosial masyarakat, termasuk
dimensi hukum. Di sinilah muncul perangkat yang mengombinasikan kebutuhan
teknologi terhadap hukum. Teknologi informasi kemudian mengikatkan diri
dalam suatu sistem aturan sebagai langkah untuk mendapatkan ‘pengakuan’ agar
teknologi informasi memiliki norma-norma yang baku sehingga mampu menjadi
bingkai bagi aktivitas teknologi informasi. Lahirlah istilah hukum teknologi
informasi sebagai representasi dari kepentingan perangkat teknologi informasi
sebagai ‘pengakuan’ hukum terhadap teknologi informasi.
Akibat kemajuan Teknologi dan Informasi memberikan dampak positif
dan negatife yang mengakibatkan dibuatnya hukum yang dapat membatasi dari
terjadinya hal negatife dari kegiataan kemajuan Teknologi dan Informasi. Seperti
kemajuan Internet yang menimbulkan dampak terhadap manusia
Kita tentu belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-
hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah
RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa waktu lalu, hacker juga
telah berhasil menembus masuk ke dalam data base berisi data para pengguna
jasa America Online (AOL), sebuah perusahaan Amerika Serikat yang bergerak
dibidang e-commerce yang memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian
Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak
luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan tidak berfugsinya situs ini
beberapa waktu lamanya.
2. Illegal Contents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet
tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar
hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu
berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri
pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu
informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan
pemerintahan yang sah dan sebagainya.
3. Data Forgery
4. Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan
kegiatan matamata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan
komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya
ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data
base) tersimpan dalam suatu sistem yang computerized (tersambung dalam
jaringan komputer).
7. Infringements of Privacy
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang
tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang
apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil
maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau
penyakit tersembunyi dan sebagainya.
Indonesia
Ada beberapa hukum positif yang berlaku umum dan dapat dikenakan bagi
para pelaku cyber crime terutama untuk kasus-kasus yang menggunakan komputer
sebagai sarana, antara lain:
1. Kitab Undang Undang Hukum Pidana
h. Pasal 378 dan 262 KUHP dapat dikenakan pada kasus carding,
karena pelaku melakukan penipuan seolah-olah ingin membeli
suatu barang dan membayar dengan kartu kreditnya yang nomor
kartu kreditnya merupakan curian.
i. Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking
yang membuat sistem milik orang lain, seperti website atau
program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Dari definisi tersebut, maka Internet dan segala fasilitas yang dimilikinya
merupakan salah satu bentuk alat komunikasi karena dapat mengirimkan dan
menerima setiap informasi dalam bentuk gambar, suara maupun film dengan
sistem elektromagnetik. Penyalahgunaan Internet yang mengganggu ketertiban
umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan menggunakan Undang-Undang
ini, terutama bagi para hacker yang masuk ke sistem jaringan milik orang lain
sebagaimana diatur pada Pasal 22, yaitu Setiap orang dilarang melakukan
perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi:
KPU, maka dapat dikenakan Pasal 50 yang berbunyi “Barang siapa yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”
10. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah,
mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik
publik. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau
mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak
berhak.
11. Terhadap perbuatan yang mengakibatkan terbukanya suatu
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan
keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.
12. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat
terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan
Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana
mestinya. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk
digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau
memiliki:
a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang
dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk
memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis
dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi
dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 33. (2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk melakukan
kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk
perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan
tidak melawan hukum.
13. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan,
penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah
data yang otentik.
14. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan
kerugian bagi Orang lain. Pasal 37 Setiap Orang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar
wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di
wilayah yurisdiksi Indonesia.