Konflik Perbatasan Sipadan-Ligitan
Konflik Perbatasan Sipadan-Ligitan
Malaysia”
ABSTRAK
Muhammad Iqra Irwan , Ridanlirahman Yusran, Sitti Deapati Puteri,
Syaikhah Syuhrah, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin, Menyusun Jurnal dengan judul: “Konflik
Perbatasan Sipadan-Ligitan Antara Indonesia dan Malaysia”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi di
perbatasan Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan Malaysia, cara
penyelesaiannya, dan keputusan akhir konflik perbatasan Sipadan-Ligitan yang
diberikan oleh Mahkamah Internasional (MI).
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
literatur, dilakukan dengan cara pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti, diperoleh dari media elektronik (internet) dan jurnal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1.Kasus perbatasan Sipadan-
Ligitan, mencuat pada tahun 1967 dalam pertemuan teknis hukum laut antara
Indonesia dan Malaysia, dimana kedua negara memasukkan Pulau Sipadan dan
Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. 2. Mahkamah kemudian menyatakan
bahwa ukuran yang objektif dalam menentukan kepemilikan pulau-pulau tersebut
adalah dengan menerapkan doktrin effective occupation sebagai “pisau
analisis”. 3. Mahkamah Internasional memutuskan Pulau Sipadan dan Ligitan
jatuh ke tangan Malaysia berdasarkan terori rantai kepemilikan (Chain of Title
Theory).
Latar Belakang
1
“Sekilas tentang Indonesia” ( https://www.indonesia-frankfurt.de/pendidikan-budaya/sekilas-
tentang-budaya-indonesia/, Diakses pada 6 September 2019)
2
Rusiti, “Analisis Kasus Sengketa Kepemilkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan Serta
Penyelesaiannya”, 2018, Hal. 1.
kepemilikan dua pulau tersebut. Di saat yang sama Malaysia mengklaim bahwa
dua pulau tersebut sebagai miliknya dengan mengemukakan sejumlah alasan, dalil
hukum dan fakta. Kedua belah pihak untuk sementara sepakat mengatakan dua
pulau tersebut dalam “status quo”.
Rumusan Masalah
Sebuah penelitian akan lebih terarah jika ada rumusan masalah. Untuk itu,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Manfaat Penelitian
3
Rakaditya, Alvin, “Sengketa Sipadan Ligitan Indonesia dan Malaysia yang
Diselesaikan Oleh Mahkamah Internasional”,2018, Hal. 1
3. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan
pembaca serta mampu menumbuhkan dan memerkuat semangat
nasionalisme untuk terus menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Sumber Data
4
http://etheses.uin-malang.ac.id/758/6/10410110%20Bab%202.pdf, Diakses pada 22 September
2019.
5
https://www.anri.go.id/assets/collections/files/mkn-56-for-web-568c89e02ab4a.pdf, Diakses
pada 22 September 2019.
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi yang telah diperoleh yaitu dari bahan
pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.6
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini adalah studi
kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data melalui
teks-teks tertulis maupun soft-copy edition, seperti buku, e-book, artikel-artikel
dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip organisasi, makalah,
publikasi pemerintah dan lain-lain. Pengumpulan data melalui studi kepustakaan
menjadi bagian yang penting dalam penelitian ketika peneliti memutuskan untuk
melakukan kajian pustaka dalam menjawab rumusan masalahnya.
PEMBAHASAN
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan merupakan pulau yang terletak di sekitar
perbatasan wilayah Sabah (Malaysia) dan Kalimantan Timur (Indonesia). Kedua
pulau ini dikelilingi oleh air laut dan memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Terdapat ribuan jenis coral dan sekitar 3000 jenis ikan di laut Sipadan. Disamping
itu, laut Sipadan merupakan destinasi wisata selam yang indah. Apabila
menyelam dengan kedalaman tidak kurang dari tiga meter, maka akan disambut
oleh ribuan jack fish dan ribuan baracuda. Beberapa hewan langka yang hidup di
sekeliling Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan diantaranya hiu coral jenis black tip
and white tip, penyu hijau, dan hawksbill turtle (Artika, 2012).7
6
http://repository.upi.edu/8083/5/s_pkn_0808386_chapter3.pdf, Diakses pada 20 Oktober 2019
7
Rusiti, “Analisis Kasus Sengketa Kepemilkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan Serta
Penyelesaiannya”, 2018, Hal. 3.
118°53′E. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan
Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini
melalui jalur hukum Mahkamah Internasional.
Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara
atau TAC (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT
pertama ASEAN di Pulau Bali ini antara lain menyebutkan bahwa akan
membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi
di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak beralasan
karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim Pulau Batu Puteh,
sengketa kepemilikan Sabah dengan Filipina serta sengketa Kepulauan Spratley di
Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan
Taiwan. Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi
hutan melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak
Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau.
Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan
Tinggi ASEAN dan selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian
melunak. Dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996,
Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan PM Mahathir tersebut yang pernah
diusulkan pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil PM Anwar Ibrahim,
dibuatkan kesepakatan "Final and Binding," pada tanggal 31 Mei 1997, kedua
negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal
29 Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula
Malaysia meratifikasi pada 19 November 1997.8
8
Rakaditya, Alvin, “Sengketa Sipadan Ligitan Indonesia dan Malaysia yang
Diselesaikan Oleh Mahkamah Internasional”,2018, Hal. 5
timur hingga menyentuh kedua pulau sengketa juga tidak dapat di terima
Mahkamah. Kejelasan perihal status kepemilikan kedua pulau tersebut juga tidak
terdapat dalam Memori van Toelichting (MvT).
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Rusiti, “Analisis Kasus Sengketa Kepemilkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan
Serta Penyelesaiannya”, 2018, Hal. 1.
https://www.anri.go.id/assets/collections/files/mkn-56-for-web-
568c89e02ab4a.pdf, Diakses pada 22 September 2019.
Rusiti, “Analisis Kasus Sengketa Kepemilkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan
Serta Penyelesaiannya”, 2018, Hal. 3.