Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil analisis fundamental dari masing-masing perusahaan pada
tahun 2016-2018 ?
2. Berapakah nilai rasio likuiditas dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018 ?
3. Berapakah nilai rasio solvabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018 ?
4. Berapakah nilai rasio aktivitas (manajemen aset) dari masing-masing perusahaan
pada tahun 2016-2018 ?
5. Berapakah nilai rasio profitabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018 ?
6. Berapakah nilai rasio pasar dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018?
7. Bagaimanakah hasil analisis teknikal dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hasil analisis fundamental dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
2. Mengetahui nilai rasio likuiditas dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018.
3. Mengetahui nilai rasio solvabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
4. Mengetahui nilai rasio aktivitas dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018.
5. Mengetahui nilai rasio profitabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
6. Mengetahui nilai rasio pasar dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018.
7. Mengetahui hasil analisis teknikal dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor
Sebagai informasi berupa nilai dari masing-masing analisis rasio untuk
menentukan keputusan berinvestasi pada perusahaan yang dianalisis. Dan
menjadi sumber referensi dan rekomendasi untuk memperbaiki portofolio
investasi.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan kepada perusahaan-perusahaan yang dianalisis untuk terus
memaksimalkan kinerja usahanya serta meningkatkan laba perusahaan agar
menyejahterakan para pemegang sahamnya.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan membuka
wawasan kepada pembaca baik dari kalangan pebisnis maupun masyarakat umum
dalam membaca hasil analisis fundamental dan teknikal perusahaan.
4. Bagi Penulis
Mengetahui, mempelajari, dan menganalisis kinerja laporan keuangan
serta pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang
dianalisis pada penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode dalam melakukan analisis informasi,
melakukan proyeksi dari informasi tersebut guna menghasilkan penilaian yang tepat
bagi perusahaan.
Salah satu bentuk analisis fundamental adalah melalui pendekatan Top Down
Analysis. Dalam pendekatan ini biasanya digunakan tiga pendekatan (Daves, 2004),
yaitu :
a. Mendalami dan mengerti kondisi lingkungan ekonomi yang berkaitan dengan
perusahaan yang akan dinilai.
b. Menyelidiki potensi perkembangan pada industri yang berkaitan dengan
perusahaan.
c. Menyelidiki perusahaan yang akan dinilai, meliputi strategi kompetensi utama,
manajemen, aturan dan faktor relevan lainnya.
Dalam Current Ratio ini akan diketahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan
dapat digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka artinya
semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban utang
lancarnya. Tingginya rasio lancar dapat menunjukkan adanya uang kas berlebih
yang bisa berarti dua hal yaitu besarnya keuntungan yang telah diperoleh atau
akibat tidak digunakannya keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi.
Rumusnya adalah :
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas disebut juga leverage ratio yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Jenis-jenis rasio solvabilitas
di antaranya adalah : Debt to Equity Ratio atau DER dan Debt to Asset Ratio atau
DAR. Pada makalah ini penulis menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)
sebagai alat analisis dari rasio solvabilitas.
Debt to Equity Ratio (DER) ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang telah diberikan oleh
pemilik perusahaan, dengan maksud untuk mengetahui berapa jumlah dana yang
disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Jika semakin tinggi rasio, maka
semakin kecil modal sendiri dibanding utangnya. Seharusnya kebijakan
perusahaan harus memiliki utang yang tidak lebih besar dari modal yang
dimiliknya. Karena, semakin kecil rasio ini maka akan memperbaiki keadaan
perusahaan, artinya semakin kecil utang yang dimiliki maka semakin aman.
3. Rasio Aktivitas
Rumusnya adalah :
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Pasar
Earning per Share (EPS) atau Laba per Saham adalah Rasio Pasar yang
mengukur jumlah laba bersih perusahaan yang diperoleh per lembar saham yang
beredar. Dengan kata lain, ini adalah jumlah uang yang akan diterima investor di
setiap lembar saham jika semua laba dibagikan ke saham yang beredar pada akhir
periode. Laba per saham juga merupakan indikator yang menunjukkan seberapa
menguntungkan perusahaan di mata para pemegang saham. Jadi, laba per saham
perusahaan yang lebih besar dapat dibandingkan dengan laba per saham
perusahaan yang lebih kecil. Laba per saham yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan sedang dalam kondisi yang baik dan perusahaan memiliki lebih
banyak keuntungan untuk didistribusikan kepada para pemegang sahamnya.
Meskipun rasio laba per saham yang lebih tinggi sering membuat harga saham
perusahaan naik, banyak investor tidak bergantung penuh pada rasio ini. Karena
begitu banyak hal yang dapat memanipulasi rasio ini, investor cenderung hanya
melihatnya sebagai referensi dan tidak mempengaruhi keputusan mereka secara
signifikan.
Laba Bersih
Earning per Share =
Jumlah Saham Beredar
C. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah suatu jenis analisis yang selalu berorientasi kepada
harga (pembukaan, penutupan, tertinggi dan terendah) dari suatu instrument investasi
pada timeframe tertentu (price oriented). Analisis ini mempelajari tentang perilaku
pasar yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk
memprediksi harga dimasa yang akan datang. Harga yang tercermin didalam grafik
merupakan harga kesepakatan transaksi dantara supply dan demand.
Teori Dow atau The Dow Theory adalah teori analisis teknikal yang paling
terkenal dalam memprediksi apa trend yang sedang terjadi di bursa. Prinsip dasar di
dalam teori ini disusun oleh Charles H. Dow pada sekitar abad ke-19. Teori Dow
mengatakan bahwa sebagian besar saham bergerak sejalan dengan bergeraknya bursa
keseluruhan atau indeks dalam artian bila indeks bergerak naik, maka harga sebagian
besar komponen saham yang ada di dalamnya juga bergerak naik. Para analisis
teknikal berpendapat bahwa segala sesuatu yang terjadi di pasar baik itu kondisi
ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain itu sudah tercermin pada harga yang
terbentuk dari transaksi antara permintaan (demand) dan penawaran (supply), selain
itu harga juga selalu bergerak didalam trend (naik, turun atau sideways) dan selalu
berulang dari waktu ke waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para
ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dokumen data empiris
lapangan.
Penelitian ini menganalisis laporan keuangan tahunan (fundamental) dengan
menghitung rasio-rasio keuangan dari PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), PT. Ultrajaya Milk
Industry Co. Tbk. (ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) serta
membandingkan dengan pergerakan harga sahamnya (teknikal) yang dituangkan
dalam grafik pergerakan harga saham dengan menggunakan beberapa indikator-
indikator yang memperkuat analisis teknikal dalam periode tahun 2016-2018.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
“metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterterpretasi obyek
sesuai dengan apa adanya". Penelitian deskriptif merupakan penelitian paling
sederhana, dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain karena dalam
penelitian ini peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah yang
diteliti.
Ini artinya bahwa dalam penelitian, peneliti tidak mengubah, menambah, atau
mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian. Dan jenis dari
penelitian deskriptif yang peneliti gunakan adalah penelitian studi kasus yang
bercirikan : penelaahan secara intensif terhadap suatu objek, analisisnya mendalam,
tekanannya pada pertanyaan, data diperoleh dari berbagai sumber, dan tidak menguji
hipotesis (Furchan, 2004: 448-465).
Penulis bermaksud untuk menganalisis fundamental berupa rasio-rasio dari
laporan keuangan PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), PT. Ultrajaya Milk Industry Co. Tbk.
(ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan juga meganalisis
teknikal dari pergerakan harga saham.
B. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu laporan keuangan
dan grafik pergerakan harga saham PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), PT. Ultrajaya Milk
Industry Co. Tbk. (ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP).
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Analisis Fundamental
1. PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), Harga saham/lembar per tanggal 20 Mei 2019 :
Rp338,00
2016
CR** DER** TATO* ROE* EPS*
1,487 X 0,456 X 86,39% 10,80% Rp42,6
2017
CR** DER** TATO* ROE* EPS*
2,76 X 0,59 X 102,55% 8,10% Rp33,9
2018
CR** DER** TATO* ROE* EPS*
Rp37,8
2,67 X 0,714 X 117,10% 8.37% 6
Current Ratio
Rp1.865 .116 .000 .000
2016:
Rp 1.254 .181 .000.000
= 1,487 x
Rp 4.855.369 .000 .000
2017:
Rp1.757 .781 .000.000
= 2,76 x
Rp 5.657 . 327.000.000
2018:
Rp2.116 .898.000 .000
= 2,67 x
= 0,456 x
= 0,59 x
= 0,714 x
NB :
** perhitungan sendiri
2. PT. Ultrajaya Milk Industry Co., Tbk. (ULTJ), Harga saham/lembar per
tanggal 20 Mei 2019 : Rp1.300,00
2016
CR** DER** TATO** ROE** EPS*
Rp24
4,84 X 0,21 X 117,01% 26,72% 3
2017
EPS
CR** DER** TATO** ROE** *
4,19 X 0,23 X 102,51% 24,38% Rp61
2018
CR** DER** TATO** ROE** EPS*
4,39 X 0,16 X 99% 20% Rp60
Current Ratio
Rp 2.874 .822 .000 .000
2016:
Rp 593.526 . 000.000
= 4,84 x
Rp 3.439 .990 .000.000
2017:
Rp 820.625 .000 .000
= 4,19 x
Rp 2 .793 . 521.000 .000
2018:
Rp 635.161.000 .000
= 4,39 x
= 0,21 x
Rp 978.185 . 000.000
2017:
Rp 4.208.755 . 000.000
= 0,23 x
Rp780.915 . 000.000
2018:
Rp 4.774 .956 .000.000
= 0,16 x
= 102,51%
Rp5.472 .882.000 .000
2018:
Rp 5.555 .871.000 .000
= 99%
Return on Equity
Rp 932.482.782 .652
2016:
Rp 3.489 .233 .494 .783
= 26,72%
= 24,38%
Rp 949.018.000 .000
2018:
Rp 4.774 .956 .000.000
= 20%
NB :
** perhitungan sendiri
3. PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. (ICBP), Harga saham/lembar per
tanggal 20 Mei 2019 : Rp9.375,00
2016
CR* DER** TATO** ROE* EPS*
2,41 X 0,56 X 121,80% 20,80% Rp309
2017
CR* DER** TATO** ROE* EPS*
2,43 X 0,55 X 114,81% 18,30% Rp326
2018
CR* DER** TATO** ROE* EPS*
1,95 X 0,31 X 110% 21,7% Rp392
NB :
** perhitungan sendiri
B. Pembahasan
b. Solvabilitas
Berbanding terbalik dengan likuiditasnya, kondisi solvabilitas ELSA
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang mana berarti semakin tinggi
rasio, maka semakin kecil modal sendiri dibanding utangnya. Seharusnya
kebijakan perusahaan harus memiliki utang yang tidak lebih besar dari modal
yang dimiliknya.
c. Aktivitas
Pada rasio aktivitasnya ELSA menunjukkan hasil yang positif dari
tahun ke tahun maka dapat disimpulkan aset perusahaan yang digunakan
dalam kegiatan usahanya telah dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh
manajemen.
d. Profitabilitas
Profitablitas dari ELSA yang diukur dari ROE menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun 2016 ke 2017, meskipun melonjak
sedikit pada tahun 2018. Berarti kondisi perusahaan dari tahun ke tahun
mengalami ketidakstabilan yang mana nilai ROE juga melambangkan tingkat
laba dan efisiensi ELSA yang mengalami gejolak dari tahun ke tahun.
e. Pasar
Imbas dari kondisi ketidakstabilan keuangan ELSA juga mempengaruhi
besaran EPS yang diterima investor. EPS yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan sedang dalam kondisi yang baik dan memiliki keuntungan yang
dapat didistribusikan kepada para pemegang sahamnya, namun EPS ELSA
mengalami gejolak dari tahun ke tahun.
Meskipun kondisi keuangan ELSA mengalami ketidakstabilan dalam tiga tahun
terakhir ini, namun ELSA tetap dapat mempertahankan labanya yang berarti hal
tersebut patut diapresiasi oleh investor. Kondisi keuangan berdasarkan rasio rasanya
masih kurang cukup untuk dapat menyimpulkan bahwa ELSA merupakan perusahaan
yang tidak layak untuk dilirik investor, faktor-faktor lainnya juga dapat
mempengaruhi industri minyak dan gas bumi contohnya seperti harga komoditas
minyak bumi (Brent/WTI Crude Oil), kebijakan atau regulasi pemanfaatan ESDM,
ekspor minyak mentah, dan lain sebagainya.
Nilai rasio lancar ULTJ dari tahun ke tahun terlihat tetap stabil
dikisaran rata-rata 4,47% yang menunjukkan adanya uang kas yang stabil
meskipun juga mengalami kenaikan, namun ULTJ juga telah memperoleh
keuntungan untuk jangka pendek. Serta ULTJ pun dapat menggunakan aset
lancarnya dalam menutupi hutang jangka pendeknya yang berarti kondisi asset
lancarnya sangat baik dan perusahaan telah melakukan penggunaan aset lancar
serta hutangnya dengan baik dan bijak.
b. Solvabilitas
Kondisi solvabilitas ULTJ menunjukkan hasil yang baik dari tahun ke
tahun meskipun pada tahun 2016 ke 2017 mengalami sedikit kenaikan, namun
pada tahun 2018 ULTJ dapat mengelola ekuitasnya dan memperkecil
ketergantungan penggunaan atas hutangnya dengan baik.
c. Aktivitas
d. Profitabilitas
Profitablitas dari ELSA yang diukur dari ROE menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti kondisi
perusahaan dari tahun ke tahun mengalami kondisi penurunan laba atas ekuitas
pemegang sahamnya.
e. Pasar
Imbas dari kondisi stock split dalam saham ULTJ juga mempengaruhi
besaran EPS yang diterima investor. Meskipun besaran modalnya tetapi
namun saham yang beredar menjadi bertambah. EPS ULTJ dalam kondisi
selama tiga tahun terakhir menunjukkan kondisi yang tetap stabil.
Kondisi keuangan ULTJ masih dapat dikatakan relatif stabil, meskipun masih
banyak rasio-rasio yang harus diperbaiki oleh kinerja perusahaan pada tahun-tahun
berikutnya. Faktor-faktor lain pun juga dapat mempengaruhi kondisi penjualan
perusahaan seperti kondisi pasar konsumen, permintaan konsumen, market share
susu, dan lain sebagainya. Selain itu, penjualan produk ULTJ masih ditopang dalam
penjualan domestik yang masih dominan.
b. Solvabilitas
Kondisi solvabilitas ICBP mengalami penurunan dari tahun ke tahun
yang mana berarti semakin rendah rasio, maka semakin besar penggunaan
modal sendiri dibanding utangnya. Meskipun dalam jangka pendek ICBP
komposisi penggunaan hutangnya lebih besar dibandingkan penggunaan
modal sendiri, namun dalam jangka panjang ICBP dari tahun ke tahun dapat
mengelola hutangnya dengan baik atas ekuitas.
c. Aktivitas
Pada rasio aktivitasnya ICBP menunjukkan hasil yang kurang baik dari
tahun ke tahun maka dapat disimpulkan aset perusahaan yang digunakan
dalam kegiatan usahanya belum dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik
oleh manajemen.
d. Profitabilitas
Profitablitas dari ICBP yang diukur dari ROE menunjukkan penurunan
yang signifikan dari tahun 2016 ke 2017, namun ROE ICBP pada tahun 2018
dapat melonjak kembali dan melebihi tahun 2016. Berarti kondisi perusahaan
sempat mengalami ketidakstabilan yang mana nilai ROE juga melambangkan
tingkat laba dan efisiensi ICBP yang mengalami gejolak dari tahun ke tahun.
e. Pasar
Meskipun ICBP sempat mengalami kondisi ketidakstabilan keuangan,
namun ICBP mencatatkan EPS yang positif dari tahun ke tahun. EPS ICBP
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi yang baik
dan memiliki keuntungan yang dapat didistribusikan kepada para pemegang
sahamnya.
Sempat adanya gejolak pada harga minyak bumi dunia yang mana merupakan
komoditas yang sangat mempengaruhi jalannya industri di Indonesia, terutama sektor
minyak dan gas yang vital bagi pemasukan negara maupun kesejahteraan masyarakat
umum. Dalam industri sektor minyak bumi dan gas alam khususnya ELSA dalam
melihat harga saham ELSA dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi oleh harga
komoditas minyak bumi dunia yang juga diperkuat dengan bukti bahwa dalam
laporan keuangan selama tiga tahun terakhir mengalami ketidakstabilan. Hal ini
terjadi karena penjualan minyak bumi dan gas ELSA sangat mengandalkan pasar
ekspor, maka dari itu perusahaan ini sangat rentan dengan perubahan harga komoditas
minyak dunia maupun gas alam (LNG).
Grafik Pergerakan Harga Komoditas Susu Kelas III (Keju) Dunia tahun
2016-2018, CME : Chicago Mercantile Exchange
Masih dalam industri sektor konsumsi dengan sub-sektor makanan dan minuman,
masyarakat Indonesia pasti sangat mengetehui produk-produk dari ICBP yang
terkenal salah satunya adalah Indomie. Meskipun Indomie masih sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia, namun terlihat dari harga sahamnya dari tiga tahun kebelakang
yang sungguh stabil (sideways) dan juga tercermin dalam laporan keuangannya
bahwasannya kondisi keuangan dari ICBP yang relatif stabil dan sehath para
investornya. Akan tetapi terlihat pergerakan harga yang naik cukup signifikan pada
akhir tahun 2018 setelah periode pembagian dividen pada tahun 2018, yang mana
ICBP ini mengalami kondisi yang positif dalam kinerja harga saham maupun kondisi
perusahaannya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Jika kita melihat Kinerja Perusahaan dari masing-masing perusahaan, yaitu
ELSA, ULTJ, dan ICBP dengan melihat laporan tahunan pada tahun 2016 hingga
2018 kita dapat melihat kinerja dari masing-masing perusahaan di tiap sektornya.
ELSA merupakan emiten sektor pertambangan sub-sektor minyak dan gas sedangkan
ULTJ dan ICBP termasuk emiten kategori sektor konsumer sub-sektor makanan dan
minuman. Ketiga perusahaan ini tentu saja tidak bisa dibandingkan secara langsung
karena memiliki unit dan kegiatan usaha yang sangat berbeda, meskipun ULTJ dan
ICBP sama-sama termasuk kategori sub-sektor yang sama tetapi produk unggulan
yang dipasarkan pun juga berbeda. Dengan menganalisis perusahaan-perusahaan yang
berbeda sektor atau industri, maka analisis ini baik fundamental maupun teknikal
dapat dijadikan cerminan oleh para investor untuk mengelola portofolio sahamnya
dengan mempertimbangkan strategi diversifikasi. Selain pengelolaan portofolio,
dengan adanya analisis fundamental dan teknikal investor dapat juga mengelola risiko
investasinya.
B. Rekomendasi
Melihat kondisi ekonomi dunia yang masih bergejolak akibat adanya perang
dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat yang dibarengi juga dengan krisis
Venezuela serta konflik di Timur Tengah yang sedang hangat antara Arab Saudi
dengan Yaman, maka akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap harga komoditas terutama minyak bumi. Oleh karena itu, untuk saat ini di
situasi global yang belum terlalu stabil maka adakalanya menahan dulu investasi pada
emiten-emiten yang bergerak dalam sektor pertambangan khususnya minyak dan gas
bumi, karena kita masih tidak tahu bagaimana gejolak harga komoditas tersebut di
masa yang akan datang. Apabila sudah memiliki saham-saham emiten tersebut, maka
disarankan bertahan dahulu melihat juga bahwa kondisi bursa pada akhir-akhir ini
juga sedang mengalami koreksi. Tunggu dan melihat bagaimana kondisi global
hingga domestik apabila ingin berinvestasi di sektor pertambangan.
Selain itu, terdapat alternatif dalam menginvestasikan uang pada sektor
konsumer. Dapat dilihat dari analisis yang telah dilakukan bahwasannya kinerja
perusahaan dalam industri konsumer terutama sub-sektor makanan dan minuman
cenderung stabil dalam menghasilkan labanya. Oleh karena itu, setelah momentum
pemilihan umum 2019 dan juga memasuki bulan Ramadhan maupun Idul Fitri 2019
maka investor juga dapat melirik saham-saham dari sektor konsumer karena
kebutuhan pangan rasanya tidak akan berkurang seiring bertambahnya penduduk
maupun peristiwa-peristiwa tahunan (Ramadhan, Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, dan
lain sebagainya) dan cocok untuk dijadikan investasi dalam jangka waktu yang agak
panjang. Namun juga, investor harus tetap memperhatikan kestabilan dari harga
pangan di Indonesia dengan terus melihat data inflasi setiap tahun hingga bulanan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-rasio-solvabilitas-dan-cara-penyelesaiannnya/
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-rasio-likuiditas-jenis-dan-kegunaannya-dalam-
perusahaan/
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-rasio-profitabilitas-pengertian-fungsi-jenis-dan-contoh-
terlengkap/
https://www.jurnal.id/id/blog/rasio-keuangan-mengenal-rasio-prospek-pasar/
https://analis.co.id/rasio-aktivitas-laporan-keuangan.html