Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL PERUSAHAAN :

PT ELNUSA TBK. (ELSA), PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY CO.


TBK. (ULTJ), PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. (ICBP)
TAHUN 2016 S.D. 2018 DI BURSA EFEK INDONESIA
(Dosen Pengampu : TRIANI PUJIASTUTI, DRA. MP., MM.)

TUGAS MANAJEMEN INVESTASI

Disusun Oleh :

ALDO GHAFFAR JUNIAR (141160099)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar negara-negara di dunia mempunyai pasar modal yang


mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar
modal menjalankan fungsi ekonomis dan fungsi keuangan, bahkan pasar modal
merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara. Adanya pasar modal
sangat penting bagi perusahaan dan investor karena pasar modal dapat dijadikan
alternatif untuk memperoleh pembiayaan kegiatan operasi perusahaan melalui
penjualan saham maupun penerbitan obligasi oleh perusahaan yang membutuhkan
dana. Pasar modal ini memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak,
sedangkan dalam bentuk konkritnya berupa lembar surat-surat berharga di bursa efek
(Tandelilin, 2001). Bursa Efek yang terbesar di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang sekarang berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI
menganut sistem order-driven market atau pasar yang digerakkan oleh order-order
dari pialang dengan sistem lelang secara terus menerus, dengan menggunakan Jakarta
Automatic Trading System (JATS) maka order-order tersebut akan diolah komputer
yang akan melakukan penyesuaaian dengan mempertimbangkan prioritas harga dan
waktu, sehingga harga terbentuk dari hasil sistem tawar menawar atau lelang terbuka
(Auction Market) dipasar reguler.
Era globalisasi seperti saat ini, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi dan
persaingan dibidang usaha yang semakin kompetitif, maka ketelitian para investor
untuk menanamkan modal untuk berinvestasi mutlak diperlukan. Laporan keuangan
merupakan sebuah informasi yang penting dalam mengambil keputusan investasi bagi
investor apabila investor dapat menganalisis kondisi keuangan perusahaan (emiten)
dan sebagai pedoman mengenai kinerja perusahaan pada masa lalu dan masa yang
akan datang. Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini disebut faktor
fundamental perusahan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental.
Sedangkan informasi yang berasal dari luar perusahaan disebut sebagai faktor
teknikal, dengan menggunakan analisis teknikal misalnya volume perdagangan,
pergerakan harga saham, dan data historis harga maupun indeks harga saham.
Dalam berinvestasi, investor berusaha semaksimal mungkin memberikan hasil
kinerja yang baik dalam portofolio yang dikelolanya. Oleh karena itu, investor akan
melakukan diversifikasi dalam portofolionya dengan mengoleksi saham-saham yang
tidak hanya dalam salah satu sektor saja, namun juga terdiri dari beberapa sektor
untuk meminimalisir kerugian dan mengelola risikonya. Perusahaan-perusahan yang
dianalisis pada makalah ini terdiri dari perusahaan yang berbeda dalam unit usahanya
dan juga dalam sektor yang berbeda. Emiten yang dianalisis diantaranya berada pada
sub-sektor pertambangan minyak dan gas bumi yaitu PT. Elnusa, Tbk. (ELSA) dan
sub-sektor makanan dan minuman diantaranya adalah PT. Ultrajaya Milk Industry Co.
Tbk. (ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP).
Setelah investor mengetahui keadaaan maupun kesehatan dari laporan
keuangan, maka investor perlu untuk membandingkan antara hasil perhitungan
analisis fundamentalnya yang berupa perbandingan antar rasio dengan hasil analisis
teknikal yang berupa pergerakan harga yang diterjemahkan melalui grafik, apakah
analisis fundamentalnya sesuai dengan analisis teknikalnya. Karena, membandingkan
analisis fundamental dengan analisis teknikal dari masing-masing perusahaan akan
mempengaruhi preferensi dari para investor dalam memutuskan untuk berinvestasi
pada masing-masing saham perusahaan tersebut terutama untuk investasi jangka
panjang (lebih dari satu tahun).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil analisis fundamental dari masing-masing perusahaan pada
tahun 2016-2018 ?
2. Berapakah nilai rasio likuiditas dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018 ?
3. Berapakah nilai rasio solvabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018 ?
4. Berapakah nilai rasio aktivitas (manajemen aset) dari masing-masing perusahaan
pada tahun 2016-2018 ?
5. Berapakah nilai rasio profitabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018 ?
6. Berapakah nilai rasio pasar dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018?
7. Bagaimanakah hasil analisis teknikal dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hasil analisis fundamental dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
2. Mengetahui nilai rasio likuiditas dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018.
3. Mengetahui nilai rasio solvabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
4. Mengetahui nilai rasio aktivitas dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018.
5. Mengetahui nilai rasio profitabilitas dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.
6. Mengetahui nilai rasio pasar dari masing-masing perusahaan pada tahun 2016-
2018.
7. Mengetahui hasil analisis teknikal dari masing-masing perusahaan pada tahun
2016-2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat, yaitu :

1. Bagi Investor
Sebagai informasi berupa nilai dari masing-masing analisis rasio untuk
menentukan keputusan berinvestasi pada perusahaan yang dianalisis. Dan
menjadi sumber referensi dan rekomendasi untuk memperbaiki portofolio
investasi.

2. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan kepada perusahaan-perusahaan yang dianalisis untuk terus
memaksimalkan kinerja usahanya serta meningkatkan laba perusahaan agar
menyejahterakan para pemegang sahamnya.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan membuka
wawasan kepada pembaca baik dari kalangan pebisnis maupun masyarakat umum
dalam membaca hasil analisis fundamental dan teknikal perusahaan.

4. Bagi Penulis
Mengetahui, mempelajari, dan menganalisis kinerja laporan keuangan
serta pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang
dianalisis pada penelitian ini.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode dalam melakukan analisis informasi,
melakukan proyeksi dari informasi tersebut guna menghasilkan penilaian yang tepat
bagi perusahaan.
Salah satu bentuk analisis fundamental adalah melalui pendekatan Top Down
Analysis. Dalam pendekatan ini biasanya digunakan tiga pendekatan (Daves, 2004),
yaitu :
a. Mendalami dan mengerti kondisi lingkungan ekonomi yang berkaitan dengan
perusahaan yang akan dinilai.
b. Menyelidiki potensi perkembangan pada industri yang berkaitan dengan
perusahaan.
c. Menyelidiki perusahaan yang akan dinilai, meliputi strategi kompetensi utama,
manajemen, aturan dan faktor relevan lainnya.

Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain


menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan)
analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi
pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi di masa
mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap
akan mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha.

B. Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio merupakan alat yang paling sering digunakan dalam melakukan
analisis perusahaan. Perhitungan suatu rasio merupakan operasi aritmatika sederhana,
namun interpretasinya sangat komplek. Agar memberikan arti yang tepat, sebuah
rasio harus dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Analisis rasio dapat menunjukkan
hubungan penting dan dasar dari perbandingan kondisi dan trend tertentu yang sulit
terlihat jika hanya menganalisis komponen individual dari rasio tersebut (Wild, 2007).
Trend menggambarkan tingkat dan arah perubahan setiap waktu. Terdapat lima rasio
keuangan yang akan dianalisis pada makalah ini, di antaranya adalah : rasio likuiditas,
solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, dan pasar.
1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah
yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Jika
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid,
sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti
perusahaan tersebut ilikuid. Jenis-jenis rasio likuiditas terdiri dari : Current Ratio
(Rasio Lancar), Quick Ratio (Rasio Cepat), Cash Ratio (Rasio Kas), dan Cash
Turnover Ratio (Rasio Perputaran Kas). Namun, pada analisis kali ini penulis
menggunakan Current Ratio sebagai perwakilan dari rasio likuiditas.

Dalam Current Ratio ini akan diketahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan
dapat digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka artinya
semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban utang
lancarnya. Tingginya rasio lancar dapat menunjukkan adanya uang kas berlebih
yang bisa berarti dua hal yaitu besarnya keuntungan yang telah diperoleh atau
akibat tidak digunakannya keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi.

Rumusnya adalah :

Current Assets( Aktiva Lancar )


Current Ratio =
Current Liabilities(Utang Lancar )

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas  disebut juga leverage ratio yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Jenis-jenis rasio solvabilitas
di antaranya adalah : Debt to Equity Ratio atau DER dan Debt to Asset Ratio atau
DAR. Pada makalah ini penulis menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)
sebagai alat analisis dari rasio solvabilitas.

Debt to Equity Ratio (DER) ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang telah diberikan oleh
pemilik perusahaan, dengan maksud untuk mengetahui berapa jumlah dana yang
disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Jika semakin tinggi rasio, maka
semakin kecil modal sendiri dibanding utangnya. Seharusnya kebijakan
perusahaan harus memiliki utang yang tidak lebih besar dari modal yang
dimiliknya. Karena, semakin kecil rasio ini maka akan memperbaiki keadaan
perusahaan, artinya semakin kecil utang yang dimiliki maka semakin aman.

Rumus yang digunakan adalah:

Total Liabilities(Total Utang)


Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Equity(Total Ekuitas)

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas tujuannya adalah digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas


pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan cash.
Jadi, yang menjadi objek analisis dalam rasio ini adalah segala aktivitas terkait
aset perusahaan, seperti perputaran persediaan, piutang usaha, aset, dan juga
perputaran modal kerja yang digunakan. Terdapat beberapa macam rasio aktivitas,
di antaranya yakni : Capital Turnover Ratio (Rasio Perputaran Modal), Fixed
Asset Ratio (Rasio Aset Tetap), Total Turnover Asset Ratio (Rasio Total
Perputaran Aset), Working Capital Turnover Ratio (Rasio Perputaran Modal
Kerja). Akan tetapi pada makalah ini penulis menggunakan Total Turnover Asset
Ratio sebagai alat analisis dari rasio aktivitas.

Total Turnover Asset Ratio (TATO) fungsinya untuk mengukur tingkat


efektivitas perusahaan dan manajemen memanfaatkan asset perusahaan untuk
mendapatkan penjualan bersih (penjualan neto). Semakin tinggi rasio TATO ini
maka akan semakin baik karena merupakan pertanda bahwa manajemen dapat
memanfaatkan setiap rupiah aktiva peruahaan yang dikelola untuk menghasilkan
penjualan.

Rumusnya adalah :

Net Sales( Penjualan Bersih)


Total Turnover Ratio =
Averaged Total Asset (Total Aset Rata−Rata)

4. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk


mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar
pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan
seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan
yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Efektivitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari
laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari
unsur unsur laporan keuangan. Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi
perusahaan semakin baik berdasarkan rasio profitabilitas.
Nilai yang tinggi melambangkan tingkat laba dan efisiensi perusahaan tinggi
yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan dan arus kas. Beberapa jenis rasio
profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba antara lain : Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor), Net
Profit Margin (Margin Laba Bersih), Return on Asset (Rasio Pengembalian Aset),
dan Return on Equity (Rasio Pengembalian Ekuitas). Pada analisis kali ini penulis
memakai Return on Equity sebagai alat analisis dari rasio profitabilitas.
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari
penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para
pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen).
Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya
(net worth), sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut :

Net Income(Laba Bersih setelah Pajak )


Return on Equity =
Shareholder s' Equity (Ekuitas Pemegang Saham )

5. Rasio Pasar

Rasio Pasar digunakan untuk membandingkan harga saham perusahaan yang


diperdagangkan secara publik dengan ukuran keuangan lainnya. Ukuran keuangan
tersebut seperti pendapatan dan tingkat dividen. Investor menggunakan rasio
tersebut untuk menganalisis tren harga saham. Juga rasio tersebut digunakan
untuk membantu mencari tahu nilai pasar saham saat ini dan di masa depan.
Dengan kata lain, Rasio Pasar menunjukkan kepada investor apa yang seharusnya
mereka terima dari investasi mereka. Ini juga akan memperkuat pilihan saham
para investor agar tidak merugikan investasi mereka. Mereka mungkin akan
menerima dividen, pendapatan, atau penjualan dari nilai saham yang dihargai di
masa depan. Rasio ini sangat membantu investor memprediksi berapa harga
saham di masa depan berdasarkan pada laba perusahaan yang diinvestasikan saat
ini dan pengukuran dividen. Berikut merupakan rasio-rasio yang terdapat di dalam
rasio pasar : Earning per Share, Price Earning Ratio, Dividend Payout Ratio
(Rasio Pembayaran Dividen), dan Dividend Yield Ratio. Penulis menggunakan
Earning per Share (EPS) sebagai alat analisis dari rasio pasar.

Earning per Share (EPS) atau Laba per Saham adalah Rasio Pasar yang
mengukur jumlah laba bersih perusahaan yang diperoleh per lembar saham yang
beredar. Dengan kata lain, ini adalah jumlah uang yang akan diterima investor di
setiap lembar saham jika semua laba dibagikan ke saham yang beredar pada akhir
periode. Laba per saham juga merupakan indikator yang menunjukkan seberapa
menguntungkan perusahaan di mata para pemegang saham. Jadi, laba per saham
perusahaan yang lebih besar dapat dibandingkan dengan laba per saham
perusahaan yang lebih kecil. Laba per saham yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan sedang dalam kondisi yang baik dan perusahaan memiliki lebih
banyak keuntungan untuk didistribusikan kepada para pemegang sahamnya.

Meskipun rasio laba per saham yang lebih tinggi sering membuat harga saham
perusahaan naik, banyak investor tidak bergantung penuh pada rasio ini. Karena
begitu banyak hal yang dapat memanipulasi rasio ini, investor cenderung hanya
melihatnya sebagai referensi dan tidak mempengaruhi keputusan mereka secara
signifikan.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Laba Bersih
Earning per Share =
Jumlah Saham Beredar

C. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah suatu jenis analisis yang selalu berorientasi kepada
harga (pembukaan, penutupan, tertinggi dan terendah) dari suatu instrument investasi
pada timeframe   tertentu (price oriented). Analisis ini mempelajari tentang perilaku
pasar yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk
memprediksi harga dimasa yang akan datang. Harga yang tercermin didalam grafik
merupakan harga kesepakatan transaksi dantara supply dan demand.

Teori Dow atau The Dow Theory adalah teori analisis teknikal yang paling
terkenal dalam memprediksi apa trend yang sedang terjadi di bursa. Prinsip dasar di
dalam teori ini disusun oleh Charles H. Dow pada sekitar abad ke-19. Teori Dow
mengatakan bahwa sebagian besar saham bergerak sejalan dengan bergeraknya bursa
keseluruhan atau indeks dalam artian bila indeks bergerak naik, maka harga sebagian
besar komponen saham yang ada di dalamnya juga bergerak naik. Para analisis
teknikal berpendapat bahwa segala sesuatu yang terjadi di pasar baik itu kondisi
ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain itu sudah tercermin pada harga yang
terbentuk dari transaksi antara permintaan (demand) dan penawaran (supply), selain
itu harga juga selalu bergerak didalam trend (naik, turun atau sideways) dan selalu
berulang dari waktu ke waktu.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para
ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dokumen data empiris
lapangan.
Penelitian ini menganalisis laporan keuangan tahunan (fundamental) dengan
menghitung rasio-rasio keuangan dari PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), PT. Ultrajaya Milk
Industry Co. Tbk. (ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) serta
membandingkan dengan pergerakan harga sahamnya (teknikal) yang dituangkan
dalam grafik pergerakan harga saham dengan menggunakan beberapa indikator-
indikator yang memperkuat analisis teknikal dalam periode tahun 2016-2018.

2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
“metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterterpretasi obyek
sesuai dengan apa adanya". Penelitian deskriptif merupakan penelitian paling
sederhana, dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain karena dalam
penelitian ini peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah yang
diteliti.
Ini artinya bahwa dalam penelitian, peneliti tidak mengubah, menambah, atau
mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian. Dan jenis dari
penelitian deskriptif yang peneliti gunakan adalah penelitian studi kasus yang
bercirikan : penelaahan secara intensif terhadap suatu objek, analisisnya mendalam,
tekanannya pada pertanyaan, data diperoleh dari berbagai sumber, dan tidak menguji
hipotesis (Furchan, 2004: 448-465).
Penulis bermaksud untuk menganalisis fundamental berupa rasio-rasio dari
laporan keuangan PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), PT. Ultrajaya Milk Industry Co. Tbk.
(ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan juga meganalisis
teknikal dari pergerakan harga saham.

B. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu laporan keuangan
dan grafik pergerakan harga saham PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), PT. Ultrajaya Milk
Industry Co. Tbk. (ULTJ), dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
a. Analisis Fundamental

1. PT. Elnusa, Tbk. (ELSA), Harga saham/lembar per tanggal 20 Mei 2019 :
Rp338,00

2016
CR** DER** TATO* ROE* EPS*
1,487 X 0,456 X 86,39% 10,80% Rp42,6

2017
CR** DER** TATO* ROE* EPS*
2,76 X 0,59 X 102,55% 8,10% Rp33,9
2018
CR** DER** TATO* ROE* EPS*
Rp37,8
2,67 X 0,714 X 117,10% 8.37% 6

 Current Ratio
Rp1.865 .116 .000 .000
2016:
Rp 1.254 .181 .000.000
= 1,487 x
Rp 4.855.369 .000 .000
2017:
Rp1.757 .781 .000.000
= 2,76 x
Rp 5.657 . 327.000.000
2018:
Rp2.116 .898.000 .000

= 2,67 x

 Debt to Equity Ratio


Rp1.313 .213 .000.000
2016:
Rp 2.877 .743 .000 .000

= 0,456 x

Rp 1 .803.449 .000 .000


2017:
Rp 3.051.920 .000 .000

= 0,59 x

Rp 2 .357 .127 .000.000


2018:
Rp 3.300 .200 .000.000

= 0,714 x

NB :

** perhitungan sendiri

* dari laporan keuangan

2. PT. Ultrajaya Milk Industry Co., Tbk. (ULTJ), Harga saham/lembar per
tanggal 20 Mei 2019 : Rp1.300,00

2016
CR** DER** TATO** ROE** EPS*
Rp24
4,84 X 0,21 X 117,01% 26,72% 3
2017
EPS
CR** DER** TATO** ROE** *
4,19 X 0,23 X 102,51% 24,38% Rp61

2018
CR** DER** TATO** ROE** EPS*
4,39 X 0,16 X 99% 20% Rp60

 Current Ratio
Rp 2.874 .822 .000 .000
2016:
Rp 593.526 . 000.000
= 4,84 x
Rp 3.439 .990 .000.000
2017:
Rp 820.625 .000 .000
= 4,19 x
Rp 2 .793 . 521.000 .000
2018:
Rp 635.161.000 .000

= 4,39 x

 Debt to Equity Ratio

Rp 749.966 .000 .000


2016:
Rp 3.489 .234 .000 .000

= 0,21 x

Rp 978.185 . 000.000
2017:
Rp 4.208.755 . 000.000

= 0,23 x

Rp780.915 . 000.000
2018:
Rp 4.774 .956 .000.000

= 0,16 x

 Total Turnover Asset Ratio


Rp 4.685.988 .000 .000
2016:
Rp 4.004 .793.572 .899
= 117,01%
Rp 4 . 879. 559 . 000 .000
2017:
Rp 4 . 760 .254 . 282 .381

= 102,51%
Rp5.472 .882.000 .000
2018:
Rp 5.555 .871.000 .000
= 99%

 Return on Equity

Rp 932.482.782 .652
2016:
Rp 3.489 .233 .494 .783

= 26,72%

Rp 1.026 .231.000 .000


2017:
Rp 4 . 208. 755 . 000. 000

= 24,38%

Rp 949.018.000 .000
2018:
Rp 4.774 .956 .000.000

= 20%

NB :

** perhitungan sendiri

* dari laporan keuangan


* terjadi stock split pada tahun 2017 yang juga mempengaruhi nilai EPS

3. PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. (ICBP), Harga saham/lembar per
tanggal 20 Mei 2019 : Rp9.375,00

2016
CR* DER** TATO** ROE* EPS*
2,41 X 0,56 X 121,80% 20,80% Rp309

2017
CR* DER** TATO** ROE* EPS*
2,43 X 0,55 X 114,81% 18,30% Rp326
2018
CR* DER** TATO** ROE* EPS*
1,95 X 0,31 X 110% 21,7% Rp392

 Debt to Equity Ratio


Rp10.401 .125 .000.000
2016:
Rp 18.500 .823 .000.000
= 0,56 x

Rp11.295 .184 . 000.000


2017:
Rp 20.324 .330 . 000.000
= 0,55 x
Rp7.235 .398 . 000.000
2018:
Rp 22.707 .150 .000 .000
= 0,31 x
 Total Turnover Asset Ratio
Rp 34.466 .069 . 000.000
2016:
Rp 28.297 .469 . 000.000
= 0,56 x

Rp35.606 .593 . 000.000


2017:
Rp 31.014 .045 . 000.000
= 0,55 x
Rp 38.413 .407 . 000.000
2018:
Rp34.885 .241 .000.000
= 0,31 x

NB :

** perhitungan sendiri

* dari laporan keuangan

B. Pembahasan

1. Overview kondisi keuangan PT Elnusa, Tbk. (ELSA)


a. Likuiditas
Meningkatnya nilai rasio lancar ELSA dari tahun ke tahun
menunjukkan adanya uang kas berlebih, berarti ELSA telah memperoleh
keuntungan untuk jangka pendek. Serta ELSA pun dapat menggunakan asset
lancarnya dalam menutupi hutang jangka pendeknya yang berarti kondisi asset
lancarnya sangat baik dan perusahaan telah melakukan penggunaan aset lancar
serta hutangnya dengan baik dan bijak.

b. Solvabilitas
Berbanding terbalik dengan likuiditasnya, kondisi solvabilitas ELSA
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang mana berarti semakin tinggi
rasio, maka semakin kecil modal sendiri dibanding utangnya. Seharusnya
kebijakan perusahaan harus memiliki utang yang tidak lebih besar dari modal
yang dimiliknya.

c. Aktivitas
Pada rasio aktivitasnya ELSA menunjukkan hasil yang positif dari
tahun ke tahun maka dapat disimpulkan aset perusahaan yang digunakan
dalam kegiatan usahanya telah dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh
manajemen.

d. Profitabilitas
Profitablitas dari ELSA yang diukur dari ROE menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun 2016 ke 2017, meskipun melonjak
sedikit pada tahun 2018. Berarti kondisi perusahaan dari tahun ke tahun
mengalami ketidakstabilan yang mana nilai ROE juga melambangkan tingkat
laba dan efisiensi ELSA yang mengalami gejolak dari tahun ke tahun.

e. Pasar
Imbas dari kondisi ketidakstabilan keuangan ELSA juga mempengaruhi
besaran EPS yang diterima investor. EPS yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan sedang dalam kondisi yang baik dan memiliki keuntungan yang
dapat didistribusikan kepada para pemegang sahamnya, namun EPS ELSA
mengalami gejolak dari tahun ke tahun.
Meskipun kondisi keuangan ELSA mengalami ketidakstabilan dalam tiga tahun
terakhir ini, namun ELSA tetap dapat mempertahankan labanya yang berarti hal
tersebut patut diapresiasi oleh investor. Kondisi keuangan berdasarkan rasio rasanya
masih kurang cukup untuk dapat menyimpulkan bahwa ELSA merupakan perusahaan
yang tidak layak untuk dilirik investor, faktor-faktor lainnya juga dapat
mempengaruhi industri minyak dan gas bumi contohnya seperti harga komoditas
minyak bumi (Brent/WTI Crude Oil), kebijakan atau regulasi pemanfaatan ESDM,
ekspor minyak mentah, dan lain sebagainya.

2. Overview kondisi keuangan PT Ultrajaya Milk Industries Co., Tbk. (ULTJ)


a. Likuiditas

Nilai rasio lancar ULTJ dari tahun ke tahun terlihat tetap stabil
dikisaran rata-rata 4,47% yang menunjukkan adanya uang kas yang stabil
meskipun juga mengalami kenaikan, namun ULTJ juga telah memperoleh
keuntungan untuk jangka pendek. Serta ULTJ pun dapat menggunakan aset
lancarnya dalam menutupi hutang jangka pendeknya yang berarti kondisi asset
lancarnya sangat baik dan perusahaan telah melakukan penggunaan aset lancar
serta hutangnya dengan baik dan bijak.

b. Solvabilitas
Kondisi solvabilitas ULTJ menunjukkan hasil yang baik dari tahun ke
tahun meskipun pada tahun 2016 ke 2017 mengalami sedikit kenaikan, namun
pada tahun 2018 ULTJ dapat mengelola ekuitasnya dan memperkecil
ketergantungan penggunaan atas hutangnya dengan baik.

c. Aktivitas

Pada rasio aktivitas ULTJ menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun


maka dapat disimpulkan aset perusahaan yang digunakan dalam kegiatan
usahanya masih belum dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh
manajemen.

d. Profitabilitas
Profitablitas dari ELSA yang diukur dari ROE menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti kondisi
perusahaan dari tahun ke tahun mengalami kondisi penurunan laba atas ekuitas
pemegang sahamnya.

e. Pasar
Imbas dari kondisi stock split dalam saham ULTJ juga mempengaruhi
besaran EPS yang diterima investor. Meskipun besaran modalnya tetapi
namun saham yang beredar menjadi bertambah. EPS ULTJ dalam kondisi
selama tiga tahun terakhir menunjukkan kondisi yang tetap stabil.

Kondisi keuangan ULTJ masih dapat dikatakan relatif stabil, meskipun masih
banyak rasio-rasio yang harus diperbaiki oleh kinerja perusahaan pada tahun-tahun
berikutnya. Faktor-faktor lain pun juga dapat mempengaruhi kondisi penjualan
perusahaan seperti kondisi pasar konsumen, permintaan konsumen, market share
susu, dan lain sebagainya. Selain itu, penjualan produk ULTJ masih ditopang dalam
penjualan domestik yang masih dominan.

3. Overview kondisi keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. (ICBP)


a. Likuiditas
Nilai rasio lancar ICBP dari tahun 2016 ke 2017 mengalami hasil yang
positif, namun mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2018. Ada
kemungkinan dari tahun 2017 ke 2018 ICBP melakukan penggunaan hutang
lancar yang cukup besar dibanding modal sendiri. Penggunaan hutang yang
besar tidak selamanya buruk, kemungkinan ICBP dalam tahun 2017 ke 2018
sedang melakukan ekspansi atas produk snacknya maupun dalam manajemen
asetnya.

b. Solvabilitas
Kondisi solvabilitas ICBP mengalami penurunan dari tahun ke tahun
yang mana berarti semakin rendah rasio, maka semakin besar penggunaan
modal sendiri dibanding utangnya. Meskipun dalam jangka pendek ICBP
komposisi penggunaan hutangnya lebih besar dibandingkan penggunaan
modal sendiri, namun dalam jangka panjang ICBP dari tahun ke tahun dapat
mengelola hutangnya dengan baik atas ekuitas.

c. Aktivitas
Pada rasio aktivitasnya ICBP menunjukkan hasil yang kurang baik dari
tahun ke tahun maka dapat disimpulkan aset perusahaan yang digunakan
dalam kegiatan usahanya belum dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik
oleh manajemen.

d. Profitabilitas
Profitablitas dari ICBP yang diukur dari ROE menunjukkan penurunan
yang signifikan dari tahun 2016 ke 2017, namun ROE ICBP pada tahun 2018
dapat melonjak kembali dan melebihi tahun 2016. Berarti kondisi perusahaan
sempat mengalami ketidakstabilan yang mana nilai ROE juga melambangkan
tingkat laba dan efisiensi ICBP yang mengalami gejolak dari tahun ke tahun.

e. Pasar
Meskipun ICBP sempat mengalami kondisi ketidakstabilan keuangan,
namun ICBP mencatatkan EPS yang positif dari tahun ke tahun. EPS ICBP
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi yang baik
dan memiliki keuntungan yang dapat didistribusikan kepada para pemegang
sahamnya.

Meskipun kondisi keuangan ICBP sempat mengalami ketidakstabilan dalam tiga


tahun terakhir ini, namun ICBP tetap dapat mempertahankan labanya. Kondisi
keuangan berdasarkan rasio-rasio belum sepenuhnya dapat menyimpulkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya masih ada faktor-faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi kegiatan usaha dari anak perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk. (INDF) ini .

C. Perbandingan antara Fundamental dengan Teknikal masing-masing Perusahaan


a. PT. Elnusa, Tbk.

Grafik Pergerakan Harga Saham ELSA tahun 2016-2018

Grafik Perkembangan Harga Minyak Bumi (Crude Oil WTI) tahun


2016-2018

Sempat adanya gejolak pada harga minyak bumi dunia yang mana merupakan
komoditas yang sangat mempengaruhi jalannya industri di Indonesia, terutama sektor
minyak dan gas yang vital bagi pemasukan negara maupun kesejahteraan masyarakat
umum. Dalam industri sektor minyak bumi dan gas alam khususnya ELSA dalam
melihat harga saham ELSA dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi oleh harga
komoditas minyak bumi dunia yang juga diperkuat dengan bukti bahwa dalam
laporan keuangan selama tiga tahun terakhir mengalami ketidakstabilan. Hal ini
terjadi karena penjualan minyak bumi dan gas ELSA sangat mengandalkan pasar
ekspor, maka dari itu perusahaan ini sangat rentan dengan perubahan harga komoditas
minyak dunia maupun gas alam (LNG).

b. PT. Ultrajaya Milk Industry Co., Tbk.


Grafik Pergerakan Harga Saham ULTJ tahun 2016-2018

Grafik Pergerakan Harga Komoditas Susu Kelas III (Keju) Dunia tahun
2016-2018, CME : Chicago Mercantile Exchange

Dalam industri sektor konsumsi dengan sub-sektor makanan dan minuman,


rasanya masyarakat Indonesia sangat mengenal produk dari ULTJ yang terkenal akan
produk susu dalam kemasannya. Tercermin dalam laporan keuangannya bahwasannya
grafik perkembangan harga juga mengikuti kondisi keuangan dari ULTJ yang masih
naik turun. Namun, apabila dilihat lebih lanjut bahwa grafik perkembangan saham
ULTJ tidak terlalu mengalami tren yang baik dan terkesan sideways. Meskipun begitu
ULTJ masih tetap menghasilkan laba yang patut diapresiasi positif oleh para
investornya. Selain itu, rasanya memang ULTJ melakukan langkah yang tepat untuk
tetap menekankan penjualannya di pasar domestik dan tidak terlalu berfokus pada
ekspor. Hal ini dapat dilihat dalam laporan tahunannya bahwa persentase penjualan
ekspor yang masih rendah dan wajar saja tidak masuk dalam kancah pasar susu dan
olahan susu global dikarenakan perkembangan harga komoditas susu kelas 3 (keju
cheddar) juga mengalami fluktuasi harga selama tiga tahun kebelakang.

c. PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.


Grafik Pergerakan Harga Saham ICBP tahun 2016-2018

Masih dalam industri sektor konsumsi dengan sub-sektor makanan dan minuman,
masyarakat Indonesia pasti sangat mengetehui produk-produk dari ICBP yang
terkenal salah satunya adalah Indomie. Meskipun Indomie masih sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia, namun terlihat dari harga sahamnya dari tiga tahun kebelakang
yang sungguh stabil (sideways) dan juga tercermin dalam laporan keuangannya
bahwasannya kondisi keuangan dari ICBP yang relatif stabil dan sehath para
investornya. Akan tetapi terlihat pergerakan harga yang naik cukup signifikan pada
akhir tahun 2018 setelah periode pembagian dividen pada tahun 2018, yang mana
ICBP ini mengalami kondisi yang positif dalam kinerja harga saham maupun kondisi
perusahaannya.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Jika kita melihat Kinerja Perusahaan dari masing-masing perusahaan, yaitu
ELSA, ULTJ, dan ICBP dengan melihat laporan tahunan pada tahun 2016 hingga
2018 kita dapat melihat kinerja dari masing-masing perusahaan di tiap sektornya.
ELSA merupakan emiten sektor pertambangan sub-sektor minyak dan gas sedangkan
ULTJ dan ICBP termasuk emiten kategori sektor konsumer sub-sektor makanan dan
minuman. Ketiga perusahaan ini tentu saja tidak bisa dibandingkan secara langsung
karena memiliki unit dan kegiatan usaha yang sangat berbeda, meskipun ULTJ dan
ICBP sama-sama termasuk kategori sub-sektor yang sama tetapi produk unggulan
yang dipasarkan pun juga berbeda. Dengan menganalisis perusahaan-perusahaan yang
berbeda sektor atau industri, maka analisis ini baik fundamental maupun teknikal
dapat dijadikan cerminan oleh para investor untuk mengelola portofolio sahamnya
dengan mempertimbangkan strategi diversifikasi. Selain pengelolaan portofolio,
dengan adanya analisis fundamental dan teknikal investor dapat juga mengelola risiko
investasinya.

B. Rekomendasi
Melihat kondisi ekonomi dunia yang masih bergejolak akibat adanya perang
dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat yang dibarengi juga dengan krisis
Venezuela serta konflik di Timur Tengah yang sedang hangat antara Arab Saudi
dengan Yaman, maka akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap harga komoditas terutama minyak bumi. Oleh karena itu, untuk saat ini di
situasi global yang belum terlalu stabil maka adakalanya menahan dulu investasi pada
emiten-emiten yang bergerak dalam sektor pertambangan khususnya minyak dan gas
bumi, karena kita masih tidak tahu bagaimana gejolak harga komoditas tersebut di
masa yang akan datang. Apabila sudah memiliki saham-saham emiten tersebut, maka
disarankan bertahan dahulu melihat juga bahwa kondisi bursa pada akhir-akhir ini
juga sedang mengalami koreksi. Tunggu dan melihat bagaimana kondisi global
hingga domestik apabila ingin berinvestasi di sektor pertambangan.
Selain itu, terdapat alternatif dalam menginvestasikan uang pada sektor
konsumer. Dapat dilihat dari analisis yang telah dilakukan bahwasannya kinerja
perusahaan dalam industri konsumer terutama sub-sektor makanan dan minuman
cenderung stabil dalam menghasilkan labanya. Oleh karena itu, setelah momentum
pemilihan umum 2019 dan juga memasuki bulan Ramadhan maupun Idul Fitri 2019
maka investor juga dapat melirik saham-saham dari sektor konsumer karena
kebutuhan pangan rasanya tidak akan berkurang seiring bertambahnya penduduk
maupun peristiwa-peristiwa tahunan (Ramadhan, Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, dan
lain sebagainya) dan cocok untuk dijadikan investasi dalam jangka waktu yang agak
panjang. Namun juga, investor harus tetap memperhatikan kestabilan dari harga
pangan di Indonesia dengan terus melihat data inflasi setiap tahun hingga bulanan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-rasio-solvabilitas-dan-cara-penyelesaiannnya/

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-rasio-likuiditas-jenis-dan-kegunaannya-dalam-
perusahaan/

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-rasio-profitabilitas-pengertian-fungsi-jenis-dan-contoh-
terlengkap/

https://www.jurnal.id/id/blog/rasio-keuangan-mengenal-rasio-prospek-pasar/

https://analis.co.id/rasio-aktivitas-laporan-keuangan.html

Anda mungkin juga menyukai